Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus : UD Honda II Kepanjen AHASS 06641)

dokumen-dokumen yang mirip
Pemodelan dan Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Metode Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus : PT. Group Mitra Indonesia)

Pemodelan dan Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Metode Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus: CV. Mulyo Tani Makmur)

Analisis ValueShop Sebagai Pemodelan Bisnis Awal Dalam Perencanaan Arsitektur Enterprise (EAP)

ANALISA PROSES BISNIS

Pemodelan Proses Bisnis

BAB III LANDASAN TEORI

IT VALUATION PENERAPAN ORACLE E-BUSINESS SUITE MODUL PLAN TO PRODUCE PADA PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN B3E

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian..

Diskusi mengenai topik minggu lalu.

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BENGKEL TISKY S MOTOR

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

BAB I PENDAHULUAN. investasi besar yang dilakukan oleh pihak perusahaan, perusahaan skala kecil

ABSTRAK. Kata Kunci: antrian, layanan, model antrian. vi Universitas Kristen Maranatha

TOPIK 4 MODEL MANAJEMEN MUTU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV ANALISA FASE TOGAF ADM

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari pengerjaan tugas akhir, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PERANCANGAN ARSITEKTUR BISNIS PERGURUAN TINGGI DENGAN TOGAF (STUDI KASUS : POLITEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA)

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. penyajian produk atau jasa sesuai ukuran yang berlaku di tempat produk

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRACT. Keywords: Point Of Sale system, accounting information systems, selling transaction. viii. Universitas Kristen Maranatha

Perencanaan Arsitektur Enterprise Untuk Mendukung Strategi Pengembangan Sistem Informasi (Studi Kasus: PT. ABC)

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

Analisis Fungsi Bisnis Sistem Informasi Terintegrasi pada SMA Negeri I Yogyakarta

Model Aplikasi Sistem Penjualan Suku Cadang Pada PT. Kobexindo Tractors Cabang Banjarmasin

Dalarn era digital, pemanfaatan teknologi secara intensif merupakan suatu. kebutuhan dalarn menangani kompleksitas permasalahan konsumen.

Bab 2 Strategi Supply Chain

PENGEMBANGAN SISTEM ERP MODUL PROJECT MANAGEMENT PADA CLIENT PT. JIVA VENTURES (STUDI KASUS : PT. BEST PLANTATION INTERNATIONAL)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci: COBIT, DSS01, mengelola operasional, PT.POS. vi Universitas Kristen Maranatha

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

Sistem Informasi Manajemen pada CV. Kusuma Agung Mandiri Palembang

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010 / 2011

SISTEM INFORMASI PENJUALAN SPARE PARTS DAN SERVICE PADA BENGKEL ISTA MOTOR YOGYAKARTA. Naskah Publikasi. diajukan oleh Septian Permadi

BAB III Landasan Teori

PENERAPAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING UNTUK PERENCANAAN PENGINTEGRASIAN PENGELOLAAN PROSES BISNIS (STUDI KASUS: PANGREUREUHAN TASIKMALAYA)

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. PT. As Motor Sidoarjo merupakan dealer service motor di Jawa Timur

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

ABSTRAK. Kata Kunci : enterprise architecture, arsitektur sistem informasi, 8-Productions, TOGAF, TOGAF ADM

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI STUDI DAN INTEGRASI WORKFLOW MENGGUNAKAN BPMS DAN SISTEM LUCKY SENJAYA DARMAWAN NPM:

SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN JASA SERVICE PADA BENGKEL DONI MOTOR WARENG. Ayu Dwi Sulistiani

[Analisis dan Portofolio ]

RANCANGAN STRATEGI OPERASI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PDAM KOTA BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh : AYU MEDITA SARASWATI NIM :

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Layanan Operasi, ITIL v3, proses bisnis, teknologi informasi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Honda Authorized Service Station) ini diberdiri pada tahun 1992 tepatnya pada

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERHOTELAN BERBASIS WEB PADA PT XYZ

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Johan Rendytama Husni Thamrin S.T.,M.T., Ph.D Umi Fadlillah S.T, M.Eng

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7

Kata kunci : Perencanaan Strategis Sistem Informasi, TOGAF (The Open Group Architecture Framework), ADM (Architecture Development Method), ISSP.

