BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (Investment Coordinating Board) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Badan ini didirikan sejak tahun 1973, menggantikan fungsi yang dijalankan oleh Panitia Teknis Penanaman Modal yang dibentuk sebelumnya pada tahun Dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal pada tahun 2007, BKPM menjadi sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah dengan pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak adanya ekonomi biaya tinggi. Kronologi Sejarah BKPM : Pada tahun : , Dibentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA) , Pemerintah mendirikan lembaga baru dengan nama Panitia Teknis Penanaman Modal.

2 , Pemerintah mendirikan BKPM untuk menggantikan Panitia Teknis Penanaman Modal , BKPM bergabung dengan Kementerian Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri , BKPM bergabung dengan Kementerian Menteri Negara Penanaman , BKPM diubah menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi , Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Daftar Negatif Investasi , BKPM menjadi bagian dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara Visi & Misi Perusahaan Visi Terwujudnya iklim Penanaman Modal yang berdaya saing untuk menunjang kualitas perekonomian Nasional. Penjelasan visi-visi tersebut mengandung dua frase kunci, yaitu daya saing dan kualitas perekonomian nasional. Daya saing akan menentukan kekuatan suatu negara dalam menarik penanaman modal dan untuk itu peningkatan iklim investasi harus diarahkan ke kegiatan yang berdaya saing terutama melihat bahwa persaingan untuk mendapatkan modal asing semakin ketat. Semangat peningkatan daya saing dan kontribusi bagi perekonomian yang berkualitas juga merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya prioritas nasional dalam peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha di Indonesia sesuai RPJMN Sementara spirit kualitas perekonomian dimaknai sebagai capaian kinerja ekonomi nasional yang

3 secara umum ditandai dengan peningkatan dan pemerataan penanaman modal serta peningkatan kontribusi penanaman modal terhadap pembentukan PDB. Fokus prioritas BKPM dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi program dan kegiatan adalah peningkatan daya saing penanaman modal yang salah satu ukurannya adalah meningkatkan kemudahan berusaha Misi Untuk mewujudkan visi lembaga BKPM tersebut diatas, maka ditetapkan 3 misi sebagai berikut: Mengupayakan peningkatan dan pemerataan penanaman modal. Misi ini membawa pesan peningkatan penanaman modal yang dibarengi dengan pemerataan secara sektoral dan kewilayahan serta dengan tidak mengesampingkan pentingnya penciptaan nilai tambah ekonomi yang tinggi untuk menunjang perekonomian. Menjaga harmonisasi dan koordinasi di bidang penanaman modal. Misi ini mendorong dilakukannya deregulasi kebijakan, harmonisasi dan koordinasi di bidang penanaman modal. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal Misi ini mengandung semangat peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal dalam segala manifestasinya, diantaranya berkait dengan penyusunan norma, standar dan prosedur, kualitas dan kompetensi aparatur serta dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

4 3.3. Tujuan perusahaan Tujuan BKPM tahun adalah sebagai berikut: 1. Tersusunnya pedoman pelaksanaan yang integratif tentang promosi, fasilitas dan perijinan serta pengawasan pengendalian penanaman modal yang memenuhi tuntutan dunia usaha. 2. Tersusunnya pedoman pelaksanaan kerjasama dalam negeri dan kerjasama luar negeri. 3. Terwujudnya keterpaduan pelaksanaan promosi, dan pengawasan pengendalian penanaman modal yang efektif dan efisien. 4. Terwujudnya Fasilitas dan koordinasi pelaksanaan kerjasama dalam negeri dan luar negeri. 5. Terwujudnya peningkatan penanaman modal yang berdaya saing tinggi, berbasis potensi daerah, dan ramah lingkungan 3.4. Strategi perusahaan Tahap 1 Fokus dalam jangka pendek adalah meningkatkan efisiensi investasi di Indonesia. Hal ini mencakup optimalisasi sumber daya alam sebagai katalisator yang dapat menciptakan momentum yang diperlukan untuk melaksanakan program-program menuju pembangunan ekonomi yang lebih besar. Tahap 2 Penyaluran investasi ke arah kebutuhan infrastruktur keras maupun lunak. Yang dimaksud dengan infrastruktur keras meliputi jalan raya, bandara, pelabuhan dan

