VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TATA CARA PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VII ANALISIS PENDAPATAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

INSTRUMEN IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU (IMPACT POINT) ASPEK TEKNIS UNTUK PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

VI. ANALISIS USAHATANI GANDUM LOKAL

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 SET A. INDIVIDU PETANI

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

Cara Menanam Cabe di Polybag

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

III. METODE PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Teknik Budidaya Tanaman Durian

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

V HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Transkripsi:

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan. Rata-rata dalam satu tahun para petani mitra menanam kedelai edamame sebanyak tiga kali dengan sistem rotasi. Rotasi yang diterapkan oleh petani mitra adalah dua kali menanam kedelai edamame diselingi dengan menanam padi atau palawija, lalu dilanjutkan dengan menanam edamame kembali. 6.1.1. Pengadaan Benih Varietas kedelai edamame yang banyak ditanam oleh para petani mitra di lokasi penelitian adalah varietas Ryokkoh. Petani mitra memperoleh benih kedelai edamame dari PT Saung Mirwan dengan cara dihutangkan. Pembayaran terhadap benih yang diambil dilakukan dengan cara memotong hasil panen yang diserahkan oleh petani kepada PT Saung Mirwan sesuai dengan jumlah benih yang diambil oleh petani, sehingga petani memiliki kewajiban menjual hasil panennya kepada PT Saung Mirwan. Harga benih per kilogram yaitu sebesar Rp 40.000. 6.1.2. Persiapan Lahan Persiapan lahan merupakan salah satu bagian penting yang harus dilakukan sebelum melakukan budidaya kedelai edamame. Persiapan lahan yang baik dapat memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman. Persiapan lahan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan saluran air (parit). a. Pengolahan Lahan Pengolahan tanah merupakan upaya memperbaiki kondisi tanah untuk mendapatkan struktur tanah yang baik. Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian terdiri dari dua kegiatan yaitu pembersihan lahan dari gulma dan pembukaan tanah. Pembersihan lahan dari gulma merupakan kegiatan membersihkan lahan dari rumput-rumput atau gulma yang ada pada lahan bekas dari proses usahatani sebelumnya. Setelah gulma yang ada di lahan sudah 63

dibersihkan, tahapan selanjutnya adalah melakukan pembukaan tanah. Tanah yang ada dicangkul dan dibalik hingga membentuk bongkahan-bongkahan kecil. b. Pembuatan Bedengan dan Saluran Air Tanah yang sudah berbentuk bongkahan-bongkahan kecil, selanjutnya siap untuk dibuat menjadi bedengan-bedengan dengan tinggi bedeng 20-25 cm dan lebar bedengan sebesar satu meter, sementara untuk panjang bedengan disesuaikan dengan bentuk lahan yang ada. Bersamaan dengan pembuatan bedengan dilakukan juga pembuatan saluran air (parit). Menurut Samsu (2001) lebar saluran air antar bedengan yang dibutuhkan untuk budidaya kedelai edamame adalah sebesar 40-50 cm, namun petani hanya membuat saluran air dengan lebar sekitar 20-30 cm. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang dimiliki petani untuk melakukan budidaya kedelai edamame. Setelah bedengan selesai dibuat, bedengan tersebut tidak langsung ditanami, melainkan didiamkan 2-3 hari. Fungsi dari bedengan didiamkan selama 2-3 hari adalah agar tanah yang ada pada bedengan menjadi padat dan tidak mudah hancur. Berdasarkan literatur, setelah bedengan selesai dibuat, selanjutnya dilakukan pemberian pupuk dasar yang terdiri dari pupuk kandang dan pupuk kimia, namun praktek di lokasi penelitian sebagian besar petani tidak memberikan pupuk dasar setelah pembuatan bedengan. Sebanyak 86,7 persen petani responden tidak memberikan pupuk dasar setelah pembuatan bedengan dan sebanyak 13,3 persen petani responden hanya memberikan pupuk kandang setelah pembuatan bedengan. Pemberian pupuk dasar dilakukan petani pada saat tanaman berumur satu minggu. Hal ini dilakukan petani dikarenakan petani menganggap pemberian pupuk dasar sebelum penanaman dapat merugikan petani seandainya benih yang ditanam tidak tumbuh. Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan lahan di luas lahan satu hektar yaitu untuk tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) sebesar 39,81 HOK dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar 64,71 HOK. Sebagian besar para petani di lokasi penelitian menyewa tenaga kerja untuk melakukan pengolahan lahan. 64