Journal of Information System

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang serba cepat, waktu merupakan hal yang sangat


BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. berkala sepeda motor pada bengekl resmi AHASS Karya Perdana.

SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA COFFEE SHOP STUDI KASUS: KRAKATOA COFFEE AND GEMSTONE

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Pemodelan sistem informasi, Ministry Of Defence Architecture Framework (MODAF). vii. Universitas Kristen Maranatha

Teknik Informatika S1

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. hanya kebutuhan primer saja tapi kebutuhan lainnya, salah satunya adalah

The e-business Application Architecture

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal TIM Darmajaya Vol. 01 No. 02 Oktober 2015 Page 192 ISSN: E-ISSN: X

ABSTRAK. Kata kunci: pengelolaan, proyek, manajemen, resiko

Membangun Strategi SI/TI

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

PENENTUAN JUMLAH PIT YANG OPTIMAL PADA BENGKEL SERVIS HONDA AHASS 1463 KEBONSARI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

DEVIS ZENDY NPM :

PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA BIDANG PERENCANAAN DAN BIDANG KEUANGAN DI PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF ADM

What is your Target????

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

ABSTRAK. Kata Kunci: COBIT, DSS01 (Deliver, Service, and Support), JNE, MYORION. Universitas Kristen Maranatha

MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II Landasan Teori

PENGURANGAN AKTIVITAS PADA PROSES BISNIS UNTUK MEMPERPENDEK LEAD TIME PADA PROSES SERVICE (STUDI KASUS: BENGKEL PT NMI KELAPA GADING)

Transkripsi:

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1485-1492 http://j-ptiik.ub.ac.id Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus : UD Honda II Kepanjen AHASS 06641) Intan Rumaysha 1, Aditya Rachmadi 2, Nanang Yudi Setiawan 3 Program Studi Sistem Informasi, Email : 1 intanrumaysha@gmail.com, 2 rachmadi.aditya@ub.ac.id, 3 nanang@ub.ac.id Abstrak Proses service motor adalah proses bisnis utama yang ada pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641. Dalam proses service motor terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan, mulai dari pelanggan datang untuk melakukan service, pengerjaan service motor, hingga service motor selesai dilakukan. Dalam melakukan aktivitas service motor terjadi beberapa aktivitas yang tidak sesuai dengan target perusahaan, sehingga dapat menghambat aktivitas yang ada pada perusahaan. Oleh Karena itu, perlu dilakukan evaluasi menggunakan metode Quality Evaluation Framework (QEF) untuk mengetahui gap yang terjadi antara target perusahaan dengan hasil kalkulasi yang dilakukan dalam metode QEF. Langkah awal yang dilakukan adalah, mengidentifikasi proses bisnis utama pada bengkel, lalu memodelkan proses bisnis menggunakan Business Process Model and Notation (BPMN). Selanjutnya menentukan quality factor beserta target perusahaan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang ada pada metode QEF. Lalu melakukan identifikasi pada quality factor yang tidak sesuai dengan target perusahaan. Setelah ditemukan gap pada proses evaluasi tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan Root Cause Analysis, tujuannya adalah untuk mengetahui penyebab dan akar permasalahan dari gap. Hasil dari penelitian ini adalah berupa penyebab dan akar permasalahan yang terjadi pada aktivitas atau proses yang telah di evaluasi. Kata kunci: quality evaluation framework (qef), gap, quality factor, business process model and notation (bpmn), root cause analysis (rca) Abstract The process of motorcycle maintenance is the main business process at UD Honda II Kepanjen Ahass 06641. In the process of motorcycle maintenance there are several activities performed, starting from customers come to perform maintenance, motorcycle maintenance work, until the motorcycle maintenance is done. In doing motorcycle maintenance activities occur some activities that are not in accordance with the target company, so it can hamper the existing activities in the company. Therefore, it is necessary to evaluate using Quality Evaluation Framework (QEF) method to know the gap that occurs between the target company with the results of calculations performed in QEF method. The first step is to identify the main business processes in the workshop, then model the business processes using Business Process Model and Notation (BPMN). Next determine the quality factor and target company, then performed calculations in accordance with the equations that is in the QEF method. Then identify the quality factor that is not in accordance with the target company. After finding the gap in the evaluation process, the next step is to do Root Cause Analysis, the purpose is to find the cause and root of the problem of the gap. The result of this research are the causes and effects that occur in the activity or process that has been evaluated. Keywords: quality evaluation framework (qef), gap, quality factor, business process model and notation (bpmn), root cause analysis (rca) 1. PENDAHULUAN UD Honda II Kepanjen Ahass 06641 merupakan sebuah Bengkel Motor resmi sepeda motor Honda / Astra Honda Authorized Service Station yang memiliki lambang H2 untuk melakukan perawatan sepeda motor honda dan pelayanan after sales service di Indonesia, serta melayani pembelian spare part motor honda atau suku cadang asli Honda. Pada Ahass Honda Kepanjen ini selalu ramai pelanggan yang ingin melakukan perawatan motor, sehingga terjadi antrian yang Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 1485

