BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN TINGKAT MOTIVASI DAN DEMOTIVASI PEKERJA KONSTRUKSI PADA SUATU PROYEK DI SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

MOTIVASI PEKERJA PADA BEBERAPA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa definisi motivasi dari beberapa ahli : 1. Menurut George R. Terry. Ph. D (1977)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

MOTIVASI PEKERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA PADANG

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

Introduction to. Chapter 11. Managing Employees. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

BAB II LANDASAN TEORI

Pokok-pokok bahasan: Definisi Motivasi Motivasi dan Kinerja Perkembangan Teori Motivasi

MOTIVASI PEKERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MOTIVATOR TENAGA AHLI PADA PERUSAHAAN JASA KONSULTAN PERENCANA

MOTIVASI KERJA. Imam Gunawan

BAB II LANDASAN TEORI

NEEDS DRIVES INCENTIVES

MOTIVASI SITE MANAGER PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG

MOTIVASI (DEFINISI) mempertahankan dan menyalurkan. (dorongan) yang berada di dalam diri

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN

TEORI MOTIVASI PENDAHULUAN TEORI HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW. The Motivational Process: An Initial Model. Need deficiencies

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran.

MEMOTIVASI, MEMUASKAN DAN MEMIMPIN KARYAWAN. Muniya Alteza

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

Motivasi dan Kepemimpinan

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

HUMAN RELATIONS APPROACHES

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

Riset Per iila il k O u rgan isas

Bab 2 Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dituntut untuk lebih aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perum dan terakhir ini telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Dengan

MODUL KEDUA MOTIVASI KERJA. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat. Karena persaingan dunia usaha yang semakin tinggi saat ini,

Motivasi untuk Berprestasi

LAPORAN AKHIR MOTIVASI SITE MANAGER PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG. Felix Hidayat Pipien Purnomo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu perusahaan atau organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap berbagai aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan. lingkungan kerjanya, juga hubungannya dengan rekan kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

MOTIVASI KERJA SEBAGAI DORONGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI MASLOW. presented by : M Anang Firmansyah

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

BAB II RERANGKA TEORITIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KERJA PEKERJA TERAMPIL DI INDUSTRI KONSTRUKSI (168K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membagikan tugas kepada tenaga kerjanya. Hal ini berarti pimpinan harus

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. juga non fisik berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik mengenai kepuasan kerja pada karyawan operasional tempat billiard

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Robbins and Judge Organization Behavior 15 Edition

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

Faktor Individu dalam Organisasi dan Motivasi

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Dasar Manajemen dan Kepemimpinan

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-6 (UAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

BAB I PENDAHULUAN. McDonald's Corporation pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang produktivitas dan motivasi pada industri konstruksi, definisi motivasi, teori motivasi kerja, teori hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Herzberg, motivasi dalam Industri konstruksi, Faktor faktor motivasi dan definisi masing masing faktor motivasi. 2.1 Umum Dalam dunia konstruksi tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap industri konstruksi dapat diukur dengan produktivitas. Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara output dan input yang merupakan karakteristik setiap proses produksi dalam setiap industri khususnya industri konstruksi ( Chang 1983; Chew, 1988 dalam soetanto, 1998). Produktivitas digunakan untuk mengukur keefektifan pemakaian keterampilan manajemen, pekerja, material, perlengkapan, peralatan, dan ruang kerja dalam menunjang aktifitas kerja untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dengan biaya yang serendah mungkin (Oglesby et al., 1989). Fokus utama produktivitas dalam industri konstruksi adalah produktivitas pekerja (labor productivity), karena pekerja (labor) adalah sumber daya yang memberikan pengaruh terbesar pada manajemen (Sanvindo, 1984 dalam Soetanto, 1998). Produktivitas yang rendah sudah lama menjadi pokok pembahasan para ahli dalam industri konstruksi. Beberapa metode peningkatan produktivitas telah 17

