BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

PENETAPAN DAN KETETAPAN

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

Jumlah Pajak yang telah dibayar (Rp) Jumlah Pajak yang masih harus dibayar (Rp)

JENIS DAN BENTUK SURAT, DOKUMEN DAN/ATAU DAFTAR YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENGUSULAN DAN TINDAK LANJUT PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB III METODE PENELITIAN. bulan yakni dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2015

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

Surat Edaran Nomor : SE-61/PJ/ Mei 2010 Hal : Kode Nota Penghitungan Dan Kode Ketetapan Per Jenis Pajak Direktur Jenderal Pajak,

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

POKOK-POKOK PERUBAHAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH YANG SUDAH KEDALUWARSA

2 Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Car

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

TABEL PARAMETER ANALISIS RISIKO KETIDAKTERTAGIHAN PIUTANG PAJAK

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.04/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

1

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/PMK.03/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

SE - 03/PJ.04/2009 KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Penyebab Terjadinya Piutang Pajak Pada Bab ini akan dibahas mengenai laporan perkembangan piutang pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Laporan perkembangan piutang pajak terdiri dari PPh pasal 25 Orang Pribadi, PPh pasal 25 Badan, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 26, PPh pasal 4 ayat 2, PPN, PPnBM, bunga penagihan, dan pajak penghasilan tidak langsung lainnya. Pada tabel dibawah ini, piutang pajak timbul sehubungan dengan diterbitkannya STP, SKPKB,dan SKPKBT. Nilai piutang awal tahun berasal dari piutang tahun sebelumnya. Perubahan ini disebabkan karena adanya : - Penambahan piutang pada umumnya ditandai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Tagihan Pajak (STP). - Pengurangan piutang pajak pada umumnya ditandai dengan diterbitkannya Surat Setoran Pajak (SSP), Pemindahbukuan (Pbk), Surat Keputusan Keberatan, Penghapusan, dan Wajib Pajak Pindah. Hal ini berkaitan dengan kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak dalam melapor dan membayar pajaknya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pada dasarnya penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak / Wajib Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Tentu tindakan tersebut dibatasi dengan jangka waktu atau dengan kata lain Fiskus/Jurusita Pajak tidak dapat melakukan tindakan penagihan tanpa batas waktu walaupun ada utang pajak yang benar-benar belum dilunasi Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak apabila telah daluwarsa. Namun penagihan masih dapat dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang dapat menangguhkan daluwarsa tersebut. Sehubungan dengan akan berakhirnya 43

44 daluwarsa penetapan Tahun Pajak 2003 sd 2007 yakni pada tanggal 31 Desember 2013, perlu dicermati kapan pastinya daluwarsa penagihan atas penetapan tersebut dan bagaimana petugas pajak khususnya Jurusita Pajak di seksi Penagihan menyikapinya. Untuk menghindari gugatan dari pihak Wajib Pajak atau Penanggung Pajak alangkah baiknya lebih teliti dalam menentukan saat daluwarsa penagihan sebuah surat ketetapan pajak. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, apabila jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Peraturan perundang-undangan perpajakan menetapkan bahwa STP, SKPKB, serta SKPKBT dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan, kecuali untuk WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jangka waktu pelunasan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulan. Dalam hal WP keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak untuk jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan sebesar pajak yang tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. Dalam hal WP mengajukan banding atas Surat Keputusan Keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikkan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun

45 terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Daluwarsa penagihan pajak tersebut tertangguh apabila : a. Diterbitkannya Surat Paksa b. Adanya pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung c. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) karena Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilanyang telah mempunyai kekuatan hukum tetap d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan

46 Jenis Pajak Piutang Pajak Awal Tahun TABEL 4.1 PIUTANG PAJAK KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG SATU TAHUN 2011 Penambaha n Pembayaran Tahun 2011 Pengurangan Surat Keputusan Keberatan Wajib Pajak Pindah Pe ng ha pu san Total Pengurang an Piutang Pajak Akhir Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PPh Badan dan Orang Pribadi 309.131.083.314,00 18.149.373.837,00 7.013.290.957,00 1.519.492.463,00 406.151.328,00 0 8.938.934.748,00 318.341.522.403,00 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