5 kapasitas pembangkit listrik, sedangkan infrastruktur lunak mencakup antara lain pelayanan kesehatan dan pendidikan. Tahap 3 Membangun landasan untuk industrialisasi. Hal ini menuntut adanya investasi di bidang pendidikan secara terus menerus untuk menciptakan angkatan kerja yang berpendidikan dan berkemampuan tinggi. Tuntutan selanjutnya adalah kebijakan, termasuk pelaksanaan prakarsa PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dan SPIPISE atau NSWi (National Single Window for investment) secara maksimum yang dirancang untuk menanggulangi masalah ini. Ketentuan hukum tentang insentif fiskal dan non-fiskal juga perlu diperhatikan untuk menunjang upaya industrialisasi skala besar ini. Tahap 4 Mendukung pembentukan ekonomi berbasis pengetahuan dengan mengembangkan lebih lanjut angkatan kerja berpendidikan yang dapat bersaing secara global. Pada tahap ini, BKPM akan berupaya untuk terus menguatkan perannya sebagai advokat kebijakan investasi dan penghubung antara investor dengan pemerintah, baik untuk modal asing maupun domestik.

6 3.5. Struktur organisasi perusahaan Gambar 3.1 Struktur Organisasi BKPM 3.6. Tugas dan wewenang perusahaan Tugas pokok dan fungsi perusahaan a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; b. Mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal; c. Menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal; d. Mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha;

7 e. Membuat peta penanaman modal di Indonesia; f. Mempromosikan penanaman modal; g. Mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal; h. Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; i. Mengkoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modal di luar wilayah Indonesia; j. Mengkoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu, dan k. Memberikan pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman modal Bagian-bagian perusahaan BKPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Susunan organisasi BKPM terdiri dari : a. Ketua BKPM dipimpin oleh seorang Ketua yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan sehari-hari menerima petunjuk dari Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri

8 dan Pengawasan Pembangunan dan dalam melaksanakan tugasnya berkonsultasi dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. b. Wakil Ketua Wakil Ketua mempunyai tugas: mewakili Ketua dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM dalam hal Ketua berhalangan; membina dan mengembangkan administrasi BKPM yang efektif dan efisien; melakukan pengawasan administrasi di lingkungan BKPM; memberi petunjuk pelaksanaan tugas sehari-hari Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan; melakukan tugas lain atas petunjuk Ketua. c. Sekretariat Sekretariat adalah unsur pembantu Pimpinan dalam menyelenggarakan administrasi umum yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris. Sekretariat mempunyai tugas membantu Ketua dalam melaksanakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BKPM.

9 d. Deputi Bidang Perencanaan Deputi Bidang Perencanaan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang perencanaan dan pengembangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Deputi Bidang Perencanaan mempunyai tugas membantu Ketua dalam perumusan kebijakan perencanaan investasi industri dan non industri serta pengembangan investasi. e. Deputi Bidang Promosi Deputi Bidang Promosi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang promosi penanaman modal, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Deputi Bidang Promosi mempunyai tugas membantu Ketua dalam kegiatan promosi investasi dan kerjasama investasi luar negeri. f. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang penilaian permohonan penanaman modal dan perizinan di bidang usaha industri, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Industri mempunyai tugas membantu Ketua dalam menilai permohonan penanaman modal, menyiapkan Keputusan yang diperlukan, menyelesaikan perizinan dan

10 fasilitas yang diperlukan dalam rangka penanaman modal di bidang usaha industri. g. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang penilaian permohonan penanaman modal dan perizinan usaha non industri, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Deputi Bidang Penilaian dan Perizinan Non Industri mempunyai tugas membantu Ketua dalam menilai permohonan penanaman modal, menyiapkan keputusan yang diperlukan, menyiapkan dan/atau menyelesaikan perizinan dan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penanaman modal di bidang usaha non industri. h. Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKPM di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan proyek penanaman modal, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua. Deputi Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pelaksanaan mempunyai tugas membantu Ketua dalam menyelenggarakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal yang telah disetujui Pemerintah.