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1486 perawatan motor, banyak pelanggan yang membatalkan melakukan perawatan motor karena pelanggan tidak ingin menunggu lama karena antrian yang panjang. Hal ini dapat menurunkan keuntungan pada perusahaan tersebut dan juga dapat menghilangkan loyalitas pelanggan terhadap UD Honda II Kepanjen Ahass 06641. Dan pelanggan yang merasa tidak puas setelah melakukan perawatan motor datang secara tiba-tiba ke Ahass Honda Kepanjen ini karena terdapat kesalahan pada sepeda motor setelah dilakukan service, sehingga semakin menambah antrian yang panjang. Tidak hanya itu, jumlah motor yang masuk untuk melakukan service motor tidak sesuai dengan target perusahaan, artinya jumlah motor yang masuk untuk melakukan service setiap bulannya masih belum memenuhi target perusahaan. Contoh saja pada bulan Maret 2017, motor yang masuk untuk melakukan service adalah 960 unit saja, sedangkan target perusahaan dalam waktu satu bulan adalah 1200 unit motor yang masuk untuk melakukan service Maka dalam hal ini penting untuk melakukan evaluasi proses bisnis yang ada pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641. Dari uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah karya tulis berbentuk skripsi dengan judul Evaluasi Proses Bisnis Menggunakan Quality Evaluation Framework (QEF) (Studi Kasus : UD Honda II Kepanjen AHASS 06641). 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1 Quality Evaluation Framework (QEF) Metode Quality Evaluation Framework (QEF) merupakan pendekatan yang dikembangkan pada tahun 2014 dari beberapa metode pemodelan proses bisnis yang ada. (Heidari dan Loucoppoulos, 2014). Dalam metode QEF, terdapat langkahlangkah yang harus dilakukan dalam proses evaluasi. Langkah-langkahnya akan dijelaskan pada penjelasan berikut ini : 1. Pemangku kepentingan (Stakeholder) mendefinisikan kebutuhan Non- Fungsional yang mengacu pada proses bisnis suatu organisasi. Kebutuhan Non- Fungsional adalah kebutuhan yang berhubungan tentang waktu, kecepatan pemrosesan atau reaksi, throughput serta kualitas spesifik konsep proses bisnis secara keseluruhan tercermin dalam suatu organisasi. 2. Untuk setiap kebutuhan Non-Fungsional a. Menentukan proses bisnis yang dirujuk dari kebutuhan Non-Fungsional b. Menentukan faktor-faktor yang akan diukur sebagai quality objective i. Menentukan konsep proses bisnis yang akan diukur dari kualitas yang ditunjuk. ii. Menentukan quality factor apa saja yang digunakan untuk mengukur konsep proses bisnis tersebut. iii. Menentukan quality metrics yang akan diterapkan pada quality factor c. Pertanyaan kualitas pada proses bisnis i. Identifikasi konsep proses bisnis ii. Identifikasi quality factor iii. Menerapkan spesifikasi metrik untuk quality factor iv. Mendapatkan hasil kualitas d. Lakukan pengukuran point (c) terhadap (b) e. Menentukan tingkat kepuasan terhadap quality objective. 3. Mengembalikan hasil evaluasi kepada stakeholder. Tabel 1. Quality Dimension dan Quality Factor Dimension Factor Performance Efficiency Reliability Recoverability Permissability Availability 2.2 5 Whys Analysis Throughput Cycle Time Timeliness Cost Resource efficiency Time efficiency Cost efficiency Reliableness Failure frequency Time to failure Time to recover Maturity Authority Time to shortage Time to access Availableness 5 Whys adalah teknik yang dikembangkan oleh Sakichi Toyoda, salah satu pendiri Toyota pada tahun 1930 an, yaitu sebuah teknik