47 Tabel 4.2 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2011 (dalam ribuan Rp) No. Bulan Penambahan Pembayaran 1. Januari 1.828.275 483.210 2. Februari 360.213 133.003 3. Maret 1.606.891 973.469 4. April 408.444 30.754 5. Mei 5.033.935 12.681 6. Juni 5.470.193 446.926 7. Juli 463.733 4.442 8. Agustus 184.032 2.698 9. September 725.689 528 10. Oktober 320.921 3.855.494 11. November 1.097.295 3.554 12. Desember 649.746 1.066.525 Total 18.149.367 7.013.284 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali 4.2 Analisis Laporan Piutang Pajak Tahun 2011 Berdasarkan laporan piutang pajak pada tahun 2011 pada Tabel 4.1 diatas terdapat peningkatan piutang pajak pada akhir tahun sebesar Rp 9.210.439.089,00. Peningkatan ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembayaran utang pajaknya. Piutang pajak pada awal Tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.1 diatas sebesar Rp 309.131.083.314,00 merupakan nilai yang terbawa dari saldo akhir tahun pajak sebelumnya yaitu tahun 2010. Piutang pajak pada akhir tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.1 diatas sebesar Rp 318.341.522.403,00. Piutang pajak akhir tahun 2011 disebabkan adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama, terdapat penambahan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.1 diatas yang disebabkan karena adanya penambahan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan dan penambahan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan hasil pemeriksaan sedangkan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan hasil penelitian. Jumlah penambahan pajak yang paling besar dalam tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.2 adalah di bulan Juni, hal ini disebabkan karena adanya evaluasi berkala dari hasil pemeriksaan untuk mencapai target KPP (karena

48 setiap KPP dibebani target), kurangnya kepatuhan Wajib Pajak, terlambat bayar dan terlambat lapor. Kedua, terdapat pegurangan piutang berdasarkan Tabel 4.1 diatas sebesar Rp 8.938.934.748,00 yang terdiri dari pembayaran piutang berdasarkan Tabel 4.1 sebesar Rp 7.013.290.957,00 yang terdiri dari Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pemindahbukuan (Pbk). Surat Setoran Pajak (SSP) terjadi karena terbitnya SKP dan STP. SKP dan STP yang diterbitkan dibayar melalui bank/ kantor pos. Pemindahbukuan (Pbk) terjadi karena banyaknya Wajib Pajak baik Orang Pribadi atau Badan yang salah dalam menginput kode pembayaran. Jumlah pembayaran pajak yang paling besar dalam tahun 2011 berdasarkan Tabel 4.2 adalah di bulan Oktober, hal ini disebabkan karena Wajib Pajak membayar utang pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku atau Wajib Pajak membayar karena diterbitkannya SKP, STP, dan surat paksa. Surat Keputusan Keberatan berdasarkan Tabel 4.1 sebesar Rp 1.519.492.463,00 hal ini disebabkan karena keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditolak atau tidak disetujui oleh Kantor Wilayah, Wajib Pajak pindah sebesar Rp 406.151.328,00 yang disebabkan oleh beberapa unsur Wajib Pajak seperti Wajib Pajak pindah KPP tetapi Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, dan penghapusan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.1 sebesar Rp 0 yang disebabkan karena Wajib Pajak masih dapat ditagih utang pajaknya, dan Wajib Pajak Badan yang belum selesai proses pailitnya.

49 Gambar 4.1 Rincian Penambahan Dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2011

50 Tabel 4.3 Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2012 Jenis Pajak Piutang Pajak Awal Tahun Penambaha n Pembayara n Tahun 2012 Pengurangan Sur at Kep Wajib utus Pajak an Pindah Keb erat an Penghapus an Total Pengurangan Piutang Pajak Akhir Tahun PPh Badan dan Orang Pribadi 318.341.522.403,00 11.642.123.460,00 5.561.179.669,00 0 551.221.050,00 0 6.112.400.719,00 323.871.245.144,00 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