11 i. Staf Ahli a. Untuk memenuhi kebutuhan keahlian di bidang tertentu, di BKPM dapat diangkat Staf Ahli yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. b. Staf Ahli adalah pegawai negeri yang bertugas mengolah dan menelaah masalah-masalah secara keahlian atas petunjuk Ketua. j. Pusat Pengolahan Data a. Pusat Pengelolaan Data, selanjutnya dalam Keputusan ini disebut PUSLAHTA adalah pelaksana tugas tertentu BKPM di bidang pengumpulan dan pengolahan data serta penyusunan laporan. b. PUSLAHTA dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Sistem yang sedang berjalan Proses Pelaporan Izin Usaha Sistem yang berjalan pada proses pelaporan izin usaha LKPM dimulai dari data LKPM izin usaha yang diajukan oleh suatu peusahaan. Kemudian data LKPM izin usaha tersebut diterima oleh petugas bidang pengendalian. Petugas bidang pengendalian setelah itu memeriksa kelengkapan data tersebut. Jika data yang diajukan suatu perusahaan tidak lengkap maka petugas bidang pengendalian akan mengembalikan data tersebut ke perusahaan yang bersangkutan. Namun, apabila data yang diajukan telah lengkap maka data tersebut siap diproses oleh petugas

12 bidang pengendalian dan dilakukan penulisan data LKPM izin usaha. Kemudian data LKPM izin usaha tersebut akan direkap oleh petugas bidang pengendalian. Setelah data LKPM izin usaha tesebut direkap selanjutnya petugas bidang pengendalian mengklasifikasikan data LKPM izin usaha tersebut. Setelah proses pengklasifikasian selesai dilakukan maka data tersebut akan dibuat laporan bulanan oleh petugas bidang pengendalian dan disimpan dalam bentuk arsip-arsip. Kepala bidang pengendalian akan mengecek data LKPM izin usaha yang telah diperiksa kelengkapannya oleh petugas bidang pengendalian dan kemudian menyetujui LKPM izin usaha terebut. LKPM izin usaha yang telah disetujui akan dikembalikan ke petugas bidang pengendalian dan selanjutnya akan disimpan dalam bentuk arsip-arsip. Selain itu kepala bidang pengendalian juga akan menerima laporan bulanan yang telah dibuat oleh petugas bidang pengendalian. Kemudian kepala bidang pengendalian akan merekap laporan bulanan tersebut. Selanjutnya kepala bidang pengendalian akan membuat laporan untuk 1 semester (6 bulan) dan kemudian menyimpan laporan tersebut dalam bentuk arsip-arsip. Kepala BKPPMD akan menerima laporan per semester yang telah dibuat oleh kepala bidang pengendalian. Kepala BKPPMD akan menyetujui laporan per semester tersebut. Kemudian laporan untuk 1 semester yang telah disetujui oleh kepala BKPPMD akan diserahkan langsung ke BKPM pusat Jakarta.

13 Flowchart Pelaporan Izin Usaha Perusahaan Petugas Bidang Pengendalian Kabid Pengendalian Kepala BKPPMD BKPM Pusat Jakarta Mulai Data LKPM Izin Usaha Data LKPM Izin Usaha Memeriksa Kelengkapan LKPM Izin Usaha Lengkap LKPM Izin Usaha Tidak Lengkap Tidak Kelengkapan Meng-acc LKPM Izin Usaha Ya LKPM Izin Usaha Lengkap LKPM Izin Usaha telah Di-acc Penulisan data LKPM Izin Usaha LKPM Izin Usaha telah Di-acc A Data LKPM Izin Usaha Merekap data LKPM Izin Usaha Rekap LKPM Izin Usaha Bulanan 1 Semester Mengklasifikasi data LKPM Izin Usaha Merekap Bulanan Meng-acc 1 Semester Bulanan 1 Semester 1 semester yang telah di-acc 1 Semester B C Phase Gambar 3.2 Flowchart Pelaporan Izin Usaha yang sedang berjalan Keterangan : A: Arsip LKPM Izin Usaha yang sudah disetujui B : Arsip laporan Bulanan LKPM Izin Usaha C : Arsip laporan 1 Semester LKPM Izin Usaha