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1487 yang sederhana dan praktis namun sangat efektif untuk mengungkap akar dari suatu permasalahan, sehingga dapat menemukan solusi yang dapat benar-benar menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada sebuah perusahaan. proses bisnis menggunakan Business Process Modelling and Notation (BPMN), selanjutnya melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641 menggunakan metode Quality Evaluation Framework (QEF), dan melakukan Root Cause Analysis untuk mengetahui akar permasalahan dari gap yang telah ditemukan dari proses evaluasi menggunakan metode 5 Whys Analysis. Mulai Melakukan Evaluasi Proses Bisnis menggunakan QEF Root Cause Analysis Gambar 1. 5 Whys Method Analysis Identifikasi Studi Kasus Pemodelan Proses Bisnis Utama menggunakan BPMN Kesimpulan dan Saran 2.3 Value Shop Analysis Analisis Value Shop pertama kali dikemukakan oleh Stabell dan Fjeldstad pada tahun 1998, merupakan bentuk pengembangan dari analisis rantai nilai (value chain analysis) yang pertama kali diusulkan oleh Michael Porter pada tahun 1985. Berbeda dengan analisis Value Chain yang digunakan untuk mendeskripsikan cara melihat bisnis sebagai rantai aktivitas yang mentransformasikan input menjadi output sehingga memiliki nilai bagi pelanggan. Gambar 2. Pemetaan Value Shop menurut Stabell dan Fjeldstad (1998) 3. METODOLOGI PENELITIAN Alur penelitian dimulai dari identifikasi masalah yang terjadi pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641, lalu melakukan pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung untuk menganalisis permasalahan yang ada pada bengkel tersebut, lalu menganalisis proses bisnis utama dan pendukung pada bengkel tersebut, lalu menentukan proses bisnis yang akan di evaluasi, lalu melakukan pemodelan Pengumpulan Data Menganalisis Proses Bisnis Utama dan Pendukung Gambar 3. Alur Penelitian 4. IDENTIFIKASI DAN PEMODELAN PROSES BISNIS 4.1 Analisis Value Shop & Pemodelan a. Aktivitas Utama 1. (Problem-finding and acquisition) a. Penerimaan motor yang akan di service Penerimaan motor yang akan di service adalah tahap awal dimana pelanggan melakukan kontak dengan admin pada ahass Honda ini, pada aktivitas ini pelanggan datang menuju admin untuk melaporkan kebutuhan apa yang ingin dilakukan oleh pelanggan, admin terlebih dahulu menanyakan ke pelanggan apakah memiliki kartu member service motor (Bagi pelanggan yang melakukan service secara rutin).