berhasil diterapkan pada industri industri lain, seperti industri manufaktur, namun tidak dapat diterapkan pada industri konstruksi karena karakteristik industri konstruksi yang unik (Oglesby et al., 1989). Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa hal yang sama juga terjadi di Indonesia, sebagai salah satu negara sedang berkembang, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Arditi dan Mochtar (1996) dan Kaming et al. (1996). Maloney (1983) menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh terhadap empat faktor penentu produktivitas pekerja, yaitu durasi usaha pekerja, intensitas usaha pekerja, keefektifan penggabungan usaha pekerja dengan teknologi dan sumber daya yang lain, dan efisiensi usaha pekerja. Usaha yang dilakukan oleh seorang pekerja dalam hal ini adalah perwujudan fisik motivasi, semakin tinggi motivasi pekerja semakin besar usaha yang dilakukannya. 2.2 Produktivitas dan Motivasi pada industri konstruksi Tingkat keberhasilan proses produksi dalam setiap industri dapat diukur dengan produktivitas. Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara output dan input yang merupakan karakteristik setiap proses produksi dalam setiap industri (Chang, 1983; Chew, 1988 dalam Soetanto, 1998). Produktivitas digunakan untuk mengukur keefektifan pemakaian ketrampilan manajemen, pekerja (worker), material, perlengkapan, peralatan, dan ruang kerja dalam menunjang aktivitas kerja untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dengan biaya serendah mungkin (Oglesby et al., 1989). 18

2.3 Definisi Motivasi Menurut Petri (1981) motivasi adalah suatu konsep yang digunakan untuk menjelaskan tindakan pada atau di dalam suatu organisme untuk memulai (initiate) dan mengarahkan (direct) perilaku. Konsep motivasi juga dipakai untuk menjelaskan perbedaan perbedaan dalam intensitas perilaku. Perilaku dengan intensitas yang lebih besar dianggap sebagai hasil level motivasi yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Buck (1998 dalam Soetanto, 1998) motivasi adalah kendali perilaku, yaitu proses untuk mengaktifkan dan mengarahkan perilaku terhadap beberapa sasaran tertentu. Epstein (2001) mendefinisikan motivasi sebagai sebuah keadaan internal dari penimbulan (arousal) yang seringkali mendahului suatu perilaku. Motivasi ini diwujudkan dengan tindakan untuk mendapatkan apa yang dimaksud dengan kepuasan terhadap kebutuhan kebutuhan tersebut (Maloney, 1981). Pengertian motivasi secara umum tersebut di atas selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa pendekatan mengenai teori Motivasi Kerja. Menurut pengertiannya, teori motivasi kerja tidak banyak berbeda dengan teori teori motivasi pada umumnya. Tetapi perlu disadari adanya satu perbedaan yang mendasar, yaitu motivasi kerja lebih bersifat spesifik berfokus pada perilaku yang berkaitan dengan kerja dalam suatu institusi atau organisasi tertentu. Teori motivasi kerja mencoba untuk menjelaskan hal hal yang hanya menyangkut masalah pekerjaan (Asnawi, 2002). 19

2.4 Teori Motivasi Kerja Berbagai macam teori motivasi kerja telah diungkapkan oleh sejumlah ahli sejak permulaan tahun 1900. Teori teori ini berkembang terutama dalam bidang ilmu psikologi, manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi. Teori teori motivasi kerja tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori besar, yaitu Content Theories, Process Theories, dan Contemporary Theories (Luthans, 1995). Perhatian Content Theories adalah identifikasi kebutuhan kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang dan bagaimana kebutuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi berdasarkan prioritasnya. Process Theories lebih memperhatikan bagian bagian proses sebelum suatu motivasi atau tindakan tertentu dan bagaimana bagian bagian tersebtu berhubungan satu sama lain. Sedangkan Contemporary Theories adalah teori teori yang berkisar di antara teori cognitive, equity dan attribution yang baru saja diketemukan dan memerlukan perhatian yang lebih banyak dari para peneliti. Penelitian penelitian motivasi kerja terhadap pekerja konstruksi yang sudah pernah dilakukan selama ini menggunakan Content Theories dan mulai dikembangkan penggunaan Process Theories. Penelitian penelitian tersebut menerapkan dua teori motivasi kerja, yaitu teori Maslow dan teori Herzberg. Kedua teori motivasi tersebut juga dipergunakan dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. 20

