BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

dokumen-dokumen yang mirip
1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 1998 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Repub

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 1999 TENTANG BADAN PENANAMAN MODAL DAN PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

P. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB II PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA. A. Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 11 TAHUN 2009

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Evaluasi kualitas..., Agus Joko Saptono, FE UI, 2010.

- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, p

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TATA CARA PENANAMAN MODAL

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

2 Bidang Industri dalam rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahu

- 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1947, 2014 KEMENKOMINFO. Kewenangan. Komunikasi. Infomatika. Penanaman Modal. Pencabutan.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) 2.1. Sejarah BKPM Sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, Pemerintah kurang menyadari pentingnya koordinasi di antara semua departemen dan lembaga pemerintah lain yang terkait. Untuk itu, Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA) pada tahun 1967. Tugas utama badan ini adalah memberikan nasihat kepada Presiden mengenai penerapan penanaman modal asing. Pada tahun 1968, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Kebutuhan untuk memperbaiki lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemrosesan penanaman modal tidak dapat dihindari. Akibatnya, pada bulan September 1968, Pemerintah Indonesia membangun sebuah badan baru yang disebut Panitia Teknis Penanaman Modal (PTPM), dan dengan berdirinya PTPM maka BPPMA dibubarkan. Tugas utama PTPM adalah mempelajari dan menilai permohonan penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, untuk memastikan bahwa semua persyaratan telah dipenuhi, Namun, dalam kerja sehari-harinya, Panitia tidak memiliki wewenang untuk menerbitkan izin penanaman modal dan harus bersandar pada departemen teknis untuk menilai permohonan penanaman modal. Seiring waktu, ada kebutuhan nyata untuk memperbaiki koordinasi dalam penerbitan izin-izin penanaman modal. Di samping itu, kebutuhan untuk 12

13 memperbaiki tingkat investasi lewat promosi juga jelas. Pemerintah menjawab kebutuhan ini dengan membentuk sebuah badan baru yang disebut dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM untuk menggantikan Panitia Teknis Penanaman Modal di tahun 1973. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pada tahun 2007, BKPM menjadi sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah dengan pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak adanya ekonomi biaya tinggi. 2.2. Visi dan Misi Badan Koordinasi Penanaman Modal Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dijelaskan bahwa BKPM adalah Lembaga Pemerintah Non (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKPM mempunyai visi: Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. Pernyataan Visi diatas mengandung dua frase kunci, yaitu daya saing penanaman modal dan kualitas perekonomian nasional. Semangat meningkatkan daya saing dan kontribusi bagi perekonomian yang berkualitas merupakan artikulasi

14 dari pertimbangan-pertimbangan teknokratik dan visioner untuk mendukung terwujudnya prioritas nasional dalam peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha di Indonesia sesuai RPJMN 2010-2014. Bahwa daya saing nasional, utamanya penanaman modal sampai kini masih rendah, dan akan menemui berbagai tantangan internal serta persaingan lingkungan eksternal yang tendensinya kian menguat. Spirit kualitas perekonomian dimaknai sebagai capaian kinerja ekonomi nasional yang secara umum ditandai dengan peningkatan dan pemerataan penanaman modal serta peningkatan kontribusi penanaman modal terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Arah peningkatan kualitas perekonomian terebut tentu saja bukan merupakan target yang hendak dicapai BKPM secara kelembagaan, melainkan cita-cita BKPM untuk berperan lebih besar dalam menunjang tercapainya kualitas perekonomian nasional yang lebih baik. Dengan demikian, fokus prioritas BKPM dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi serta program dan kegiatan menurut visi diatas adalah peningkatan daya saing penanaman modal. Salah satu ukuran daya saing nasional dalam kancah internasional adalah kemudahan berusaha (easy of doing business) versi World Bank. Harus dicatat bahwa kriteria daya saing versi World Bank terkait dengan tugas dan fungsi lintas Instansi dan Pemerintah Daerah. Untuk merealisasikan visi BKPM diatas maka diperlukan suatu misi, misi dapat berisi penggambaran tujuan suatu organisasi dengan jelas dan fokus terhadap sasaran yang ingin dicapai kedepan. Sesuai dengan Visi 2010-2014, misi BKPM meliputi tiga hal sebagai berikut :

15 1. Mengupayakan peningkatan dan pemerataan penanaman modal. 2. Menjaga harmonisasi dan koordinasi di bidang penanaman modal. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal. Pernyataan Misi-1 membawa pesan peningkatan penanaman modal yang dibarengi dengan pemerataan secara sektoral dan kewilayahan, serta dengan tidak mengesampingkan pentingnya penciptaan nilai tambah ekonomi yang tinggi untuk menunjang perekonomian. Pernyataan Misi-2 mendorong dilakukannya deregulasi kebijakan, harmonisasi dan koordinasi di bidang penanaman modal. Kebijakan yang dirumuskan BKPM akan dilakukan dalam kerangka penyederhanaan dan efisiensi pelayanan penanaman modal, termasuk rumusan kebijakan insentif yang menarik. Pernyataan Misi-3 mengandung semangat peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal dalam segala manifestasinya, diantaranya berkaitan denganpenyusunan norma, standar dan prosedur; Kualitas dan kompetensi aparatur, serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, susunan organisasi BKPM terdiri dari : 1. Kepala; 2. Sekretariat Utama; 3. Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal; 4. Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal; 5. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal; 6. Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal;

