PENDAHULUAN Latar belakang Estuaria merupakan salah satu bentuk dari ekosistem lahan basah yang - luasnya di Indonesia mencapai 38 juta ha (Wetland Indonesia. 1996). Kawasan- kawasan lahan basah (termasuk estuarial ini, mengalami kenrsakan yang sangat serius karena perkembangan populasi manusia dan pembangunan yang tidak bewawasan lingkungan. Hal ini mengakibatkan menyusutnya hutan mangrove, hutan rawa, hutan gambut beseria keanekaragaman spesies flora dan fauna di dalamnya, pencemaran air karena penggunaan pupuk, racun hama, penyakit, serta berbagai industri dan kegiatan pertambangan. Masalah serius lainnya adalah pelumpuran. karena kegiatan pertanian di lahan atas yang tidak memperhatikan teknik konsentasi hutan, tanah dan air. Kawasan Estauria Segara Anakan memiliki luas 45 340 ha (Mumi, 1995). Secara administrasi termasuk ke dalarn Kabupafen Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Kawasan ini terdiri atas daratan seluas 11 940 ha, perairan rawa bakau 29 400 ha, dan perairan rawa payau 4 000 ha. Estuaria Segara Anakan ini dibatasi oleh Pulau Nusakambangan seluas 30 000 ha. Kekhasan ekosistem ini karena tetaknya terlindung oleh Pulau Nusakambangan yang memisahkannya dari Samudera Indonesia. Segara Anakan tetap terpengaruh oleh gerakan pasang sunrt air iaut karena adanya dua kanal. yaitu kanal barat dan kanal timur, yang rnenghubungkannya dengan Samudera Indonesia.
Segara Anakan memiliki tip8 zonasi hutan mangrove yang tedengkap di Pulau Jawa (Adiwihga, 1992), terdiri atas 26 jenis vegetasi dengan tiga jenis veg etasi paling dominan yaitu Rhizophora apiculata, R. mucronata, clan Bruguiera gymnmhiza. Selain itu, ekosistem hutan mangrove dan perairan Segara Anakan juga merupalran habitat dari berbagai spesies hngka seperti pesut (Orchaella brevimms), duyung (Dugong-dugong) serta jenis burung langka yang terancam punah seperti bluwok (Mycfena cinema) (Mumi, 2000). Secara ekokgis berfungsi sebagai daerah pemijahan dan pernbesaran (numery ground) berbagai jenis spesies komersial baik ikan maupun udang dan habitat berbagai jenis fauna, diantaranya termasuk jenis yang dilindungi, serta sebagai tempat mencari makan bagi sekitar 45 jenis ikan peruaya (PKSPL, 1997). Dan segi sosial ekonomi, Segara Anakan merupakan sumber mata pencaharian bagi rnasyarakat sekiamya, baik di bidang perikanan, pertanian, kehutanan, pariwisata dan transportasi. Produktivitas Segara Anakan berikut fungsi ekologis dan sosial ekonomisnya mendapat ancaman karena pendangkalan yang berlangsung lama menyebabkan penyusutan tuasan maupun kedalaman perairannya. Penyusutan ini disebabkan karena adanya sedimen yang terendapkan sebagai akibat adanya emsi di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy, DAS Cikonde, dan DAS Cibeureum. Menurut ECL (1994), DAS Citandui mengkontribusi sekitar 5 juta m3 lumpur/tahun sedangkan DAS Cikonde sekitar 770 000 m3 lumpurltahun. Disarnping itu Napitupulu dan Ramu (1982) menyebutkan adanya sumber lumpur dari OAS Segara Anakan sekitar 1.6 juta rn31tahun dan limpasan banjir dail Kecamatan Nusa Wuluh sekitar 0,62 juta m3ffahun.
kepiting bakau (Scylla olivacea, S. tranquebarica, dan S. serrata) di habitat alaminya. lden tifi kasi dan Perum usan Masalah Perairan Segam Analran saat ini terus mengalami akresi, pendangkalan serta penrbahan ekosistem -perairan yang menyebabkan terjadinya perubahan hidromorfografi. Perubahan ini diduga menciptakan habitat yang baik bagi keberadaan kepiting bakau. Untuk mengetahui parameter karakteristik habitat dan kaitannya dengsn keberadaan tiga jenis kepiting bakau, maka diperlukan pendekatan masalah sebagai berikut: I Menetapkan tip8 habitat dari ke-tiga jenis kepiting bakau bsrdasarkan pada variasi karakteristik lingkungan. 2 Diamati dan diukur jenis dan kerapatan mangrove, parameter kualitas air dan substrat, serta ketersediaan makanan alami kepiting bakau. 3 Pada tiap tipe habitat dihitung jumiah individu per jenis, jenis kelamin, panjang karapas dan lebar karapas kepiting bakau. Kemudian dianaiisis penyebaran dan ukuran per jenis. 4 Menentukan pola distribusi kepiting bakau pada tiap tipe habitat berdasarkan pada karakteristik habitat yang mempengaruhinya.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penetitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui pola distribusi kepiting bakau bedasarkan jenis dan ukuran. 2. Mengetahui kat-akteristik masing-masing habitat kepiting bakau dan hubungannya dengan distribusi kepiting bakau. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan, distribusi, dan kondisi kepiting bakau di alam, dapat menjadi data dasar bagi kegiatan budidaya, sem menjadi bahan pertimbangan bagi perlindungan, pengelolaan, dan pernanfaatan sumberdaya kepiting bakau untuk masa yang akan datang. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah karakteristik dan tip habitat yang berbeda di perairan Karang Anyar, Segara Anakan, akan berpengaruh terhadap keberadaan dan pola penyebaran kepiting bakau.