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1488 tambahan atau tidak, jika pelanggan melakukan perbaikan tambahan maka pelanggan melapor ke admin untuk dilakukan tambahan service motor dan menginputkannya ke system, jika tidak maka mekanik menyiapkan sparepart sesuai kebutuhan service motor sesuai kebutuhan yang telah disebutkan pelanggan di awal. 2. (Problem-solving) a. Perumusan masalah-masalah Pada aktivitas ini adalah, Setelah pelanggan melaporkan kebutuhan ke admin, admin melaporkan kebutuhan service pelanggan kepada mekanik, lalu mekanik mengecek keseluruhan motor, Mengecek apakah ada komponen kerusakan lainnya selain yang disebutkan oleh pelanggan atau tidak setelah dilakukan pengecekan keseluruhan motor. 3. (Choice) a. Pemilihan kebutuhan tambahan Pada aktivitas ini, ketika mekanik melaporkan tambahan kebutuhan service motor kepada pelanggan, pelanggan memutuskan apakah melakukan perbaikan 4. (Execution) a. Pengerjaan service motor sesuai kebutuhan pelanggan Pada aktivitas ini, mekanik mulai menyiapkan sparepart sesuai kebutuhan pelanggan, lalu mekanik mulai mengerjakan service motor dari proses pembongkaran komponen sepeda motor, mengganti sparepart, mengembalikan komponen sepeda motor ke semula dan sampai proses service motor selesai.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1489 5. (Control and evaluation) a. Melakukan tes dan evaluasi Pada aktivitas ini, ketika mekanik telah menyelesaikan service motor, mekanik melakukan tes dan evaluasi serta melakukan pengecekan bahwa motor yang diperbaiki sudah sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan standart Honda. b. Aktivitas Pendukung 1. Procurement Pada aktivitas ini meliputi pengadaan sparepart, pengadaan alat-alat kantor, pengadaan alatalat service (Tools Service Standar dan Special Tools), pengadaan bahan untuk membuat banner dan kartu member, dll. 2. Technology Development Pada aktivitas ini meliputi penggunaan sistem informasi, yaitu DIMS Dealer Integrated Management System. 3. Human Resource Management Pada aktivitas ini meliputi pegawai atau karyawan yang ada di UD Honda II Kepanjen Ahass 06641, yaitu administrasi finance (Admin), mekanik (yang sudah terstandarisasi dan melakukan tes berbagai level), siswa SMK yang sedang magang, dan Kepala bengkel Ahass Honda. 4. Infrastucture Infrastuktur yang ada pada ahass ini adalah segala keuangan dan investasi yang ada pada ahass. 5. EVALUASI PROSES BISNIS 5.1 Dimesi Quality Factor Langkah awal dalam melakukan evaluasi proses bisnis menggunakan metode QEF adalah melakukan identifikasi quality factor. Quality Factor didapatkan dari observasi pada bengkel secara langsung dan juga melakukan wawancara langsung terhadap aktor-aktor yang terlibat dalam aktivitas proses bisnis, mulai dari stakeholder, admin / kasir, dan mekanik. Identifikasi quality factor mengacu pada pemodelan proses bisnis yang sudah dibuat. Terdapat 13 quality factor yang telah dilakukan identifikasi dan perhitungan, quality factor tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. Tabel 5. 1 Hasil perhitungan quality factors Kode Quality Factors Jumlah motor yang masuk untuk melakukan Q1 service (Throughput) Kecepatan proses input data dan kebutuhan Q2 konsumen ke dalam sistem (Time to Access) Ketidaksesuaian / kesalahan Q3 kebutuhankonsumen yang diinputkan oleh admin/kasir (Failure Frequency) Maksimal waktu perbaikan kasalahan input kebutuhan konsumen yang dilakukan oleh Q4 admin/kasir (Time to Recover) Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Maksimal waktu yang dibutuhkan untuk membuat kartu member service motor (Time to Access) Ketidaksesuaian pengecekan kebutuhan dengan kesalahan yang terjadi (Resource Efficiency) Maksimal waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengecekan keseluruhan motor (Time to Access) Kecepatan proses input data dan kebutuhan konsumen ke dalam sistem (Time to Access) Ketidaksesuaian / kesalahan kebutuhan konsumen yang diinputkan oleh admin/kasir (Failure Frequency) Kecepatan pengerjaan service motor (bongkar pasang, penggantian sparepart,