14 Proses Pelaporan Tahap Pembangunan Sitem yang sedang berjalan pada proses pelaporan tahap pembangunan, LKPM dimulai dari data LKPM tahap pembangunan yang diajukan oleh suatu perusahaan. Kemudian data tersebut akan diterima oleh petugas bidang pengendalian dan kemudian memeriksa kelengkapan data atau dokumen tersebut. Jika data yang diajukan tidak lengkap, maka data tersebut akan dikembaliktuan ke perusahaan yang bersangkutan. Apabila data telah lengkap maka selanjutnya data LKPM tahap pembangunan tersebut diinput oleh petugas bidang pengendalian. Kemudian petugas bidang pengendalian akan mengklasifikasikan data LKPM dan selanjutnya juga akan membuat data LKPM bulanan dan kemudian disimpan dalam arsip-arsip. Selanjutnya data LKPM bulanan tersebut akan diberikan ke kepala bidang pengendalian. Kepala bidang pengendalian akan menyetujui laporan bulanan LKPM. Selanjutnya merekap data LKPM bulanan dan akan membuat data LKPM triwulan. Kemudian disimpan dalam bentuk arsip-arsip. Data LKPM triwulan yang telah dibuat oleh kepala bidang pengendalian akan diberikan ke kepala BKPPMD. Kepala BKPPMD akan menyetujui laporan triwulan LKPM dan laporan akan diberikan ke BKPM pusat Jakarta. Kemudian BKPM pusat Jakarta akan mengecek laporan tesebut dan kemudian membuat data LKPM tahap pembangunan triwulan dan kemudian akan menyimpannya dalam bentuk arsip-arsip.

15 Gambar 3.3 Flowchart Pelaporan Tahap Pembangunan yang sedang berjalan

16 3.8. Diagram konteks sistem yang sedang berjalan Gambar 3.4 Diagram Konteks sistem yang sedang Berjalan

17 3.9. Diagram 0 sistem yang sedang berjalan Perusahaan Info Kelengkapan 1.0 Menulis Data LKPM Info Kelengkapan Petugas Bidang Pengendalian Data LKPM yang telah disetujui lengkap F_LKPM 2.0 Memeriksa Kelengkapan Data LKPM Izin Usaha dan Tahap Pembangunan Data LKPM yang telah disetujui Lengkap Lengkap Triwulan Tahap Pembangunan Kabid Pengendalian BKPM Pusat Jakarta Triwulan 4.0 Membuat Triwulan Bulanan Tahap Pembangunan Bulanan Tahap Pembangunan Persetujuan Kepala BKPMD Bulanan Persetujuan Lengkap 3.0 Membuat Bulanan Lengkap Bulanan Bulanan Izin Usaha satu semester 5.0 Membuat 1 Semester Bulanan Izin Usaha Bulanan Izin Usaha Gambar 3.5 Diagram Nol Sistem yang Berjalan

18 3.10. Permasalahan yang dihadapi Dalam menentukan lokasi investasi, investor harus mengikuti kaidahkaidah yang berlaku dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Pusat. Kaidah-kaidah dan dampaknya bagi lingkungan tersebut mencakup batasanbatasan interaksi dengan lingkungan sekitar dan masyarakat, peruntukan lahan (Land Use), interaksi dengan bangunan lainnya, syarat-syarat membangun sebuah bangunan, dan masih banyak lagi kaidah-kaidah yang harus dipenuhi. Dari kondisi tersebut, maka penulis menarik permasalahan-permasalahan yang dihadapi : a. Data masih terpisah-pisah dan masih bersifat data mentah sehingga menyulitkan investor. b. Data tidak di representasikan dalam bentuk yang mudah di mengerti oleh investor. c. BKPM Pusat sulit melihat LKPM yang dilaporkan perusahaan karena berupa data mentah. d. Tidak tepatnya waktu pengumpulan laporan yang dilaporkan pada jangka triwulan dan semester Usulan pemecahan masalah Usulan permasalahan yang diajukan : a. Mendesain aplikasi yang dapat memudahkan para investor untuk melakukan pelaporan kegiatan penanaman modal.

