BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN, KONFLIK PERAN, DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan, termasuk juga kegiatan perkuliahan di kelas. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar menjadi pribadi yang bermutu. Sekolah. keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru memiliki peran utama

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga pendidik atau guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bantuan kepada individu dalam menghadapi masalah dalam hidupnya. Bantuan itu

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendidik siswa dalam hal akademis saja, tetapi juga melatih siswa agar

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: NOERMANITA EKASARI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berlangsung

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

Skripsi Oleh: TITIK DWI RAHAYU NIM X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak manusia lahir ke dunia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah

BAB II LANDASAN TEORI

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

VINA WIJAYANTI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TESIS. Oleh: Oleh: SITI PATIMAH NIM : Q

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk aktif terlebih mental maupun emosional (Gandi, 2014).

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses

siswa, karena yang seharusnya siswa dapat memahami akan tetapi siswa hanya menghafal sehingga materi tidak dapat terserap dengan sempurna oleh otak.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna dan bisa mengaktifkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: SALIMAH A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI MATEMATIKA DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya dan belajar menggunakan kemampuan sendiri secara optimal.

UJIAN AKHIR SEMESTER. Mata Kuliah Pengembangan Bimbingan dan Konseling Belajar Dosen Pengampu: Dr. Muh Farozin, M.Pd & Dr. Muh Nur Wangid, M.

BAB I PENDAHULUAN. keahlian tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing. SMK menyiapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru. Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada siswa sebagai hal baru serta menambah pengetahuan. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal diperlukan motivasi untuk berprestasi, baik yang timbul dari dalam diri siswa maupun dari luar. Motivasi untuk berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses berkaitan dengan perilaku lebih baik. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih. Motivasi berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa utnuk mencapai taraf yang setinggi mungkin. Motivasi berprestasi itu tidak berdiri sendiri dalam menghasilkan prestasi belajar yang baik, tetapi harus melalui 1

2 proses dan usaha-usaha yang harus dilakukan. Sehubungan dengan kegiatan belajar-mengajar maka cara yang diperlukan untuk memperoleh nilai akademik yang baik adalah dengan cara belajar (Winkel, 2006). Indikasi tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa SMK Negeri 6 Surakarta dapat dilihat dari perilaku siswa seperti harapan untuk sukses, bekerja keras, kekuatiran akan gagal, dan keinginan untuk memperoleh nilai yang tinggi. Dari hasil pengamatan di lapangan memberi gambaran bahwa jumlah perilaku yang menunjukkan indikasi siswa kurang memilki motivasi berprestasi dapat dilihat dari jumlah siswa yang tidak mengumpulkan tugas, siswa yang datang terlambat, dan siswa yang membolos. Adapun data pelanggaran pada semester II Tahun Pelajaran 2010/2011, seperti terlihat pada tabel-tabel berikut: Tabel 1 Jumlah Siswa yang Pelanggaran Tidak Mengumpulkan Tugas Semester II Tahun 2010/2011 program keahlian Jumlah Siswa Jml. kasus % Multimedia 198 78 39,39% Adm Perkantoran 204 88 43,14% Unit Usaha Perjalanan Wisata 192 76 39,58% Akuntansi 306 46 15,03% Marketing 204 48 23,53% Jumlah 1104 336 30,43% Sumber: dokumentasi BK SMK Negeri 6 Surakarta. Data tentang jumlah siswa yang datang terlambat berdasarkan kelompok program keahlian pada semester II Tahun 2010/2011, seperti terlihat pada tabel berikut:

3 Tabel 2 Jumlah Siswa yang Melakukan Datang Terlambat Semester II Tahun 2010/2011 program keahlian Jumlah Siswa Jml. kasus % Multimedia 198 56 28,28% Adm Perkantoran 204 40 19,61% Unit Usaha Perjalanan Wisata 192 44 22,92% Akuntansi 306 50 16,34% Marketing 204 36 17,65% Jumlah 1104 226 20,47% Sumber: dokumentasi BK SMK Negeri 6 Surakarta. Adapun jumlah siswa yang membolos berdasarka kelompok program keahlian pada semester II Tahun 2010/2011, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 3 Jumlah Siswa yang membolos Semester II Tahun 2010/2011 program keahlian jumlah siswa Jml. Kasus % Multimedia 198 30 15,15% Adm Perkantoran 204 26 12,75% Unit Usaha Perjalanan Wisata 192 31 16,15% Akuntansi 306 22 7,19% Marketing 204 18 8,82% Jumlah 1104 127 11,50% Sumber: dokumentasi BK SMK Negeri 6 Surakarta. Dari data di atas, diketahui bahwa prosentase rata-rata pelanggaran tidak mengumpulkan tugas sebesar 30,43%, datang terlambat sebesar 20,47%, dan membolos sebesar 11,50%, selama 1 (satu) semester. Jika dalam semester II, jumlah minggu efektif adalah 41 minggu, artinya setiap minggu terjadi pelanggaran tidak mengumpulkan tugas + 8 kali perminggu, terlambat datang, + 5 kali perminggu, dan membolos + 3 kali perminggu. Jumlah pelanggaran

4 tersebut di atas dapat ditekan manakala seluruh siswa telah memiliki motivasi berprestasi. Begitu pentingnya peran motivasi untuk berprestasi, sehingga diharapkan setiap siswa memiliki motivasi berprestasi yang muncul dan timbul karena kesadaran, ataupun pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi keinginan untuk meraih keberhasilan. Lingkungan tersebut bisa dibentuk oleh guru BK maupun guru mata pelajaran pada proses pembelajaran, maupun di luar proses pembelajaran. Dalam perspektif pendidikan nasional, Bimbingan dan Konseling merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan di sekolah, yang bertujuan untuk membantu para siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan memperoleh kemandirian. Bimbingan Konseling merupakan suatu badan yang memberikan bimbingan kepada siswa agar mencapai prestasi yang terbaik. Selain itu bimbingan konseling juga digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh para siswa, baik itu secara pribadi maupun secara umum, untuk itu peran bimbingan konseling sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan motivasi siswa untuk lebih berprestasi (Sudrajat, 2008). Layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,

5 sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian dengan adanya bimbingan dan konseling siswa dapat mengatasi permasalahan belajarnya, sehingga diharapkan setiap siswa memiliki motivasi untuk belajar. Namun tidak semua memiliki persepsi positif terhadap bimbingan Guru BK (Sukmadinata. 2007). Data tentang peran bimbingan konseling dalam mengatasi bermasalahan belajar tahun ajaran 2007/2008 2009/2010, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4 Data permasalahan siswa kelas X, XI, XII tahun ajaran 2007/2008, 2008/2009, dan tahun 2009/2010 SMK Negeri 6 Surakarta No Kelas Tahun Ajaran 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Rata-rata 1 X 52 54 67 57,67 2 XI 42 40 38 40,00 3 XII 34 24 21 26,33 Sumber: Data Primer SMK Negeri 6 Surakarta, Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa Guru BK telah melakukan tugas bimbingan dan konseling terhadap siswa yang bermasalah. Selain bimbingan dan konseling, cara guru dalam melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Cara guru dalam proses pembelajaran, akan mendorong keinginan siswa dalam belajar. Sedangkan mengajar merupakan tugas utama seorang guru

6 yang wajib berdampak positif untuk dirinya dan siswa, baik guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing maupun sebagai pencipta lingkungan belajar. Proses pembelajaran itu merupakan proses interaksi akademis antara guru dan siswa ditempat, pada waktu dengan isi yang diatur sedemikian rupa oleh sekolah dengan aspek-aspek pokok yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kelancaran proses pendidikan dan pengajaran di sekolah banyak ditentukan oleh cara guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa cara guru SMK Negeri 6 Surakarta, telah menggunakan berbagai metode pembelajaran, memanfaatkan media pembelajaran dan menggunakan berbagai bahan ajar. Penggunaan berbagai metode, media, dan bahan ajar tersebut merupakan upaya guru untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih baik. Namun tidak semua siswa semua cara yang digunakan guru dalam mengajar disukai oleh siswa. Walaupun guru BK telah menunjukkan peran yang baik, dan guru telah menunjukkan cara mengajar dengan berbagai variasi gaya mengajr, media, dan bahan ajar, namun pada kenyataannya motivasi berprestasi siswa masih belum merata, artinya dalam pelaksanaan pembelajaran baik teori maupun praktik, masih terlihat prilaku siswa yang datang terlambat, mengantuk, lesu, kurang konsentrasi, dan kurang serius dalam mengikuti pembelajaran, juga masih ditemui beberapa siswa yang tidak mempersiapkan bahan pelajaran atau modul, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

7 Berdasarkan permasalahan di atas, dalam peneleitian ini akan dikaji pengaruh persepsi siswa tentang bimbingan konseling dan kinerja guru dalam mengajar terhadap motivasi prestasi belajar siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan persepsi siswa tentang bimbingan Guru BK dengan motivasi berprestasi siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta? 2. Apakah terdapat hubungan cara guru mengajar dengan motivasi berprestasi siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta? 3. Apakah terdapat hubungan persepsi siswa tentang bimbingan Guru BK dan cara guru mengajar dengan motivasi berprestasi siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengkaji hubungan persepsi siswa tentang bimbingan guru BK dengan motivasi berprestasi siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta. 2. Untuk mengkaji hubungan cara guru mengajar dengan motivasi berprestasi siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta.

8 3. Untuk mengkaji hubungan persepsi siswa tentang bimbingan guru BK dan cara guru mengajar terhadap motivasi berprestasi siswa kelas X di SMK Negeri 6 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Praktis Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan pertimbangan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi siswa melalui layanan bimbingan konseling dan peningkatan cara guru dalam mengajar. 2. Teoritis Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai tambahan literatur pada program pascasarjana Universitas Muhammadiyah khususnya program Magister Sains Psikologi.