6.1.3. Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan setelah tahapan pembuatan bedengan selesai dilakukan. Berdasarkan wawancara dengan penyuluh PT Saung Mirwan penanaman seharusnya dilakukan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, namun praktek penanaman yang dilakukan oleh para petani mitra di lapangan berbedabeda. Jarak tanam yang digunakan oleh petani di lapangan adalah 25 cm x 25 cm, 20 cm x 25 cm dan 20 cm x 20 cm. Sebanyak 26,7 persen menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm, 30 persen petani responden menggunakan jarak tanam 20 cm x 25 cm dan 43, 3 persen petani responden menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jarak tanam yang lebih padat dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh petani, sehingga petani memilih untuk memperpendek jarak tanam. Penanaman dilakukan dengan cara melubangi tanah yang selanjutnya diisi satu benih setiap lubangnya. Kemudian lubang ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan penanaman biasanya adalah tenaga kerja wanita, tetapi ada sebagian petani yang mengkombinasikan antara tenaga kerja wanita dan pria untuk kegiatan penanaman. Tenaga kerja lakilaki bertugas untuk melubangi tanah, sedangkan tenaga kerja wanita yang melakukan penanaman. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penanaman di luas lahan satu hektar yaitu TKDK sebesar 11,64 HOK dan TKLK sebesar 7,15 HOK. 6.1.4. Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan memperbaiki atau menambal tanaman yang tidak tumbuh dengan tanaman baru agar populasi yang ada sesuai dengan yang telah direncanakan. Penyulaman pada kedelai edamame berbeda dengan penyulaman kedelai biasa. Penyulaman kedelai biasa menggunakan benih, sementara penyulaman kedelai edamame adalah dengan cara tanam pindah menggunakan bibit yang sudah ditumbuhkan terlebih dahulu. Penyulaman dengan bibit yang sudah tumbuh dilakukan agar nantinya tanaman kedelai edamame yang ada tumbuh secara serempak dan dapat dipanen dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan penyulaman tidak dilakukan oleh semua petani responden. Kegiatan penyulaman hanya dilakukan oleh 53,3 persen petani responden. Hal ini 65

tergantung bagaimana kondisi benih apakah tumbuh dengan baik atau tidak. Jika benih yang tumbuh mencapai 85 persen biasanya petani tidak melakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman dilakukan ketika tanaman sudah berumur satu minggu. Rata-rata tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan penyulaman di luas lahan satu hektar yaitu TKDK sebesar 1,98 HOK dan TKLK sebesar 0,38 HOK. 6.1.5. Pemupukan Pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 7-10 hari, pada saat tanaman berumur 14-20 hari dan pada saat tanaman berumur 35-40 hari. Pupuk kandang diberikan pada saat pemupukan pertama. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam yang dicampur dengan sekam. Pemupukkan kedua dan ketiga hanya menggunakan pupuk kimia saja. Pupuk kimia yang digunakan oleh petani bervariasi, terdiri atas beberapa jenis pupuk yaitu pupuk Urea Kujang, NPK Phonska, NPK Mutiara, KCL, TSP, dan ZA. Sebagian petani ada yang menambahkan pupuk daun dan pupuk buah. Petani responden yang menambahkan pupuk daun sebanyak 33,3 persen, sedangkan petani yang menambahkan pupuk buah sebanyak 43,3 persen. Sementara itu persentase petani yang menggunakan keduanya adalah sebesar 30 persen. Pupuk daun diberikan pada masa vegetatif yaitu pada saat tanaman berumur 14-20 hari yaitu sebelum tanaman masuk ke dalam fase pembungaan. Setelah tanaman masuk ke fase pembungaan pupuk daun diganti dengan menggunakan pupuk buah. Selain pupuk daun dan pupuk buah, sebagian besar petani responden juga menambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk meningkatkan produksi kedelai edamame. Jumlah petani responden yang menambahkan ZPT yaitu sebesar 83,3 persen. Pemberian pupuk daun, pupuk buah, dan ZPT bersamaan dengan penyemprotan pestisida. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemupukan di luas lahan satu hektar yaitu TKDK sebesar 12,58 HOK dan TKLK sebesar 0,98 HOK. 66