2.5 Teori Hirarki Kebutuhan Maslow Teori Hirarki Kebutuhan dikemukakan oleh Abraham H. Maslow pada tahun 1954. Teori ini sering dikenal sebagai teori hirarki kebutuhan Maslow. Manurut Maslow, untuk dapat memotivasi seseorang, diperlukan pemahaman level keberadaan orang tersebut dalam hirarki kebutuhan dan memusatkan perhatian pada kepuasan kebutuhan pada level tersebut atau level di atasnya (Robbins, 2001). Dalam teori ini dikemukakan bahwa di dalam setiap manusia terdapat sebuah hirarki dari lima kategori kebutuhan (Gambar 2.1). Lima kategori kebutuhan tersebut adalah : 1. Physiological needs Physiological needs adalah kebutuhan kebutuhan dasar untuk menunjang kelangsungan hidup seseorang, termasuk makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dll (Hersey et al., 1996; Maslow, 1970). 2. Safety needs Safety needs pada dasarnya adalah kebutuhan untuk bebas dari rasa takut terhadap bahaya dan rasa khawatir terhadap hilangnya Physiological needs dasar. Safety needs mencakup keamanan dan perlindungan dari ancaman fisik dan emosional (Hersey et al., 1996; Maslow, 1970). 3. Social needs Social needs adalah kebutuhan untuk dapat diterima oleh berbagai macam kelompok masyarakat, hal ini berhubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial yang berusaha keras untuk hubungan yang berarti dengan 21

sesamanya. Social needs mencakup kasih sayang, rasa turut memiliki, rasa dapat diterima, dan persahabatan (Hersey et al., 1996; Maslow, 1970). 4. The needs for esteem Termasuk internal esteem seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; dan external esteem seperti status, pengakuan, dan perhatian (Hersey et al., 1996; Maslow, 1970). 5. Self-Actualization Self-Actulization adalah kebutuhan untuk memperbesar potensi seseorang, atau dengan kata lain dorongan utnuk menjadi seseorang sebagaimana dia mampu menjadi demikian (Hersey et al., 1996; Maslow, 1970). Kelima kategori kebutuhan tersebut dibedakan lagi menjadi dua kategori besar. Physiological dan safety needs merupakan kategori lower-order needs, sedangkan social, esteem, dan self-actualization needs merupakan kategori higher-order needs, seperti yang tertera pada gambar 2.1 dibawah ini. 22

Self-actualization Higher-order needs Esteem Social Lower-order need Safety Physiological Sumber : Robins,S.P., Organizational Behavior 2001 Gambar 2.1. hirarki kebutuhan Maslow 2.6 Teori Herzberg Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dan teman temannya di Psychological Service of Pittsburgh. Teori ini dikenal sebagai teori Motivasi- Higiene. Pendapat yang mendasari teori ini adalah bahwa suatu hubungan pekerjaan dari seseorang sangatlah mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaannya sangat menentukan berhasil tidaknya pekerjaan tersebut. Hasil penelitian Herzberg adalah bahwa manusia memiliki dua kategori kebutuhan yang berbeda, yaitu faktor higiene dan motivator, yang pada dasarnya tidak tergantung satu sama lain dan mempengaruhi perilaku dengan cara yang berbeda. Faktor higiene atau pemeliharaan adalah faktor- faktor yang menjabarkan lingkungan manusia dan menjalankan fungsi yang utama untuk mencegah ketidakpuasan dalam pekerjaan. Faktor ini disebut sebagai pemeliharaan karena faktor faktor 23