19 b. Menganalisa dan mendesain aplikasi yang dapat menunjang dalam mengurangi kesalahan menginput data investor dan data pelaporan. c. Menambahkan fitur admin sehingga BKPM Pusat dapat mengontrol LKPM yang telah dilaporkan perusahaan d. Menambahkan fitur waktu untuk mengetahui kapan perusahaan mengumpukan LKPM Usulan Pelaporan Izin Usaha yang diajukan Sistem yang diusulkan oleh kami pada proses pelaporan izin usaha LKPM dimulai dari perusahaan menginput data LKPM izin usaha melalui web sistem pelaporan yang akan langsung tersambung ke BKPM pusat Jakarta yang selanjutnya akan disimpan ke dalam database. Kemudian data yang berada dalam database yang sudah menjadi data LKPM izin usaha 1 semester akan dicetak dalam bentuk laporan dan selanjutnya akan disimpan dalam bentuk arsip-arsip. Setelah itu perusahaan juga harus mengisi form LKPM izin usaha yang nantinya LKPM izin usaha dalam bentuk form tersebut akan diperiksa kelengkapannya oleh Kepala BKMPD. Jika form tersebut tidak lengkap akan dikembalikan ke perusahaan tersebut. Jika form telah lengkap, maka form tersebut telah menjadi data LKPM izin usaha 1 semester. Kemudian laporan tersebut disetujui oleh kepala BKPMD. Setelah laporan disetujui, kemudian laporan tersebut akan disimpan dalam bentuk arsip-arsip.

20 Flowchart Pelaporan Izin Usaha Perusahaan Kepala BKMPD BKPM Pusat Jakarta Mulai Menginput Data LKPM Izin Usaha Data LKPM Izin Usaha Data LKPM Izin Usaha Data LKPM Izin Usaha Database Memeriksa Kelengkapan Data LKPM Izin Usaha Data LKPM Izin Usaha 1 Semester LKPM Izin Usaha Tidak Lengkap Tidak Kelengkapan Ya Mencetak Izin Usaha 1 Semester LKPM Izin Usaha 1 Semester Arsip Menyetujui 1 Semester 1 Smester yang telah di setujui Arsip Phase Gambar 3.6 Flowchart Pelaporan Izin Usaha yang diusulkan

21 Usulan Pelaporan Tahap Pembangunan yang diajukan Sistem yang diusulkan oleh kami pada proses pelaporan tahap pembangunan LKPM dimulai dari perusahaan menginput data LKPM tahap pembangunan melalui web sistem pelaporan yang akan langsung tersambung ke BKPM pusat Jakarta yang selanjutnya akan disimpan ke dalam database. Kemudian data yang berada dalam database yang sudah menjadi data LKPM tahap pembangunan triwulan akan dicetak dalam bentuk laporan dan selanjutnya akan disimpan dalam bentuk arsip-arsip. Setelah itu perusahaan juga harus mengisi form LKPM tahap pembangunan yang nantinya LKPM tahap pembangunan dalam bentuk form tersebut akan diperiksa kelengkapannya oleh Kepala BKMPD. Jika form tersebut tidak lengkap akan dikembalikan ke perusahaan tersebut. Jika form telah lengkap, maka form tersebut telah menjadi data LKPM tahap pembangunan triwulan. Kemudian laporan tersebut disetujui oleh kepala BKPMD. Setelah laporan disetujui, kemudian laporan tersebut akan disimpan dalam bentuk arsip-arsip.