51 Tabel 4.4 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2012 (dalam ribuan Rp) No. Bulan Penambahan Pembayaran 1. Januari 117.849 147.620 2. Februari 510.288 42.206 3. Maret 852.592 407.874 4. April 1.018.535 654.091 5. Mei 4.082.924 595.353 6. Juni 405.585 622.415 7. Juli 1.327.959 57.865 8. Agustus 177.197 1.787.888 9. September 707.746 35.186 10. Oktober 368.173 1.108.175 11. November 1.267.145 71.563 12. Desember 806.125 30.938 Total 11.642.667 5.561.174 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali 4.3 Analisis Laporan Piutang Pajak Tahun 2012 Berdasarkan laporan piutang pajak pada tahun 2012 pada Tabel 4.3 diatas terdapat peningkatan piutang pajak pada akhir tahun sebesar Rp 5.529.722.741,00. Peningkatan ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembayaran utang pajaknya. Piutang pajak pada awal Tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.3 diatas sebesar Rp 318.341.522.403,00 merupakan nilai yang terbawa dari saldo akhir tahun pajak sebelumnya. Piutang pajak pada akhir tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.3 diatas sebesar Rp 323.871.245.144,00. Piutang pajak akhir tahun 2012 disebabkan adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama, terdapat penambahan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.3 diatas yang disebabkan karena adanya penambahan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan dan penambahan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan hasil pemeriksaan sedangkan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan hasil penelitian. Jumlah penambahan pajak yang paling besar dalam tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.2 adalah di bulan Mei, hal ini disebabkan karena adanya evaluasi berkala dari hasil pemeriksaan untuk mencapai target KPP (karena

52 setiap KPP dibebani target), kurangnya kepatuhan Wajib Pajak, terlambat bayar dan terlambat lapor. Kedua, terdapat pegurangan piutang berdasarkan Tabel 4.3 diatas sebesar Rp 6.112.400.719,00 yang terdiri dari pembayaran piutang berdasarkan Tabel 4.3 sebesar Rp 5.561.179.669,00 yang terdiri dari Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pemindahbukuan (Pbk). Surat Setoran Pajak (SSP) terjadi karena terbitnya SKP dan STP. SKP dan STP yang diterbitkan dibayar melalui bank/ kantor pos. Pemindahbukuan (Pbk) terjadi karena banyaknya Wajib Pajak baik Orang Pribadi atau Badan yang salah dalam menginput kode pembayaran. Jumlah pembayaran pajak yang paling besar dalam tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.3 adalah di bulan Agustus, hal ini disebabkan karena Wajib Pajak membayar utang pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku atau Wajib Pajak membayar karena diterbitkannya SKP, STP, dan surat paksa. Surat Keputusan Keberatan berdasarkan Tabel 4.3 sebesar Rp 0 hal ini disebabkan karena keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditolak atau tidak disetujui oleh Kantor Wilayah, Wajib Pajak pindah sebesar Rp 551.221.050,00 yang disebabkan oleh beberapa unsur Wajib Pajak seperti Wajib Pajak pindah KPP tetapi Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, dan penghapusan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.3 sebesar Rp 0 yang disebabkan karena Wajib Pajak masih dapat ditagih utang pajaknya, dan Wajib Pajak Badan yang belum selesai proses pailitnya.

53 Gambar 4.2 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2012

54 Jenis Pajak Piutang Pajak Awal Tahun Tabel 4.5 Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2013 Penambaha n Pembayara n Tahun 2013 Pengurangan Surat Keputu san Kebera tan Wajib Pajak Pindah Penghap usan Total Pengurangan Piutang Pajak Akhir Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PPh Badan dan Orang Pribadi 323.871.245.144,00 27.370.388.007,00 3.185.459.740,00 0 (132.377.343,00) 0 3.053.082.397,00 348.188.550.754,00 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