tersebut tidak pernah benar benar terpuaskan sepenuhnya, faktor faktor tersebut harus terus dipelihara. Faktor higiene adalah faktor negatif dalam tempat kerja yang memiliki kecenderungan untuk menjaga pekerja agar tetap pada keadaan yang normal dalam kerja mereka. Faktor higiene ini bukanlah faktor yang bisa meningkatkan motivasi pekerja. Bila faktor faktor ini diperhatikan, maka pekerja akan dapat bekerja pada tingkat kondisi yang normal. Motivator adalah faktor faktor yang tampak sangat efektif dalam memotivasi seseorang kepada tindakan yang terbaik. Motivator diperlukan untuk membuat para pekerja dapat bekerja diatas batas normal, setelah faktor higiene berhasil diperhatikan dan dipenuhi dengan baik. Herzberg memiliki ide bahwa, Bila faktor A adalah sebuah motivator, hal itu mengarah pada job satisfaction, kemudian ditetapkan sebuah pertanyaan seperti, Apakah anda puas dengan faktor A dalam pekerjaan anda? (Hersey et al., 1996; Robbins, 2001). Faktor faktor yang merupakan motivator adalah pencapaian pekerjaan, pengakuan terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan, pekerjaan yang menantang, peningkatan tanggung jawab, dan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor higiene adalah kebijaksanaan dan administrasi, pengawasan, keadaan pekerjaan, hubungan antar sesama pekerja, uang, status, dan keamanan. 24

Tabel 2.1. Motivator dan Faktor higiene Motivator Hygiene factor The job itself Environment Achievement Policies and administration Recognition for accomplishment Supervision Challenging work Working conditions Increased responsibility Interpersonal relations Growth and development Money, status, security Sumber : Hersey et al., Management of Organizational Behavior, 7 th ed., 1996. Motivator tersebut pada kenyataannya bisa berfungsi sebagai faktor higiene dan sebaliknya faktor higiene juga bisa berfungsi sebagai motivator.tetapi pengelompokan tersebut di atas diperoleh berdasarkan seberapa besar kemungkinan sebuah faktor termasuk motivator atau termasuk faktor higiene (Herzberg, 1968). Berdasarkan pengertian tersebut di atas pada penelitian ini tidak dipakai istilah motivator dan faktor higiene, tetapi motivator dan demotivator. Motivator adalah faktor faktor yang mengakibatkan motivasi kerja seseorang meningkat, sedangkan demotivator adalah faktor faktor yang menyebabkan pekerja tidak termotivasi dalam pekerjaan mereka. Kedua faktor motivasi ini, baik motivator maupun demotivator, bisa termasuk motivator maupun faktor higiene dalam teori Herzberg. 2.7 Motivasi dalam Industri Konstruksi Di negara negara maju, seperti Amerika, pekerja dapat dimotivasi dengan menggunakan kebutuhan tingkat tinggi Maslow (Hazeltine, 1976), dan dengan menggunakan keterlibatan mereka dalam pendekatan pengambilan 25

keputusan (Soetanto, 1998). Di negara negara sedang berkembang, pendekatan motivasi masih berkisar pada pemuasan kebutuhan tingkat rendah Maslow, seperti kebutuhan fisik dan keamanan/keselamatan (Maloney, 1982 dalam Soetanto, 1998). Chang (1994) melakukan suatu studi terhadap motivasi pekerja konstruksi pada tujuh bangunan tingkat tinggi di Bangkok. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori Hirarki Kebutuhan Maslow dan teori Motivasi-Higiene Herzberg sebagai dasar utnuk menentukan tingkat kebutuhan, faktor motivator, dan faktor demotivator para pekerja konstruksi. Saha et al.,(1999) melakukan penelitian tentang faktor faktor motivasi para pekerja industri konstruksi di Australia. Penelititan ini dipusatkan pada penemuan variabel variabel motivasi yang terpenting bagi para pekerja. Hasil penelitian ini juga dibandingkan dengan penelitian penelitian yang sudah dilakukan baik di Inggris maupun di Nigeria. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : a. Variabel motivasi sangat bebas b. Motivasi pekerja tergantung pada usia dan cara pembayaran mereka c. Pernyataan dalam Teori Maslow, yang mengatakan bahwa ketika faktor motivasi telah diperoleh, maka hal tersebut tidak lagi memotivasi para pekerja, dapat diterapka dalam industri konstruksi d. Variabel motivasi tergantung pada sistem manajemen konstruksi dam keadaan ekonomi setempat. 26