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1490 Q11 Q12 Q13 pengembalian komponen, dll) (Time to Access) Ketepatan penggunaan sparepart pada saat pengerjaan service motor (Time Frequency) Kecepatan melakukan tes dan evaluasi (Time to Access) Kesesuaian service motor dengan kebutuhan pelanggan (Availableness) 5.2 Identifikasi Quality Factor Setelah melakukan perhitungan quality factor dan identifikasi hasil kalkulasi quality factor ditemukan beberapa faktor yang tidak sesuai antara target yang ditentukan oleh perusahaan dengan hasil yang dicapai saat ini. Berdasarkan data yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, data yang dimasukkan adalah 15 unit motor dalam satu hari tersebut dan jenis service yang dilakukan adalah service ringan, sehingga diketahui hasil dari kalkulasi menggunakan metode QEF terdapat ketidaksesuaian dengan target perusahaan, yaitu quality factor kode Q1, Q6, Q10, dan Q12 yang sudah disebutkan pada tabel dibawah ini. No Tabel 5.2 Identifikasi Quality Factor Kode 1 Q1 Target Perusahaan 1200 (unit / bulan) Hasil kalkulasi 960 2 Q6 0% 40% 3 Q10 4 Q12 20 (menit / motor) <=2 (menit / motor) 24 menit 22 detik 4 menit 15 detik 6. ROOT CAUSE ANALYSIS Setelah diketahui gap atau ketidaksesuaian target perusahaan dengan hasil perhitungan yang ada pada metode QEF yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa quality factor yang tidak sesuai, lalu langkah selanjutnya adalah mencari akar permasalahan dan penyebab dari ketidaksesuaian tersebut menggunakan metode 5 Why Analysis. 6.1 Analisis Quality Factor kode Q1 Berdasarkan hasil Root Cause Analysis, diketahui bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi jumlah motor yang masuk untuk melakukan service motor. Yang pertama adalah terjadinya terjadinya ketidaksesuaian pengecekan kebutuhan awal service sepeda motor karena mekanik tidak melakukan pengecekan kebutuhan sesuai dengan SOP. Kedua adalah tidak adanya mekanik Service Advisor yang bertugas pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641, sehingga mekanik yang sedang melakukan service kendaraan turun tangan untuk melakukan tugas Service Advisor ketika ada motor yang masuk. Root Cause Analysis yang dilakukan pada kode Q1 berpengaruh juga terhadap kode Q10, karena faktor yang didapatkan adalah sama. 6.2 Analisis Quality Factor kode Q6 Berdasarkan hasil Root Cause Analysis, diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi Ketepatan pengecekan dengan kebutuhan dan kesalahan yang terjadi (Resource Efficiency). Faktor tersebut adalah Bengkel tidak memiliki alat Dynotest untuk melakukan pengecekan kendaraan, sehingga berpengaruh terhadap waktu dan juga ketepatan pengecekan kendaraan. 6.3 Analisis Quality Factor kode Q10 Berdasarkan hasil Root Cause Analysis, diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi Kecepatan pengerjaan service motor yang meliputi kegiatan bongkar pasang, penggantian sparepart, pengembalian komponen, dll (Time to Access) terdapat dua faktor. Seperti yang sudah dijelaskan pada analisis quality factor pada Q1. Root Cause Analysis yang dilakukan pada kode Q10 berpengaruh juga terhadap kode Q11, karena faktor yang didapatkan adalah sama. 6.4 Analisis Quality Factor kode Q12 Berdasarkan hasil Root Cause Analysis, diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi Quality Factor Maksimal waktu yang dibutuhkan dalam melakukan tes dan evaluasi (Time to Access), yaitu mekanik tidak melakukan pengerjaan service motor sesuai dengan SOP, sehingga masih banyak terjadi ketidaksesuaian dalam pengerjaan service motor. 7. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu :

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1491 1) Hasil dari penerapan metode Quality Evaluation Framework (QEF) dalam melakukan evaluasi proses bisnis pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641 adalah, adanya ketidaksesuaian pada proses bisnis yang berjalan pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641. Terjadi ketidaksesuaian pada quality factor dengan kode Q1 yaitu jumlah motor yang masuk untuk melakukan service (Throughput), Q6 yaitu ketepatan pengecekan dengan kebutuhan dan kesalahan yang terjadi (Time Efficiency), Q10 yaitu kecepatan pengerjaan service motor (bongkar pasang, penggantian sparepart, pengembalian komponen, dll) (Time to Access), dan Q12 yaitu maksimal waktu yang dibutuhkan dalam melakukan tes dan evaluasi (Time to Access). Masingmasing ketidaksesuaian quality factor tersebut sudah dijelaskan pada bab 4 beserta perhitungan berdasarkan data yang diambil dari perusahan. 2) Berdasarkan hasil evaluasi proses bisnis tersebut, dilakukan analisis pada quality factor yang tidak sesuai tersebut untuk mengetahui akar permasalahan dan penyebab terjadinya ketidaksesuaian yang menyebabkan hal itu terjadi. Adapun hasil analisis yang diperoleh oleh penulis pada masing-masing quality factor antara lain yaitu : a. Ketidaksesuaian yang terjadi pada kode Q1, yaitu jumlah motor yang masuk untuk melakukan service disebabkan karena mekanik tidak melakukan pengecekan kebutuhan sesuai dengan SOP, dan juga disebabkan karena tidak adanya Service Advisor yang bertugas pada UD Honda II Kepanjen Ahass 06641, dalam hal ini sumberdaya yang ada pada bengkel tersebut adalah kurang. Quality factor pada kode Q1 berpengaruh juga terhadap kode Q10, karena faktor penyebab dan akar permasalahan yang didapatkan adalah sama. b. Ketidaksesuaian yang terjadi pada kode Q6, yaitu ketepatan pengecekan dengan kebutuhan dan kesalahan yang terjadi disebabkan karena bengkel tidak memiliki alat Dynotest untuk melakukan pengecekan kendaraan, dalam hal ini bengkel belum memiliki alat atau tools yang lengkap dalam melakukan perawatan motor. c. Quality factor pada kode Q10 berpengaruh juga terhadap kode Q1, karena faktor penyebab dan akar permasalahan yang didapatkan adalah sama. d. Ketidaksesuaian yang terjadi pada kode Q12, yaitu maksimal waktu yang dibutuhkan dalam melakukan tes dan evaluasi disebabkan karena mekanik kurang teliti dalam melakukan pengerjaan service motor, sehingga membutuhkan waktu tes dan evaluasi yang lebih lama. DAFTAR PUSTAKA Angappa Gunasekaran & Bulent Kobu, 2007. Performance measures and metrics in logistics and supply chain management: a review of recent literature (1995 2004) for research and applications. s.l.:international journal of production research. Anggraeni, J. K. N., 2016. Evaluasi Proses Bisnis pada CV. GAFINA PUTRA JAYA dengan Quality Evaluation Framework. Anwar, Riyantono, 2011. Analisa akar masalah dengan Why Why Analysis. Azzizah, 2007. Proccessing System and Information Proccessing System atau Quality Factors proses bisnis perumusan masalah-masalah Information Generating System. Bizagi, 2014. Bizagi BPM Suite Functional Description. Bizagi, 2017. Bizagi Process Modeler User s Guide. [Online] Available at: <http://help.bizagi.com/processmodele r/en/index.html?the_palette.htm> [Diakses pada 13 Juni 2017]. Charles B. Stabell & Øystein D. Fjeldstad, 1998. Configuring Value For Competitive Advantage : On Chains, Shops, and Networks. s.l.:strategic Management Journal. Hammer & Champy, 1993. Reengineering the Corporation: A Manifesto for Business Revolution, Harper Business. Heidari Farideh & Loucopoulos Pericles, 2014. Quality Evaluation Framework (QEF): Modeling and Evaluating Quality of

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1492 Business Processes. s.l.:international Journal of Accounting System. Jacqueline Corcoran & Ann Nichols-Casebolt, 2004. Risk and Resilience Ecological Framework for Assessment and Goal Formulation. s.l.:child and Adolescent Social Work Journal. James O'Brien & George Marakas, 2010. Management Information Systems. Dalam: s.l.:mcgraw-hill Education; 10 edition. John Ward & Elizabeth Daniel, 2012. Benefits Management: How to Increase the Business Value of Your IT Projects. 2 penyunt. s.l.:wiley. John Ward & Joe Peppard, 2002. Strategic Planning For Information Systems. Third penyunt. s.l.:willey. Khodijah, S. L., 2015. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Produk pada Proses Cetak Produk. Mayadewi, P., 2015. Analisis Value Shop sebagai Pemodelan Bisnis awal dalam perencanaan Arsitektur Enterprise (EAP). Rooney & Vanden Heuvel, 2004. Root Cause Analysis for Beginners. s.l.:s.n. Serrat, O., 2009. The Five Whys Technique. s.l.:knowledge Solutions. Shabrina, A., 2015. Evaluasi dan Usulan Perbaikan Proses Bisnis pada Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi di PT. Victory Rottanindo dengan Quality Evaluation Framework (QEF). Weske, M., 2012. Business Process Management Concepts, Languagaes, Architectures. s.l.:springer Berlin Heidelberg.