6.1.6. Penyiraman Penyiraman dilakukan melihat situasi cuaca yang ada. Jika kegiatan budidaya dilakukan pada musim hujan biasanya petani tidak melakukan kegiatan penyiraman, karena tanaman sudah mendapatkan pasokan air yang cukup dari air hujan. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan minimal seminggu sekali. Kegiatan penyiraman dilakukan dengan cara menggenangi selokan diantara bedengan dengan air hingga ketinggian 2/3 ketinggian bedengan selama 1-2 jam. 6.1.7. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan rumput atau gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai edamame. Praktek penyiangan yang dilakukan oleh petani dalam 1 musim tanam biasanya dilakukan sebanyak 2 kali yaitu ketika tanaman berusia 15-20 hari dan 35-40 hari. Penyiangan pada musim hujan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan penyiangan pada musim kemarau. Hal ini dikarenakan rumput atau gulma yang tumbuh pada saat musim hujan lebih banyak dibandingkan pada saat musim kemarau. Tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan penyiangan adalah tenaga kerja perempuan. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penyiangan di luas lahan satu hektar yaitu TKDK sebesar 23,60 HOK dan TKLK sebesar 73,77 HOK. 6.1.8. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Hama yang paling sering menyerang tanaman kedelai edamame adalah lalat bibit, penggerek buah dan ulat. Hama tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyemprotan pestisida. Pestisida yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu insektisida dan fungisida. Penyemprotan dengan pestisida dilakukan dimulai ketika tanaman berumur 1-3 minggu setelah tanam yaitu sebanyak 2 kali setiap minggunya, karena di umur 1-3 minggu setelah tanam hama lalat bibit sangat rentan menyerang tanaman. Penyemprotan pada umur 4-9 minggu setelah tanam dilakukan hanya 1 kali per minggu. Total penyemprotan dari awal hingga panen kurang lebih sebanyak 10-12 kali penyemprotan, namun aplikasi petani di lapangan berbeda-beda. Sebanyak 6,7 persen petani responden melakukan penyemprotan sebanyak 10 kali atau sesuai dengan anjuran dari penyuluh, sedangkan 76,7 persen petani responden 67

melakukan penyemprotan sebanyak 7-8 kali atau seminggu sekali melakukan kegiatan penyemprotan. Sementara itu sebesar 16,7 persen melakukan penyemprotan dalam kurun waktu dua minggu sekali yaitu sekitar 4-5 kali penyemprotan. Aplikasi penyemprotan pestisida yang berbeda-beda dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk membeli obat-obatan atau pestisida dalam jumlah yang cukup. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pengendalian OPT di luas lahan satu hektar yaitu TKDK sebesar 27,42 HOK dan TKLK sebesar 3,09 HOK. 6.1.9. Panen Panen dilakukan setelah tanaman berumur 68-72 hari. Proses pemanenan dilakukan dengan cara memetik setiap polong yang ada pada tanaman kedelai edamame. Hasil panen kedelai edamame dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu kedelai edamame dengan polong 2-3 dan kedelai edamame dengan polong satu. Polong kedelai edamame yang diterima oleh pasar modern adalah kedelai edamame dengan polong 2-3, sedangkan kedelai edamame dengan polong satu biasanya dijual ke pasar tradisional atau dikonsumsi sendiri oleh petani. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan di lokasi penelitian dikelompokkan menjadi 2 cara yaitu tenaga kerja yang dibayar harian dan tenaga kerja yang dibayar borongan. Tenaga kerja yang dibayar harian berarti pemberian upah dihitung sesuai dengan berapa hari orang tersebut melakukan pemanenan, sedangkan tenaga kerja yang dibayar borongan berarti pemberian upah dihitung dari jumlah yang berhasil dipanen. Petani responden yang menggunakan tenaga kerja borongan untuk melakukan kegiatan panen adalah sebanyak 43,3 persen, sedangkan petani yang menggunakan tenaga kerja harian sebanyak 56,7 persen. Hasil panen kedelai edamame digolongkan menjadi dua jenis yaitu kedelai edamame yang afkir dan kedelai edamame yang berkualitas baik. Kedelai edamame yang berkualitas baik adalah kedelai edamame yang memiliki polong 2 dan 3 dan tidak ada bercak pada bagian kulitnya. Kedelai edamame yang berkualitas baik dijual kepada PT Saung Mirwan, sedangkan kedelai edamame yang berpolong satu, cacat atau afkir dijual ke pasar tradisional. Rata-rata hasil panen kedelai edamame per hektar yang memiliki polong 2 dan 3 yang dihasilkan oleh petani mitra adalah sebesar 3.735,99 kg, sedang rata-rata hasil panen kedelai 68