22 Gambar 3.7 Flowchart Pelaporan Tahap Pembangunan yang diusulkan

23 3.12. Usulan Diagram konteks yang diusulkan Gambar 3.8 Diagram Konteks yang diusulkan

24 3.13. Usulan Diagram 0 yang diusulkan Tahap Pembangunan Tahap Pembangunan Perusahaan Telah ada Izin Usaha 1.0 Menginput Data LKPM Telah ada Izin Usaha BKPM Pusat Jakarta Tahap Pembangunan Telah ada Izin Usaha Tahap Pembangunan Telah ada Izin Usaha _Triwulan Data LKPM Tahap Pembangunan _1 Semester Data LKPM Telah ada Izin Usaha Info Kelengkapan Tahap Pembangunan Info Kelengkapan Telah ada Izin Usaha 3.0 Menulis Data LKPM Telah ada Izin Usaha Tahap Pembangunan 2.0 Mencetak Data LKPM Tahap Pembangunan Telah ada Izin Usaha BKPMD Tahap Pembangunan Telah ada Izin Usaha Tahap Pembangunan yang disetujui 4.0 Menyetujui Data LKPM Telah ada Izin Usaha yang disetujui Tahap Pembangunan yang disetujui Telah ada Izin Usaha yang disetujui Gambar 3.9 Diagram Nol yang diusulkan Kebutuhan Informasi User Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh beberapa kebutuhan informasi perusahaan sebagai berikut: 1. Periode

25 Dibutuhkan periode laporan kegiatan seperti periode laporan triwulan, periode laporan semester dan periode laporan tahun. 2. Keterangan Perusahaan Dibutuhkan keterangan suatu perusahaan seperti nama perusahaan, npwp perusahaan, bidang usaha perusahaan, alamat perusahaan, alamat lokasi proyek, telepon perusahaan, telepon lokasi proyek, fax perusahaan, fax lokasi proyek, perusahaan dan lokasi proyek. 3. Akta Pendirian Dibutuhkan data akta pendirian suatu perusahaan yang baru dibangun seperti nomor akta, nama notaris dan tanggal pendirian. 4. Perizinan dan Nonperizinan Dibutuhkan data perizinan dan nonperizinan suatu perusahaan seperti fasilitas bea masuk impor, barang modal, bahan baku, rptka, izin lokasi, sk tanah, izin bangunan dan izin uu gangguan. 5. Realisasi Investasi Dibutuhkan data realisasi investasi dari suatu perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, modal kerja, modal sendiri, modal pinjaman, laba ditanam kembali, sub jumlah dan total keseluruhan. 6. Produksi dan Pemasaran Dibutuhkan data produksi dan pemasaran suatu perusahaan seperti jenis barang produksi, satuan produksi, realisasi produksi dan ekspor.

26 7. Kewajiban Perusahaan Dibutuhkan data kewajiban suatu perusahaan seperti kemitraan, pelatihan tenaga kerja Indonesia, tanggung jawab social (CSR) dan unit pengelolaan limbah. 8. Permasalahan Yang Dihadapi Dibutuhkan data permasalahan yang dihadapi suatu perusahaan (jika ada) seperti penjelasan permasalahan, nama penanggung jawab, jabatan penanggung jawab, nama petugas, jabatan petugas, telp petugas dan petugas.

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) 2.1. Sejarah BKPM Sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, Pemerintah kurang menyadari pentingnya koordinasi di

Lebih terperinci

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 22 BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Badan Koordinasi Penanaman Modal atau yang biasa disingkat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Instansi 3.1.1 Gambaran Umum BKPM BKPM adalah sebuah badan layanan penanaman modal Pemerintah Indonesia yang dibentuk dengan maksud untuk menerapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN, Menimbang : bahwa dengan semakin meningkatnya beban tugas dan pesatnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. unit observasi sumber perolehan data, yaitu Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. unit observasi sumber perolehan data, yaitu Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, objek penelitian yang dipilih penulis sebagai unit observasi sumber perolehan data, yaitu Kantor Pusat Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran hasil wawancara awal dengan Staff Pengelolaan Sub Sistem. Pelayanan Informasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

LAMPIRAN. Lampiran hasil wawancara awal dengan Staff Pengelolaan Sub Sistem. Pelayanan Informasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. L1 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Lampiran hasil wawancara awal dengan Staff Pengelolaan Sub Sistem Pelayanan Informasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 1. Bergerak dalam bidang apakah BKPM? Jawab : BKPM