16 7. Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal; 8. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal; 9. Inspektorat; 10. Pusat Bantuan Hukum; 11. Pusat Pengelolaan Data dan Informasi; 12. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. 2.3. Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal sebagai salah satu pelaksana tugas dan fungsi BKPM, seperti yang tercantum dalam Peraturan Kepala BKPM nomor 90/SK/2007 dan No. 1 tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan penanaman modal. Struktur organisasi Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal dipimpin oleh 1orang Deputi (eselon 1) yang membawahi 3 orang Direktur (eselon 2) seperti tergambar dalam bagan organisasi gambar 2.1. Gambar 2.1. di atas memperlihatkan struktur organisasi unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal BKPM. Masing-masing unit Direktorat pada prinsipnya melakukan fungsi pelayanan penerbitan perizinan dan non perizinan di BKPM.

17 Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Direktorat Pelayanan Aplikasi Direktorat Pelayanan Perizinan Direktorat Pelayanan Fasilitas Sumber: Struktur Organisasi BKPM. (2014) Gambar 2.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM nomor 90/SK/2007 dan No. 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan KoordinasiPenanaman Modal, Direktorat Pelayanan Aplikasi mempunyai tugas melaksanakan penyususnan kebijakan teknis dan pelayanan persetujuan penanaman modal. Direktorat Pelayanan Perizinan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelayanan perizinan penanaman modal. Direktorat Pelayanan Fasilitas mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelayanan pemberian fasilitas kepabeanan dan perpajakan. Pegawai unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal berjumlah 83 orang dimana disamping eselon 1 dan eselon 2, terdapat 6 orang eselon 3, 18 orang eselon 4 dan sisa nya adalah staf. 2.4. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat Disamping melakukan pelayanan penerbitan perizinan dan non perizinan penanaman modal yang memang telah menjadi kewenangan BKPM, berdasarkan

18 Peraturan Presiden No. 97 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, BKPM juga telah menjadi lembaga pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat. Koordinasi pelaksanaan PTSP Pusat tersebut berada di bawah kewenangan Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal. Dengan dilaksanakannya PTSP Pusat tersebut, saat ini telah ada pelimpahan kewenangan pelayanan perizinan dari 22 dan Lembaga Pemerintah (K/L) kepada BKPM yang dalam hal ini dilaksanakan di dalam PTSP Pusat. 22 K/L tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.2. ESDM Kem. Lingkungan Hidup Kem. Agraria, Tata Pertanian Keuangan Hukum dan Kesehatan Pariwisata PU dan KEPOLISIAN RI BPOM BSN LEMSANEG PT. PLN Persero Sumber: BKPM (2015) Gambar 2.2. K/L yang Telah Melimpahkan Kewenangan Perizinannya Ke BKPM Dengan telah dilimpahkannya kewenangan penerbitan perizinan tersebut kepada BKPM, maka penerbitan perizinan yang terkait dengan penanaman modal

19 dioharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih sederhana, lebih cepat, lebih transparan, dan terintegrasi. Untuk keperluan tersebut maka mekanisme umum pelayanan penerbitan perizinan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3. PTSP Pusat Sumber: BKPM (2015) Gambar 2.3. Mekanisme Umum Pelayanan Perizinan Investasi Pada PTSP Pusat Dalam mekanisme sesuai gambar 2.3. investor tidak perlu lagi mengunjungi berbagai K/L dalam rangka mendapatkan izin-izin terkait rencana dan realisasi investasinya, tetapi mereka cukup datang ke PTSP Pusat dimana di dalamnya telah terdapat perwakilan dai 22 K/L dan BKPM yang siap melayani dan menerbitkan izin-izin tersebut.

20 2.5. Tantangan PTSP Pusat Walaupun teknis penerbitan perizinan terkait investasi telah berhasil diintegrasikan di bawah PTSP Pusat dan penyederhanan perizinan juga telah dilakukan, hal tersebut masih menyisakan berbagai perizinan yang dirasa masih kurang sederhana sehingga beberapa jenis perizinan seperti izin untuk investasi di bidang pembangkit tenaga listrik dan juga izin pertanahan masih dirasakan terlalu lama. Tantangan kedepan bagi PTSP Pusat adalah bagaiman proses penerbitan perizinan terkait investasi dapat benar-benar terlaksana dengan lebih sederhana, lebih cepat dan lebih transparan. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh kepada kemudahan memulai dan melakukan usaha di Indonesia sebagai bagian dari bentuk kualitas pelayanan kepada para investor. Dengan pelayanan yang berkualitas tersebut diharapkan investor akan menjadi puas dan citra PTSP di mata investor menjadi baik. Tantangan lainnya adalah bagaimana memunculkan semangat melayani dengan standar kualitas pelayanan yang sama yang dapat diberikan oleh seluruh perwakilan dari 22 K/L dan BKPM di dalam PTSP Pusat. Hal ini tidak mudah dilakukan karena perwakilan pejabat K/L yang ditempatkan di BKPM datang dari latar belakang kultur dan standar kualitas pelayanan yang berbeda-beda. Akan tetapi pada akhirnya mereka harus dapat merepresentasikan memberikan kesan kualitas pelayanan yang standar yang dapat berimplikasi pada terciptanya citra positif PTSP Pusat.