edamame per hektar yang cacat, afkir dan berpolong satu adalah sebesar 460,75 kg. Sementara itu rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemanenan di luas lahan satu hektar yaitu TKDK sebesar 16,84 HOK dan TKLK sebesar 34,03 HOK. Berikut adalah Tabel 13 yang menggambarkan sebaran responden petani mitra PT Saung Mirwan berdasarkan produksi panen kedelai edamame per hektar musim tanam terakhir tahun 2010 Tabel 13. Sebaran Responden Petani Mitra PT Saung Mirwan Berdasarkan Produksi Panen Kedelai Edamame per Hektar Musim Tanam Terakhir Tahun 2010 Jumlah Panen (Kg) Kualitas baik Jumlah Panen Afkir Σ petani % (Kg) Σ petani % < 2.000 1 3,3 < 300 11 36,7 2000 3000 7 23,3 300 400 4 13,3 3001 4000 12 40,0 401 500 7 23,3 4001 5000 6 20,0 501 600 1 3,4 >5000 4 13,4 >600 7 23,3 Total 30 100 Total 30 100 Mean 3735,99 kg/ha 460,75 kg/ha Min 1666,67 kg/ha 40,00 kg/ha Max 5916,66 kg/ha 1714,29 kg/ha 6.2. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Analisis penggunaan sarana produksi merupakan analisis penggunaan input-input produksi yang digunakan petani dalam melakukan usahatani kedelai edamame seperti penggunaan benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Analisis yang dilakukan adalah berdasarkan penggunaan input-input yang dipakai petani dalam musim tanam terakhir. 6.2.1. Penggunaan Benih Menurut Samsu (2001) suatu usahatani kedelai edamame akan berhasil jika dalam penanamannya menggunakan benih yang bermutu. Suatu benih dikatakan bermutu jika benih tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Daya kecambahnya lebih tinggi dari 85 persen b. Tidak bercampur dengan benih lain 69

c. Bernas dan tidak cacat d. Mempunyai vigor yang baik dan seragam e. Sehat dan bebas dari penyakit f. Bersih dari kotoran dan biji tanaman lain. Benih yang dibutuhkan untuk kegiatan usahatani kedelai edamame tergantung pada areal, jarak tanam, varietas kedelai edamame, dan cara tanam. Menurut Samsu (2001) kebutuhan benih kedelai edamame per hektar kurang lebih sekitar 60-75 kilogram tergantung dari jarak tanam yang dipergunakan.. Benih ini merupakan varietas Ryokkoh, dengan jaminan daya kecambah minimal 85%. Benih yang digunakan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lokasi penelitian merupakan benih kedelai edamame dengan varietas Ryokkoh. Rata-rata banyaknya benih yang digunakan oleh petani mitra per hektar yaitu sebesar 67,8 kg. Di bawah ini adalah Tabel 14 yang menunjukkan sebaran penggunaan benih petani mitra PT Saung Mirwan yang menjadi responden. Tabel 14. Sebaran Responden Petani Mitra PT Saung Mirwan Berdasarkan Penggunaan Benih pada Musim tanam Terakhir Tahun 2010 Jumlah Benih (kg) Jumlah Petani Persentase (%) < 60 9 30,0 60-75 11 36,7 >75 10 33,3 Total 30 100,0 Mean 67,8 kg/ha Min 44,4 kg/ha Max 85,7 kg/ha 6.2.2. Penggunaan Pupuk Pupuk yang digunakan oleh para petani mitra dalam melakukan kegiatan usahatani kedelai edamame terdiri dari pupuk kandang (organik) dan pupuk kimia. Pupuk kandang yang banyak digunakan oleh para petani di lokasi penelitian adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam yang dicampur dengan sekam, namun ada juga beberapa petani yang menambahkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing. Rata-rata jumlah pupuk kandang per hektar yang dipergunakan oleh petani mitra adalah sebesar 4.221,3 kg, sedangkan yang disarakan oleh penyuluh PT Saung Mirwan sebesar 15.000 kg per hektar. 70

Perbedaan jumlah penggunaan pupuk kandang antara petani mitra dengan apa yang disarankan oleh penyuluh diduga disebabkan oleh pengaplikasian pupuk kandang yang dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu, sehingga penggunaan pupuk kandang tidak bisa terlalu banyak karena dapat menyebabkan tanaman menjadi panas dan akhirnya mati. Pupuk kandang diperoleh oleh para petani dengan cara membeli di toko sarana produksi pertanian (saprotan). Harga pupuk kandang yang berlaku di lokasi penelitian seharga Rp 5.000 - Rp 7.000 per karung dengan bobot 30 kg. Selain pupuk kandang para petani juga menggunakan pupuk kimia dalam melakukan usahatani kedelai edamame. Pupuk kimia yang digunakan petani di lokasi penelitian bervariasi diantaranya adalah Urea Kujang, ZA, KCL, TSP, NPK Phonska, dan NPK Mutiara. Selain itu ada sebagian petani yang menambahkan pupuk daun dan pupuk buah dalam kegiatan usahataninya. Pupuk-pupuk tersebut dibeli oleh para petani di toko sarana produksi pertanian (saprotan). Rata-rata jumlah pupuk kimia yang digunakan oleh petani mitra per hektar adalah sebesar 778,6 kg, sedangkan penggunaan pupuk yang dianjurkan oleh penyuluh PT Saung Mirwan adalah sekitar 700-750 kg. Perbedaan jumlah penggunaan pupuk antara petani mitra dengan apa yang disarankan oleh penyuluh diduga disebabkan oleh lebih pendeknya jarak tanam yang diterapkan oleh petani mitra. Semakin rapat jarak tanam, maka populasi tanaman semakin banyak dan membutuhkan pupuk yang semakin banyak pula. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditabur di sekitar tanaman, sehingga jika populasi tanaman semakin meningkat, maka penggunaan pupuk pun akan meningkat. Selain pupuk kandang dan pupuk kimia sebagian petani responden juga menambahkan pupuk daun, pupuk buah dan zat pengatur tumbuh. Rata-rata penggunaan pupuk daun per hektar yaitu sebesar 780,8 gram, sedangkan penggunaan pupuk buah per hektar yaitu sebesar 994,5 gram. Sementara rata-rata penggunaan zat pengatur tumbuh per hektar yaitu sebesar 6,19 liter. Berikut adalah Tabel 15 yang menunjukkan sebaran responden petani mitra PT Saung Mirwan berdasarkan penggunaan pupuk. 71

Tabel 15. Sebaran Responden Petani Mitra PT Saung Mirwan Berdasarkan Penggunaan Pupuk pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2010 Dosis Pupuk Kandang Dosis Pupuk Kimia pupuk pupuk (kg) Σ petani % (kg) Σ petani % < 15.000 30 100,0 < 700 14 46,7 15.000 0 0,0 700-750 3 10,0 > 15.000 0 0,0 >750 13 43,3 Total 30 100,00 Total 30 100,00 Mean 4.221, 3 kg/ha 778,6 kg/ha Min 2.000,0 kg/ha 250 kg/ha Max 6.000,0 kg/ha 1428,6 kg/ha 6.2.3. Penggunaan Pestisida Pestisida yang digunakan oleh para petani dalam melakukan kegiatan usahatani kedelai edamame terdiri dari dua jenis yaitu insektisida dan fungisida. Rata-rata jumlah insektisida yang digunakan oleh petani mitra per hektarnya adalah sebesar 5,35 liter, sedangkan rata-rata penggunaan fungisida adalah sebesar 2,91 kg. Insektisida digunakan oleh semua petani responden dalam kegiatan usahataninya, sementara fungisida hanya digunakan oleh sebagian responden saja yaitu sebanyak 53,3 persen. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani dan ada tidaknya serangan jamur pada musim tanam terakhir. Insektisida dan fungisida yang digunakan oleh petani diperoleh dengan cara membeli di toko sarana produksi pertanian (saprotan) yang ada di sekitar petani. Adapun sebaran responden petani mitra PT Saung Mirwan berdasarkan penggunaan pestisida dapat dilihat pada Tabel 16. 72