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN, DAN PELAPORAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL, DAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN PERIZINAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.769, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembebasan. Pengurangan. Pajak Penghasilan Badan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekuritas, yang memungkinkan para investor maupun trader untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekuritas, yang memungkinkan para investor maupun trader untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan pasar modal semakin pesat. Berkembangnya pasar modal ini juga didukung dengan semakin mudahnya dalam melakukan transaksi jual-beli saham, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA. A. Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

BAB II PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA. A. Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BAB II PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA A. Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Pedoman dan tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. observasi sumber perolehan data, yaitu Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. observasi sumber perolehan data, yaitu Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, objek penelitian yang dipilih penulis sebagai unit observasi sumber perolehan data, yaitu Kantor Pusat Direktorat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1985 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1985 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 1985 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan kelancaran

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Dengan ini saya mohon untuk dapat kiranya Bapak memberikan saya Izin Gangguan atas perusahaan saya :

Dengan ini saya mohon untuk dapat kiranya Bapak memberikan saya Izin Gangguan atas perusahaan saya : Amlapura, Nomor : Lampiran : Perihal : Mohon Izin Gangguan. Kepada : Yth. Bupati Karangasem Cq. Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kab. Karangasem di Amlapura. Yang bertanda tangan dibawah ini :

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

Bentuk Permohonan Izin Prinsip Perubahan PERMOHONAN IZIN PRINSIP PERUBAHAN

Bentuk Permohonan Izin Prinsip Perubahan PERMOHONAN IZIN PRINSIP PERUBAHAN Bentuk Permohonan Izin Prinsip Perubahan PERMOHONAN IZIN PRINSIP PERUBAHAN LAMPIRAN IX PERATURAN KEPALA BKPM NOMOR : TAHUN 2009 TANGGAL : Permohonan IZIN PRINSIP PERUBAHAN ini diajukan kepada Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan fungsi Badan Koordinasi Penanaman

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi dan Perizinan Terpadu NO STRUKTUR TUGAS POKOK FUNGSI I Badan Koordinasi dan Perizinan Terpadu Membantu Gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang penanaman

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Bentuk Laporan Kegiatan Penanaman Modal Tahap Pembangunan LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL TAHAP PEMBANGUNAN

Bentuk Laporan Kegiatan Penanaman Modal Tahap Pembangunan LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL TAHAP PEMBANGUNAN 1 LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BKPM NOMOR 7 TAHUN 2010 TANGGAL 31 MARET 2010 Bentuk Laporan Kegiatan Penanaman Modal Tahap Pembangunan LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL TAHAP PEMBANGUNAN TAHUN.. PERIODE

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL LAMPIRAN XVI PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan 1. Menyusun

Lebih terperinci

IZIN USAHA PERUBAHAN PENANAMAN MODAL

IZIN USAHA PERUBAHAN PENANAMAN MODAL LAMPIRAN NOMOR SOP SK KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA CILEGON NOMOR : 0/ /DPMPTSP/0 TANGGAL JUNI 0 KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PEMERINTAH

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL JAKARTA

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI

WALIKOTA BUKITTINGGI WALIKOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a. bahwa penanaman modal adalah salah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING Draft 20 Januari 2017 rev.1 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH - 442 - P. PEMBAGIAN URUSAN AN PENANAMAN MODAL SUB 1. Kebijakan 1. Kebijakan 1. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal Indonesia dalam bentuk rencana umum penanaman modal nasional

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 01 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Sesuai Peraturan Kepala BKPM No. 3 Tahun 2012

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Sesuai Peraturan Kepala BKPM No. 3 Tahun 2012 Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TATA KERJA, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN

Lebih terperinci

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENANAMAN MODAL KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 CHECK LIST IZIN USAHA PERUBAHAN

PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 CHECK LIST IZIN USAHA PERUBAHAN No. Kelengkapan Berkas Ada / Tidak 01. Formulir Perubahan dan resume data untuk proses penerbitan Izin Usaha 02. Permohonan ditandatangani oleh pimpinan perusahaan bermaterai cukup dan di cap perusahaan

Lebih terperinci

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1482, 2015 BKPM. Penanaman Modal. Bidang Usaha Tertentu. Daerah Tertentu. Pajak Penghasilan. Permohonan Fasilitas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) B PMPT Provinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala 112 Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala Bidang Penanaman Modal BPMPT Kabupaten Kulon Progo. Nama : Bapak Ir. Robi

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 1998 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 1998 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 1998 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pembangunan di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN IKLIM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL. Operum BIP, 08 Januari 2014

PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL. Operum BIP, 08 Januari 2014 PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL Operum BIP, 08 Januari 2014 OUTLINE I DASAR HUKUM II MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN III ALUR PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL IV RUANG LINGKUP PENGENDALIAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL IZIN PRINSIP PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL IZIN PRINSIP PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL IZIN PRINSIP PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI Nomor : / l/ip/pmdn/2014 Nomor Perusahaan : 012569.2011 Sehubungan dengan permohonan yang Saudara sampaikan tanggal 2 Juli 2014,

Lebih terperinci

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK 1 P a g e Tax Holiday; Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan bagi Perusahaan Industri Pionir yang Melakukan Penanaman Modal Baru di Indonesia Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 No.335, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. KEK Arun Lhokseumawe. Pendelagasian Kewenangan Penerbitan Pendaftaran Penanaman Modal dan Izin Usaha Penanaman Moda. PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA

Lebih terperinci

P. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

P. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA - 336 - P. PEMBAGIAN URUSAN AN PENANAMAN MODAL 1. Kebijakan 1. Kebijakan 1. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal Indonesia dalam bentuk rencana umum penanaman modal nasional dan

Lebih terperinci

PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013

PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013 PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013 Follow-Up PEDOMAN DAN TATACARA PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PENANAMAN MODAL Hotel The Pade Banda Aceh, 21 November 2013 O U T L I N E I. DASAR HUKUM UU NO. 10 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.507, 2009 BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016

LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016 LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016 1. Jabatan : Sekretaris 2. Tugas : Mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan kegiatan, melaksanakan pelayanan administrasi umum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, 1 Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, a. bahwa dalam rangka memacu pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017 BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 1/2015 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan salah satu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman

Lebih terperinci

LKPM (LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL)

LKPM (LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL) LKPM (LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL) LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL BKPM Fungsi Pemantauan (Kegiatan yang dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan penanaman modal yang telah

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN

Lebih terperinci

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; - 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.681, 2015 BKPM. Fasilitas. Pajak Penghasilan. Usaha Tertentu. di Daerah Tertentu. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.445, 2014 BKPM. Pelimpahan Wewenang. Izin Usaha Kepala Administrator. KEK Sei Mangkei.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.445, 2014 BKPM. Pelimpahan Wewenang. Izin Usaha Kepala Administrator. KEK Sei Mangkei. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.445, 2014 BKPM. Pelimpahan Wewenang. Izin Usaha Kepala Administrator. KEK Sei Mangkei. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam mengkoordinasikan perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FUNGSI PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU Pejabat : Drs. Indra Taruna Alamat Kantor : Jln. Soekarno-Hatta No.14 Kediri No. Telepon : (0354) 681227, 681741, 686099 No. Fax : (0354)

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GRESIK : bahwa

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 37/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN

Lebih terperinci

4.1. Prosedur Pemakaian Aplikasi Tampilan Web Sebagai Admin. a. Halaman Login. Gambar 4.41 Halaman Login Admin

4.1. Prosedur Pemakaian Aplikasi Tampilan Web Sebagai Admin. a. Halaman Login. Gambar 4.41 Halaman Login Admin 1 4.1. Prosedur Pemakaian Aplikasi 4.1.1. Tampilan Web Sebagai Admin a. Halaman Login Gambar 4.41 Halaman Login Admin Halaman Log In dimana Admin harus memasukkan Username dan Password. Klikk button LOG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN PADA PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci