BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

NAJA HIMAWAN

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

BAB V METODOLOGI. Mulai

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline


ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

BAB IV ANALISIS TEGANGAN PADA CABANG PIPA

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut.

EVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN AUXILIARY STEAM PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

BAB VII PENUTUP Perancangan bejana tekan vertikal separator

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

ANALISA EROSI DAN VIBRASI PADA SISTEM PERPIPAAN AKIBAT ALIRAN FLUIDA BERKECEPATAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

ANDHIKA HARIS NUGROHO NRP

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

BAB II TEORI TEGANGAN PIPA DAN PERANGKAT BANTU ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

Disusun oleh: KHAMDAN KHAMBALI

ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN BONGKAR MUAT KAPAL TANKER MT. AVILA 6300 DWT. DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CAESAR II v5.10.

Prasetyo Muhardadi

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc. 2. Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D.

PERENCANAAN EXPANSION SPOOL DAN ANCHOR BLOCK PERENCANAAN PIPA DAN EXPANSION SPOOL PADA PIPA PENYALUR SPM

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Rakhmad Darmawan Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc 2.Yoyok S. Hadiwidodo, ST,MT

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

E = Regangan Adapun regangan didapat dari rumus di bawah (Smith dan Van Laan, 1987) : l f l o ε = lo (2.2) l ε = l o (2.3) Gambar 2.1. Contoh Bentuk R

BAB II LANDASAN TEORI

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

APLIKASI MSC PATRAN UNTUK PENENTUAN RENTANG MAKSIMUM PENYANGGA PIPA PRIMER REAKTOR AP1000

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI SISTEM PEMIPAAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending radius. Hasil perhitungan ditunjukkan pada kalkulasi dan Tabel. 4.7 dan 4.8 Kalkulasi untuk pipa lurus persamaan (2.13) P 0.8 MPa D 323.85 mm S 137.89 MPa Fp 1 Y 0.4 C 3 mm t 68

mm mm mm 0.918 mm tm t + c tm 0.918 + 3 3.918 mm Tabel. 4.1 Ketebalan minimum untuk pipa lurus Parameter Besaran Satuan P (Pressure) 0.8 MPa D ( Diameter) 323.85 mm S ( Allowable Stress) 137.89 MPa Fp (Coeficien Factor) 1 Y (Coeficien Y) 0.4 c ( Allowance Corosion ) 3 mm t 0.864 mm t m 3.918 mm Kalkulasi untuk pipe bending radius Persamaan(2.15) Intrados (inside bending radius) I 69

1.107 t mm mm 1.037 mm Kalkulasi untuk pipe bending radius Persamaan(2.16) Extrados (outside bending radius) I 70

0.924 t mm mm 0.866 mm Tabel 4.2 Ketebalan minimum untuk pipa bends Parameter Besaran Satuan P (Pressure) 0.8 MPa D ( Diameter) 12 inch 323.85 mm S ( Allowable Stress) 137.89 MPa Fp (Coeficien Factor) 1 Y (Coeficien Y) 0.4 I intrados 1.107 I extrados 0.866 t intrados 4.037 mm t extrados 3.866 mm Perbandingan antara hasil perhitungan ketebalan pipa manual dengan ketebalan pipa rancangan awal untuk pipa lurus mempunyai selisih yang besar yaitu 9.27 mm 71

3.918 mm 5.352 mm. Sedangkan untuk pipe bends intrados 9.27 mm- 4.037 mm 4.233 mm,dan untuk pipe bends extrados 9.27 mm- 3.866 mm 5.404 mm. Sehingga pipa dinyatakan aman karena nilai t perhitungan manual < t actual. 4.2. Perhitungan Nilai Jarak Span Support berdasarkan Maximum Stress. Perhitungan nilai panjang span support sesuai dengan persamaan 2.42 : L Menentukan nilai modulus section Z 0.000233 m 3 atau 2.33 x 10-4 m 3 Menghitung total gaya dari seluruh lay out piping Total Gaya (W total ) ( W fluida ) + ( W Insulasi ) + ( W pipa ) ( 3.367 + 140.99 + 800 ) N 943.807 N 72

L m m 1 m 18.45 m 4.3 Analisa Tegangan Pipa dengan Output CAESAR II Dari pengumpulan data yang dilakukan, maka langkah selanjutnya analisa tegangan pipa dengan program CAESAR II Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan nama project - Nama project : Desain at 28 - Pilih piping input 73