55

56 Tabel 4.6 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2013 (dalam ribuan Rp) No. Bulan Penambahan Pembayaran 1. Januari 467.702 101.037 2. Februari 309.529 230.397 3. Maret 1.075.484 28.736 4. April 1.321.319 54.682 5. Mei 156.681 440.045 6. Juni 924.924 13.811 7. Juli 1.737.545 14.074 8. Agustus 528.167 68.170 9. September 1.081.624 1.402.898 10. Oktober 348.658 80.567 11. November 3.126.620 117.341 12. Desember 16.292.129 633.695 Total 27.370.382 3.185.453 Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali 4.4 Analisis Laporan Piutang Pajak Tahun 2013 Berdasarkan laporan piutang pajak pada tahun 2013 pada Tabel 4.5 diatas terdapat peningkatan piutang pajak pada akhir tahun sebesar Rp 24.317.305.610,00. Peningkatan ini disebabkan karena masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembayaran utang pajaknya. Piutang pajak pada awal Tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.5 diatas sebesar Rp 323.871.245.144,00 merupakan nilai yang terbawa dari saldo akhir tahun pajak sebelumnya. Piutang pajak pada akhir tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.5 diatas sebesar Rp. 348.188.305.610,00. Piutang pajak akhir tahun 2012 disebabkan adanya 2 faktor yang mempengaruhi. Pertama, terdapat penambahan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.5 diatas yang disebabkan karena adanya penambahan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan dan penambahan Surat Tagihan Pajak (STP). Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan hasil pemeriksaan sedangkan Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan hasil penelitian. Jumlah penambahan pajak yang paling besar dalam tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.6 adalah di bulan Desember, hal ini disebabkan

57 karena adanya evaluasi berkala dari hasil pemeriksaan untuk mencapai target KPP (karena setiap KPP dibebani target), kurangnya kepatuhan Wajib Pajak, terlambat bayar dan terlambat lapor serta ada masa daluwarsa pajak dari tahun-tahun sebelumnya sebagaimana di atur dalam pasal 22 ayat 2 Undang- Undang KUP. Ketentuan ini mengandung makna bahwa kewenangan Negara untuk melakukan tindakan penagihan dibatasi waktunya (time limit), yaitu hanya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Setelah batas waktu tersebut terlewatkan maka penagihan tersebut mengalami daluwarsa penagihan, maka fungsional bekerja lebih optimal. Kedua, terdapat pegurangan piutang berdasarkan Tabel 4.5 diatas sebesar Rp 3.053.082.397,00 yang terdiri dari pembayaran piutang berdasarkan Tabel 4.5 sebesar Rp 3.185.459.740,00 yang terdiri dari Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pemindahbukuan (Pbk). Surat Setoran Pajak (SSP) terjadi karena terbitnya SKP dan STP. SKP dan STP yang diterbitkan dibayar melalui bank/ kantor pos. Pemindahbukuan (Pbk) terjadi karena banyaknya Wajib Pajak baik Orang Pribadi atau Badan yang salah dalam menginput kode pembayaran. Jumlah pembayaran pajak yang paling besar dalam tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.6 adalah di bulan September, hal ini disebabkan karena Wajib Pajak membayar utang pajaknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku atau Wajib Pajak membayar karena diterbitkannya SKP, STP, dan surat paksa. Surat Keputusan Keberatan berdasarkan Tabel 4.5 sebesar Rp 0 hal ini disebabkan karena keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak ditolak atau tidak disetujui oleh Kantor Wilayah, Wajib Pajak pindah sebesar Rp (132.377.343,00) yang disebabkan oleh beberapa unsur Wajib Pajak seperti Wajib Pajak pindah KPP tetapi Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, dan penghapusan piutang pajak berdasarkan Tabel 4.5 sebesar Rp 0 yang disebabkan karena Wajib Pajak masih dapat ditagih utang pajaknya, dan Wajib Pajak Badan yang belum selesai proses pailitnya.

58 Gambar 4.3 Rincian Penambahan dan Pembayaran Piutang Pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2013 4.5 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2011 dengan Tahun 2012 Perbandingan piutang pajak awal tahun 2011 dengan piutang pajak awal tahun 2012 berdasarkan Tabel 4.1 dengan Tabel 4.3 terdapat peningkatan piutang pajak sebesar Rp 9.210.439.089,00. Terdapat penurunan penambahan piutang pajak pada tahun 2011 dengan penambahan piutang pajak pada tahun 2012 sebesar Rp 6.507.250.377,00 yang disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak melapor dan membayar pajaknya, dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh asetnya, misalnya karyawan yang mempunyai usaha lain selain bekerja diperusahaan. Adanya penurunan pembayaran piutang pajak tahun 2011 dengan tahun 2012 disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak menanggapi Surat Teguran yang sudah diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, dan