Tabel 16. Sebaran Responden Petani Mitra PT Saung Mirwan Berdasarkan Penggunaan Pestisida pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2010 Dosis Dosis insektisida Insektisida fungisida Fungisida (liter) Σ petani % (kg) Σ petani % < 1 1 3,3 0-1,0 14 46,7 1,0-3,0 10 33,3 1,1-2,0 1 3,3 3,1-5,0 5 16,7 2,1-3,0 2 6,7 5,1-7,0 5 16,7 3,1-4,0 4 13,3 > 7,,0 9 30,0 > 4,0 9 30,0 Total 30 100,00 Total 30 100,00 Mean 5,35 liter/ha 2,91 kg/ha Min 0,50 liter/ha 0 kg/ha Max 14,29 liter/ha 10,0 kg/ha 6.2.5. Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja di lokasi penelitian relatif banyak dan mudah didapatkan, karena mayoritas penduduk di lokasi penelitian bekerja di sektor pertanian. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kedelai edamame menggunakan satuan HOK yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). TKDK merupakan anggota keluarga sendiri seperti suami, isteri dan anak, sedangkan TKLK merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan oleh petani. Jam kerja di lokasi penelitian adalah lima jam per hari, yang dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB. Upah yang berlaku di lokasi penelitian berbeda-beda setiap lokasinya, tetapi rata-rata upah yang berlaku untuk satu hari kerja yaitu sebesar Rp 20.000 untuk tenaga kerja pria dan Rp 12.000 untuk tenaga kerja wanita. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan oleh petani mitra untuk melakukan kegiatan usahatani kedelai edamame dengan luas lahan satu hektar adalah sebesar 317,98 HOK terdiri dari 133,87 HOK tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan 184,11 HOK tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Berikut adalah Tabel 17 yang menyajikan penggunaan tenaga kerja setiap kegiatan dalam usahatani kedelai edamame. 73

Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar Usahatani Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2010 Aktivitas TKDK (HOK) TKLK (HOK) Total (HOK) Persiapan Lahan 39,81 64,71 104,52 Penanaman 11,64 7,15 18,79 Penyulaman 1,98 0,38 2,36 Pengendalian OPT 27,42 3,09 30,51 Penyiangan 23,60 73,77 97,37 Pemupukan 12,58 0,98 13,56 Panen 16,84 34,03 50,87 Total 133,87 184,11 317,98 6.2.6. Alat-Alat Pertanian Alat-alat yang digunakan dalam usahatani kedelai edamame tidak terlalu banyak dan mudah diperoleh. Alat-alat tersebut adalah cangkul, golok, koret, sprayer, dan ember. Peralatan tersebut pada umumnya merupakan milik petani sendiri, namun ada beberapa petani yang meminjam beberapa alat seperti sprayer kepada tetangganya yang memiliki. Petani membeli peralatan yang dimiliki di toko sarana produksi pertanian (saprotan) yang ada di lingkungan sekitar petani. Petani tidak melakukan pembelian alat pertanian setiap musimnya, melainkan baru melakukan pembelian setelah alat-alat tersebut mengalami kerusakan. 6.2.7. Lahan Lahan yang digunakan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan dalam melakukan budidaya kedelai edamame terdiri dari lahan milik sendiri, lahan garapan, lahan gadai dan lahan sewa. Harga sewa lahan di lokasi penelitian berkisar antara Rp 4.000.000 Rp 6.000.000, tergantung dari letak lahan apakah dekat dengan jalan, saluran irigasi dan sarana dan prasarana lain yang menunjang dengan kegiatan usahatani kedelai edamame. Rata-rata luas lahan yang digunakan oleh petani mitra yang dijadikan responden adalah 1.300 meter atau 0,13 ha. Berikut adalah Tabel 18 yang menunjukkan sebaran responden petani mitra PT Saung Mirwan berdasarkan penggunaan lahan. 74

Tabel 18. Sebaran Responden Petani Mitra PT Saung Mirwan Berdasarkan Penggunaan Lahan pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2010 Luas lahan (ha) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) < 0,10 17 56,7 0,10-0,25 9 30,0 0,26-0,50 3 10,0 0,51-1 1 3,3 Jumlah 30 100,0 Mean 0,130 ha Min 0,025 ha Max 0,600 ha 6.2.8. Modal Modal yang dipergunakan oleh semua petani mitra yang dijadikan responden adalah berasal dari modal sendiri. Para petani responden tidak melakukan peminjaman ataupun berhutang untuk melakukan kegiatan budidaya kedelai edamame. Hal ini dikarenakan di lokasi penelitian tidak terdapat koperasi ataupun lembaga keuangan yang dapat meminjamkan dana untuk modal. Keterbatasan permodalan sering dihadapi oleh para petani responden, sehingga mereka terkadang tidak mampu untuk membeli input-input yang dibutuhkan seperti pestisida dan pupuk. Ketidakmampuan para petani responden dalam membeli input produksi mengakibatkan mereka tidak optimal dalam melakukan kegiatan usahataninya, sehingga hasil panen yang didapat oleh para petani pun menjadi tidak optimal. 75