Gambar 4.1 Tampilan layar input defines system - Klik OK maka muncul satuan-satuan yang akan digunakan. Gambar 4.2 Tampilan layar units system 2. Maka akan muncul kolom classic piping input. Masukan data-data yang sudah didapat baik dari data pipa,data service, data fluida maupun insulasi. 74

Gambar 4.3 Tampilan classic piping input 3. Membuat modeling perpipaan steam Dalam membuat modeling berdasarkan referensi dari isometric drawing rancangan perpipaan steam sebagai berikut : Gambar 4.4 Isometric drawing rancangan perpipaan steam 75

Dibawah ini tampilan modeling pada CAESAR II Gambar 4.5 Tampilan modeling perpipaan steam pada CAESAR II 4. Analisa tegangan pipa Setelah semua data-data untuk desain at 28 sistem perpipaan steam telah dimasukkan kedalam sistem, maka cek apakah modeling pipa sudah sesuai (tidak terjadi kesalahan dalam input modeling) dengan start run sehingga analisa tegangan dapat dilakukan lebih lanjut. Gambar 4.6 Tampilan error and warning checking CAESAR 76

Proses analisa dimulai dengan memilih perintah Batch Run pada program CAESAR. Berikut tampilan setelah memilih perintah Batch Run tanpa ada data yang salah. Gambar 4.7 Tampilan load case analisa CAEAR II 5. Hasil Analisa 77

Gambar 4.8 Tampilan report analisa CAESAR II Gambar 4.9 Tampilan grafik analisa tegangan pipa output CAESAR II Kemudian dimunculkan Report Stress ataupun Stress Summary CAESAR II untuk model rancangan awal, menunjukan bahwa terjadi tegangan berlebih (overstress) ataupun dikatakan kegagalan desain ( failed design) sehingga perlu dilakukan desain ulang (redesain) pada penentuan jenis dan posisi penyangga (support) pipa. 78

Dari analisa output CAESAR dapat dijelaskan melalui pembuktian teori dasar dimana terjadi kegagalan desain (failed design) sebagai berikut: Dalam perhitungan limitasi jarak penyangga (span support limit) menunjukkan bahwa jarak maksimum penyangga (support) adalah 19 m, maka dapat dihitung besarnya momen bending maksimum, tegangan bending atau geser maksimum dan defeksi maksimumnya. Nilai momen bending maksimum dari span support limit : M max 40159.28 N.m Nilai maximum stress dari span support limit : σ b N/m 2 172357424.89 N/m 2 atau Pa 172357.42 kpa. Nilai maksimum deflection dari span support limit : Δ 79

m 0.063 m Standard Distance 18.45 m Distance on Design 29 m Force 943.807 N/m Maximum Deflection 0.063m (Manual) Deflection yang terjadi 4 m σ max 172357.42 kpa (Caesar) Manual Allowable Stress 241316.1 kpa σ max -172357.42 kpa (Manual) σ yang terjadi -346182.7 kpa M max 40159.28 N.m CAESAR Gambar 4.10 Ilustrasi gambar analisa failed design berdasarkan teori dasar. Hal ini menunjukan bahwa terdapat kesalahan desain untuk posisi penyangga (support) yang menyebabkan terjadi tegangan dan defleksi yang berlebih. Maka perlu dilakukan desain ulang pada rancangan pipa. 80

6. Desain ulang perancangan perpipaan Desain ulang dilakukan dengan mengatur/menentukan ulang jenis maupun posisi penyangga (support) pipa dan juga mempertimbangkan efektif dan efisiensi pengunaan support.(perlu dilakukan berulang-ulang mendesain ulang dan analisa tegangannya untuk mendapatkan desain yang terbaik). Berikut hasil desain ulang rancangan perpipaan. 7. Hasil analisa desain ulang. Gambar 4.11 Desain ulang perpipaan steam Gambar 4.12 Tampilan view report CAESAR untuk sustained load 81

Gambar 4.13 Tampilan view report CAESAR untuk occasional load Gambar 4.14 Tampilan view report CAESAR untuk expansion load Dimana tidak terjadi kegagalan akibat tegangan berlebih (over stress) sehingga dapat dianalisa lebih lanjut. 82