2.8 Faktor-faktor Motivasi dan Demotivasi Dalam beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan terdapat sejumlah faktor motivator dan demotivator yang dapat dilihat dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Faktor faktor ini selanjutnya akan digunakan dalam penelitian ini. Tabel 2.2. Motivator Sumber No. Motivator Borcherding (1981) Mansfield (1989) Zakeri et al. (1997) 1 Hubungan yang baik dengan sesama pekerja * * * * * 2 Program pelatihan yang baik * * * 3 Program pengarahan kerja yang baik * * * * 4 Program keselamatan kerja yang baik * * * * * 5 Pekerjaan yang baik * * * * * 6 Kerja lembur (overtime) * * * * 7 Bayaran yang baik * * * * * 8 Fasilitas tempat tinggal yang baik * * * 9 Pengakuan atas pekerjaan * * * * * 10 Sasaran pekerjaan yang jelas * * 11 Pengaturan suplai material yang baik * * 12 Pengaturan jadwal pekerjaan yang baik * * 13 Pengawasan yang baik * * * 14 Pekerjaan yang menantang * * * 15 Bonus dan bayaran tambahan * * * 16 Penerimaan usulan oleh atasan * * * * * Chang (1998) Saha et al. (2000) 27

Tabel 2.3 Demotivator Sumber No. Demotivator Borcherding (1981) Mansfield (1989) Chang (1998) Saha et al. (2000) 1 Perlakuan yang buruk oleh atasan * * * * 2 Prestasi kerja yang rendah * * * * 3 Ketersediaan material yang kurang baik * * 4 Ketersediaan alat alat kerja yang terbatas * * 5 Pengulangan pekerjaan * * * * 6 Pergantian rekan kerja * * 7 Kebingungan/kerancuhan dalam proyek * * 8 Kurang pengakuan atas pekerjaan * * * * 9 Kurangnya perhatian dari atasan * * * 10 Pendayagunaan ketrampilan yang tidak efisien * * * 11 Ketidakcakapan personel lain * * * * 12 Kurangnya kerja sama antar pekerja * * * 13 Terlalu banyak pekerja dalam suatu pekerjaan * * 14 Kurangnya program pemeriksaan/inspeksi * * * * 15 Komunikasi yang tidak baik * * * 16 Kondisi pekerjaan yang tidak aman * * * * 17 Kurangnya keikutsertaan dalam pengambilan keputusan * * * 2.9 Definisi masing masing faktor motivasi Masing masing faktor motivasi, baik motivator maupun demotivator yang dipakai dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut : 2.9.1 Definisi faktor motivasi o Hubungan yang baik dengan sesama pekerja Hubungan mencakup keakraban dan kerukunan pekerja pada proyek konstruksi 28

o Program pelatihan yang baik Program pelatihan yang diberikan oleh pihak perusahaan dalam hal hal teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan o Program pengarahan kerja yang baik Pemberian instruksi kerja sebelum suatu pekerjaan dimulai o Program keselamatan kerja yang baik Jaminan keselamatan nyawa pekerja pada proyek konstruksi selama pekerjaan berlangsung o Pekerjaan yang baik Jaminan memperoleh pendapatan yang tetap, setidaknya selama proyek konstruksi berlangsung o Kerja lembur (overtime) Kerja lembur mencakup pendapatan tambahan yang bisa diperoleh dengan menambah jam kerja atau dengan kata lain pekerja bekerja lebih banyak o Bayaran yang baik Bayaran yang diterima atas usaha yang dikeluarkan selama periode waktu tertentu o Pengakuan atas pekerjaan Pengakuan yang diberikan oleh atasan kepada pekerja untuk merespon pekerjaan yang sedang dikerjakan ataupun teleh diselesaikan. 29