59 jika SKP tidak disetujui maka belum bisa ditagih, misalnya Wajib Pajak keberatan maka tidak bisa ditagih karena belum merupakan utang pajak. Adanya penurunan Surat Keputusan Keberatan pada tahun 2011 dan 2012 sebesar Rp 1.519.492.463,00, karena pada tahun 2011 banyak permohonan keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak disetujui oleh Kantor Wilayah. Kenaikan Wajib Pajak pindah pada tahun 2011 dan 2012 sebesar Rp 145.069.722,00 disebabkan karena unsur dari Wajib Pajak, misalnya karena masa sewanya sudah habis atau Wajib Pajak pindah ke KPP lain, penghapusan piutang pada tahun 2011 dan 2012 tetap sama yaitu sebesar Rp 0. Perbandingan piutang pajak akhir tahun 2011 dengan piutang pajak akhir tahun 2012 terdapat peningkatan yaitu sebesar Rp 5.529.722.741,00. Gambar 4.4 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2011 dengan Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 4.4 maka pada tahun 2011 banyak penambahan dibandingkan dengan tahun 2012, hal ini dikarenakan banyak saldo awal piutang tahun 2010 terbawa di tahun 2011 serta adanya evaluasi berkala baik dari hasil pemeriksaan (SKP) maupun hasil penelitian (STP). Sedangkan pembayaran lebih banyak pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2012 karena banyak diterbitkan STP dan SKP pada tahun 2011 sehingga WP membayar.

60 4.6 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2012 dengan Tahun 2013 Perbandingan piutang pajak awal tahun 2012 dengan piutang pajak awal tahun 2013 berdasarkan Tabel 4.3 dengan Tabel 4.5 terdapat peningkatan piutang pajak sebesar Rp 5.529.722.741,00. Terdapat penurunan penambahan piutang pajak pada tahun 2012 dengan penambahan piutang pajak pada tahun 2013 sebesar Rp 15.728.264.547,00 yang disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak melapor dan membayar pajaknya, dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh asetnya, misalnya karyawan yang mempunyai usaha lain selain bekerja diperusahaan serta adanya masa daluarsa pajak yang harus diselesaikan, maka fungsional bekerja lebih optimal. Adanya penurunan pembayaran piutang pajak tahun 2012 dengan tahun 2013 disebabkan karena banyak Wajib Pajak yang tidak menanggapi Surat Teguran yang sudah diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, dan jika SKP tidak disetujui maka belum bisa ditagih, misalnya Wajib Pajak keberatan maka tidak bisa ditagih karena belum merupakan utang pajak. Adanya penurunan Surat Keputusan Keberatan pada tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp 0, karena pengajuan permohonan Keberatan Wajib Pajak tidak disetujui oleh Kantor Wilayah. Kenaikan Wajib Pajak pindah pada tahun 2012 dan 2013 disebabkan karena unsur dari Wajib Pajak, misalnya karena masa sewanya sudah habis atau Wajib Pajak pindah KPP, penghapusan piutang pada tahun 2012 dan 2013 tetap sama yaitu sebesar Rp 0. Perbandingan piutang pajak akhir tahun 2012 dengan piutang pajak akhir tahun 2013 terdapat peningkatan yaitu sebesar Rp 24.317.305.610,00.

61 Gambar 4.5 Perbandingan Laporan Piutang Pajak Tahun 2012 dengan Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 4.5 maka pada tahun 2013 banyak penambahan dibandingkan dengan tahun 2012, hal ini dikarenakan pada tahun 2013 terdapat masa daluarsa yang harus diselesaikan sehingga fungsional bekerja lebih optimal. Sedangkan pembayaran lebih banyak pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2013 karena banyak diterbitkan STP dan SKP pada tahun 2012 sehingga WP membayar.