4.4 Analisa Tegangan Pipa dengan Perhitungan Manual Data material pipa ASTM/ASME A-106. GR.B ditunjukkan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan outlet steam header boiler batubara menuju steam header boiler gas plant 1 ditunjukkan pada Tabel. 4.3 Tabel 4.3 Data material pipa Parameter Besaran Unit NPS (12 inchi) 323.85 mm Schedule 40 - Inside Diameter 304.876 mm Outside Diameter 323.85 mm Wall Thickness 9.525 mm Corrosion Allowance 3 mm Pipe Density 8025 kg/m 3 Moment of Inersia 0.000116 m 4 Perhitungan momen inersia untuk silinder pejal I xx I 0.000116 m 4 Perhitungan nilai modulus section Z 0.000233 m 3 atau 2.33 x 10-4 m 3 83

Tabel. 4.4 Properti profil cross section bangun ruang (Sumber: Khurmi Machine Design Hand Book) Tabel. 4.5 Kondisi kerja pipa Parameter Besaran Unit Operating Temperatur 347 F Pressure 0.8 MPa Fluid Density 0.240 kg /m 3 Tabel 4.6 Allowable stress pipa pada variasi temperatur Material Spec Grade Allowable stress pada temperature ( F) dalam ksi No. 100 200 300 400 500 600 700 800 Carbon Steel A 106 B 20 20 20 20 18.9 17.3 16.5 10.8 (Sumber: ASME B13.3 Process Piping) 84

4.4.1 Perhitungan Tegangan Ijin (Allowable Stress) Nilai tegangan ijin yang digunakan sebagai acuan adalah nilai tegangan ijin berdasarkan desain temperatur. Nilai tegangan ijin dari setiap kondisi berbeda. Untuk kondisi sustained load nilai tegangan ijin sama dengan nilai tegangan ijin pada yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 hasil interpolasi ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel. 4.7 Nilai tegangan ijin material untuk sustained load Temperatur ( F ) S ( MPa) 100 137.89 200 137.89 347 137.89 Untuk kondisi occasional load nilai tegangan ijin ditentukan sesuai Persamaan 2.17.Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : S occasional 1.33 x Sh 1.33 x 137.89 183.3937 MPa Dari Persamaan 2.18 kondisi ekspansi thermal nilai tegangan ijin material dapat dituliskan sebagai berikut. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut : S ekpansi f (1.25 Sc + 0.25 Sh) 1 ( 1.25 x 137.89 MPa + 0.25 x 137.89 MPa) 1 ( 172.36 + 34.47 )MPa 206.83 MPa 85

Tabel. 4.8 Nilai tegangan ijin material berdasarkan ekspansi load Parameter Besaran Unit Sc 137.89 MPa Sh 137.89 MPa f 1 S ekspansi 206.83 MPa 4.4.2 Nilai Tegangan Sustained Load Sustained load adalah total dari longitudinal stress yang disebabkan oleh tegangan longitudinal tekan, tegangan axial dan tegangan tekuk. Nilai dari tegangan longitudinal tekan adalah sama pada setiap segmen pipa dikarenakan pressure fluida pada setiap segmen sama. Nilai dari tegangan longitudinal tekan sesuai dengan persamaan 2.22 σ lp σ lp 6.8 MPa 6800 kpa Tabel 4.9 Nilai tegangan longitudinal tekan Parameter Besaran Unit P 0.8 MPa OD 304.87 mm T 9.525 mm S L 6.8 MPa 86

Nilai dari tegangan akibat gaya axial pada setiap segmen pipa adalah sama dikarenakan gaya axial yang diakibatkan oleh pressure sama pada setiap segmen. Formula yang digunakan untuk menghitung tegangan axial sesuai dengan persamaan 2.20. Hasil dari tegangan akibat gaya axial dapat dilihat pada Tabel 4.10 Parameter Besaran Unit NPS ( 12 inchi ) 323.85 mm Schedule STD - Inside Diameter 304.876 mm Outside Diameter 323.85 mm Wall Thickness 9.525 mm Corrosion Allowance 3 mm Pipe Density 8025 kg/m 3 Moment of Inersia 0.000116 m 4 Pipa outside diameter Ao Pipa inside diameter A i A m 9364.617 mm 2 σ ax 87