o Sasaran pekerjaan yang jelas Penjelasan sasaran secara menyeluruh ataupun tiap tiap pekerjaan sebelum suatu pekerjaan dimulai o Pengaturan suplai material yang baik Pengaturan yang dilakukan oleh pihak menejemen dalam menyediakan material yang mendukung kelancaran pekerjaan pada proyek konstruksi o Pengaturan jadwal pekerjaan yang baik Pengaturan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam hal menjadwalkan urutan pekerjaan yang harus dan akan dilakukan untuk mendukung ketepatan penyelesaian pekerjaan o Pengawasan yang baik Pengawasan bersangkut paut dengan hubungan antar supervisor dengan pekerja mengenai pekerjaan yang sedang dan telah diselesaikan o Pekerjaan yang menantang Tantangan dalam pekerjaan mencakup penggunaan metode kerja baru, peralatan baru, dan jenis pekerjaan baru o Bonus dan bayaran tambahan Pendapatan tambahan yang dapat diperoleh tanpa usaha tambahan, berhubungan dengan prestasi kerja dan pencapaian sasaran proyek. 30

o Penerimaan usulan oleh atasan Keterlibatan pekerja dalam pemecahan masalah di dalam proyek konstruksi, mencakup penggunaan metode dan alat kerja. 2.9.2 Definisi faktor Demotivasi o Perlakuan yang buruk oleh atasan Teguran yang kasar, teguran yang tanpa alasan, tindakan yang kasar atau tidak sopan oleh atasan. o Prestasi kerja yang rendah Hasil kerja pekerja yang tidak maksimal yang disebabkan oleh kondisi fisik dan lingkungan kerja. o Ketersediaan material yang kurang baik Pengaturan penyediaan material untuk pekerjaan yang sedang dan akan dilaksanakan. o Ketersediaan alat-alat kerja yang terbatas. o Pengulangan pekerjaan Pengulangan pekerjaan baik karena kesalahan pekerja maupun kesalahan manajemen. o Pergantian rekan kerja o Kerancuhan dalam proyek 31

Kerancuhan yang disebabkan oleh perbedaan pendapat baik diantara pihak manajemen, mandor, antar pekerja, pihak kontraktor, pihak pemilik, dan pihak konsultan yang menyebabkan pekerjaan tidak lancer. o Kurang pengakuan atas pekerjaan. o Kurangnya perhatian dari atasan o Pendayagunaan keterampilan yang tidak efisien. kerja. Batasan yang diberikan oleh pihak perusahaan dalam hal metode o Ketidakcakapan personel lain. Keadaan pekerja lain yang menyebabkan pekerjaan terganggu. o Kurangnya kerjasama antar pekerja tertentu. Para pekerja tidak dapat bekerja sama dalam suatu pekerjaan o Terlalu banyak pekerja dalam suatu pekerjaan. mereka. Masing-masing pekerja menjadi tidak mengerti batasan tugas o Kurangnya program inspeksi. o Komunikasi yang tidak baik. Komunikasi termasuk antara pekerja dangan atasan, maupun diantara pekerja sendiri. 32

o Kondisi pekerjaan yang tidak aman Kondisi pekerjaan mencakup masalah keamanan dari luar perusahaan, seperti kerusuhan, demonstrasi, dan dari dalam perusahaan. o Kurangnya keikutsertaan dalam pengambilan keputusan. Pekerja tidak pernah diajak diskusi mengenai keadaan pekerjaan di lapangan. 33