62 4.7 Kontribusi Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Tahun 2011 Tabel 4.7 Kontribusi Pembayaran Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2011 Jenis Pajak Pembayaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Pembayar an PPh Pasal 25 Orang Pribadi 128.011.400.751 31.826.972,00 27.770.472.719,00 0,11% PPh Pasal 25 Badan 5.948.961.824,00 187.103.104.799,00 2,94% PPh Pasal 21 906.837.859,00 152.998.924.082,00 0.59% PPh Pasal 22 0 2.785.371.457,00 0% PPh Pasal 23 90.270.611,00 22.811.611.251,00 0,39% PPh Pasal 26 4.365.284,00 33.032.568.517,00 0,01% PPh Pasal 4 ayat 2 31.028.407,00 214.064.632.483,00 0,01% Total 7.013.290.957,00 640.566.685.308,00 1,09% Sumber:KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali Gambar 4.6 Kontribusi Pembayaran Tahun 2011

63 Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,11%. Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Badan terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Badan memberikan kontribusi pembayaran sebesar 2,94%. Pembayaran piutang PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,59%. Pembayaran piutang PPh Pasal 22 memberikan kontribusi sebesar 0%. Pembayaran piutang PPh Pasal 23 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,39%. Pembayaran piutang PPh Pasal 26 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,01%. Pembayaran piutang PPh Pasal 4 ayat 2 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,01%. PPh Pasal 25 Badan memberikan kontribusi penerimaan paling besar ditahun 2011 yaitu sebesar 2,94% dan yang lainnya kurang dari 1%. 4.8 Kontribusi Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Tahun 2012 Tabel 4.8 Kontribusi Pembayaran Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2012 Jenis Pajak Pembayaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Pembayaran Pph Pasal 25 Orang Pribadi 47.959.512.607,00 0,06% 28.821.299,00 Pph Pasal 25 Badan 2.131.593.781,0 0 186.738.786.648,00 1,14% PPh Pasal 21 3.031.656.318,0 0 187.122.009.358,00 1,62% PPh Pasal 22 0 3.340.466.723,00 0% PPh Pasal 23 26.907.404,00 30.581.664.768,00 0,09% PPh Pasal 26 219.619.217,00 58.792.307.774,00 0,37% PPh Pasal 4 ayat 2 122.581.650,00 190.442.200.771,00 0,06% Total 5.561.179.669,0 0 704.976.948.649,00 0,79% Sumber:KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali

64 Gambar 4.7 Kontribusi Pembayaran Tahun 2012 Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,06%. Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Badan terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Badan memberikan kontribusi pembayaran sebesar 1,14%. Pembayaran piutang PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 1,62%. Pembayaran piutang PPh Pasal 22 memberikan kontribusi sebesar 0%. Pembayaran piutang PPh Pasal 23 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,09%. Pembayaran piutang PPh Pasal 26 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,37%. Pembayaran piutang PPh Pasal 4 ayat 2 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,06%. PPh Pasal 25 Badan dan PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan paling besar ditahun 2012 yaitu sebesar 1,14% dan 1,62%, sedangkan yang lainnya kurang dari 1%.

65 4.8 Kontribusi Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Tahun 2013 Tabel 4.9 Kontribusi Pembayaran Piutang Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2013 Jenis Pajak Pembayaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Pembayaran Pph Pasal 25 Orang Pribadi 95.681.060,00 36.529.911.305,00 0,26% Pph Pasal 25 Badan 1.324.032.478,0 140.797.189.776,0 0 0 0,94% PPh Pasal 21 235.490.890.063,0 980.669.461,00 0 0,42% PPh Pasal 22 0 6.549.708.342,00 0 PPh Pasal 23 225.717.214,00 44.123.095.355,00 0,51% PPh Pasal 26 123.908.614.174,0 390.918.329,00 0 0,31% PPh Pasal 4 ayat 2 214.064.632.483,0 168.441.198,00 0 0,08% Total 3.185.459.740,0 801.464.041.498,0 0 0 0,40% Sumber:KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang sudah diolah kembali Gambar 4.8 Kontribusi Pembayaran Tahun 2013

66 Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Orang Pribadi terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,26%. Pembayaran piutang PPh Pasal 25 Badan terhadap realisasi penerimaan PPh Pasal 25 Orang Badan memberikan kontribusi pembayaran sebesar 0,94%. Pembayaran piutang PPh Pasal 21 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,42%. Pembayaran piutang PPh Pasal 22 memberikan kontribusi sebesar 0%. Pembayaran piutang PPh Pasal 23 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,51%. Pembayaran piutang PPh Pasal 26 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,31%. Pembayaran piutang PPh Pasal 4 ayat 2 memberikan kontribusi penerimaan sebesar 0,08%. Secara keseluruhan tidak ada yang mencapai target pada tahun 2013 karena semua kurang dari 1%.