7.033 MPa 7033 kpa Tabel 4.10 Nilai tegangan akibat axial load Parameter Besaran Satuan P (Pressure) 0.8 MPa OD (Outside Diameter) 323.85 mm I D ( Inside Diameter ) 304.876 mm 2 Ai ( Inside Area Section) 72965.259 mm 2 Am ( Area Section) 9364.617 mm 2 σ ax (Axial Stress) 7.033 MPa Nilai bending stress dihitung setiap segmen dari pipa, maksud dari setiap segmen adalah potongan pipa antar support. Gambar 4.15 Tampilan segmen dari lay out perpipaan Nilai tegangan akibat beban berat baik berat pipa, berat fluida maupun insulasi (tegangan tekuk) berbeda pada setiap segmen dikarenakan setiap segmen-segmen pipa mempunyai panjang dan terdapat beban tambahan yang berbeda sehingga nilai momen bending berbeda, setelah diketahui nilai momen bending dari setiap segmen nilai bending stress dapat diketahui sesuai dengan persamaan 2.34. Dan hasil perhitungan 88

manual bending stress ditunjukkan pada Tabel 4.11. Berikut adalah kalkulasi bending stresss dari 4 segmen yang telah ditentukan. Perhitungan beban merata segmen 1 (Node 64-75) Data fluida : Steam density ( P 0,8 MPa) 4.612 kg/m 3 Area section ( inside diameter) π/4.d 2 {π/4.(0.304876) 2 } 0.073 m 2 Massa ρ steam x A steam 4.612 kg/m 3 x 0.073 m 2 0.3367 kg/m Gravitasi Gaya ( W fluida ) 10 m/s 3.367 N per meter Data insulasi : Insulasi Density 240 kg/m 3 89

Area section π/4.(d o 2 -d i 2 ) π/4.(0.423.85 2-0.323.85 2 ) 0.058 m 2 Massa ρ insulasi x A insulasi 240 kg/m 3 x 0.058 m 2 14.09 kg/m Gravitasi Gaya ( W Insulasi ) 10 m/s 140.99 N per meter Data pipa : 323.85 mm (dia. 12 inch) Massa Gaya ( W pipa ) 80 kg/m 800 N per meter Total Gaya (W total ) ( W fluida ) + ( W Insulasi ) + ( W pipa ) ( 3.367 + 140.99 + 800 ) N 943.807N M max N.m 2201.66 N.m 90

σ b atau Pa 3073275.862 atau Pa 3073.276 kpa 3.073 MPa 4.3 m 943.807 N/m 3073.276 kpa -3073.276 kpa 2201.66 N.m Gambar 4.16 FBD,SFD dan BMD pada segmen 1 (node 64-75) 91

Perhitungan beban merata segmen 3 ( Node 130-190 ) Data Expansion Joint(Type EB-1J) Massa Panjang Gaya 5.7 kg 304 mm 57 N Total Gaya (W total ) ( W fluida ) + ( W Insulasi ) + ( W pipa ) + ( W expansion joint ) ( 3.367 + 140.99 + 800 + 57) N 1000.807 N M max N.m 25725.19 N.m 92

σ b atau Pa 35909913.79 atau Pa 35909.913 kpa 35.909 MPa Perhitungan beban merata segmen 6 (Node 250-330) Total Gaya (W total ) ( W fluida ) + ( W Insulasi ) + ( W pipa ) + ( W expansion joint ) ( 3.367 + 140.99 + 800 + 57) N 1000.807 N M max 93

N.m 15137.205 N.m σ b atau Pa` atau Pa 21130.086 kpa 21.13 MPa Perhitungan beban merata segmen 7 (Node 330-420) Total Gaya (W total ) ( W fluida ) + ( W Insulasi ) + ( W pipa ) + ( W expansion joint ) ( 3.367 + 140.99 + 800 + 57) N 94

1000.807 N M max 24135.97N.m σ b atau Pa` atau Pa 33691.46kPa 33.694 MPa 95

Tabel.4.11 Beban akibat sustained load dari perhitungan manual Segmen Axial Longitudinal Longitudinal Sustained Allowable Stress Stress (kpa) Bending Stress (kpa) Pressure Stress(kPa) Load (kpa) Sustained Load (kpa) S1 7033 3073.276 6800 16906.276 137890 S3 7033 35909.913 6800 49742.913 137890 S6 7033 21130.086 6800 34963.086 137890 S7 7033 33691.465 6800 47524.465 137890 4.4.3 Nilai Tegangan Occasional Load Perhitungan nilai tegangan occasional load akibat beban angin sesuai dengan Persamaan 2.38. Nilai dari tegangan occasional load akibat beban angin sangat kecil sehingga nilainya bisa diabaikan. Hasil perhitungan manual occasional load akibat angin ditunjukkan pada Tabel. 4.13. Contoh kalkulasi occasional load pada segmen 4 Diketahui : ρ V 0.9331 kg/m3 25 km/jam atau 6.94 m/s μ 0.000017 N.s/m 2 D 323.85 mm atau 0.32 m Menentukan bilangan coefficient drag (Cd) dari persamaan 2.37 Re D 96

337.899 Dari perhitungan diatas maka didapat nilai bilangan Reynold sehingga ditentukan coefficient drag(cd) berdasarkan grafik. Coefficient drag (Cd) 24/Re 24/337.899 0.077 Beban yang diterima dari persamaan 2.35 dan 2.36 q 22.47 kg.m/s 2 atau N F 0.55 N per m 97

Tabel.4.12 Beban akibat occasional load (wind) dari perhitungan manual Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari tegangan occasional load sangat kecil untuk perhitungan manual diperoleh nilai dari tegangan akibat beban angin terbesar 0.4 Pa atau 0.0004 kpa pada segmen 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem perpipaan yang terkena beban angin dengan kecepatan rendah dapat diabaikan. Perhitungan nilai tegangan occasional load akibat beban seismic sesuai dengan persamaan 2.38. Hasil perhitungan occasional akibat beban seismic ditunjukkan pada tabel.contoh kalkulasi perhitungan tegangan akibat seismic pada segmen 1 (Node 64-75) ditunjukkan pada persamaan dibawah ini : S S Diketahui i 1 σ 1.4246 kpa (nilai bending stress sustained segmen 1) G S 0.2 (seismic acceleration) 0.75 x i x 12 x σ x 1.5 x G 98

0.75 x 1 x 12 x 2652.672 kpa x 1.5 x 0.2 7162.214 kpa Tabel.4.13 Beban akibat seismic load dari perhitungan manual Segmen Stress Intensification Factor (I) Seismic Acceleration (G ) Sustained Load ( kpa) Seismic Load (kpa) S1 1 0.2 2652.6 7162.2 S3 1 0.2 31546.8 85176.4 S6 1 0.2 18562.8 50119.4 S7 1 0.2 26689.9 72062.7 Tabel.4.14 Beban akibat wind dan seismic load-(occasional load) Allowable Segmen Wind Load Seismic Load Occasional Load Stress (kpa) (kpa) (kpa) Occasional Load (kpa) S1 0.0004 7162.2 7162.20 1833937 S3 0.00012 85176.4 85176.40 1833937 S6 0.00015 50119.4 50119.40 1833937 S7 0.00012 72062.7 72062.70 1833937 4.4.4 Nilai Tegangan Expansion Load Perhitungan nilai tegangan thermal ekspansi untuk pipa lurus sesuai dengan persamaan 2.39 sampai dengan 2.41. Contoh perhitungan nilai tegangan pada pipa lurus segmen 3 ( Node 130-190 ) dan segmen 6 (Node 250-330) adalah sebagai berikut : Menentukan defleksi pipa pada pipa lurus segmen 3 ( Node 130-190 ) Δ 99

m 0.024 m Nilai tegangan thermal ekspansi pada pipa lurus segmen 3 ( Node 130-190 ) M N.m N.m 15819.78 N.m S N/m 2 100

67896070.24 N/m 2 atau 67896.070 kpa. Menentukan defleksi pipa pada pipa lurus segmen 6 (Node 250-330) Δ m 0.0084 m Menentukan thermal ekspansi pada pipa lurus segmen 6 (Node 250-330) M N.m N.m 9409.817 N.m 101

S N/m 2 40385484.25 N/m 2 atau Pa 40385.484 kpa. Tabel.4.15 Perbandingan defleksi maksimum dari desain awal dan desain ulang Defleksi Maksimum Defleksi Maksimum Kondisi Interval Node Jarak support Perhitungan Manual yang terjadi pipa Antar support (Maks 18.45 m) (0.063m/maks. span support) (Output CAESAR) Desain Segmen 1 awal Desain ulang (60-190) 29 m 0.41 m 4 m Segmen 1 (65-75) 4.3 m 0.00019 m 0.0059 m Segmen 2 (75-130) 13.34 m 0.018 m 0.049 m Segmen 3 (130-190) 14.34 m 0.024 m 0.030 m Dalam hal ini perbedaan pada desain awal dari no 60-190 didesain dengan 1 segmen dengan jarak 29 m (1 support), sedangkan untuk desain ulang di desain dengan 3 segmen dengan segmen 1 4.3 m, segmen 2 13.34 m dan segmen 3 14.34 m (4 support). 102