ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

dokumen-dokumen yang mirip
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

3 Percobaan dan Hasil

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

SIKLOARTOBILOSANTON DARI KULIT BATANG DAN FLAVONOID DALAM BEBERAPA BAGIAN TUMBUHAN Artocarpus dadah YANG TUMBUH DI LAMPUNG

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

Isolasi Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Jurnal Kimia Indonesia

Isolasi Metabolit Sekunder dari Kulit Batang Kembang Sepatu (Hibiscus Rosasinensis) ) Nohong ), Hadijah Sabarwati ) Abstract

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mesomeri Jurnal Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Artonin E (36)

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

III. BAHAN DAN METODA

SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI METANOL BATANG TANAMAN ANDONG (Cordyline fruticosa) DAN AKTIVITAS SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL HeLa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB II METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

4 Hasil dan Pembahasan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL DARI EKSTRAK METANOL BIJI PEPAYA (Carica Papaya Linn)

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DAUN TREMBESI (Albizia saman (Jacq.) Merr) SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli SKRIPSI

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI, ELUSIDASI STRUKTUR, DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA STEROID DARI BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.)

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2. ISOLASI SENYAWA ALKALOID DARI DAUN BULIAN (Eusideroxylon zwagery T. et B)

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan KULIT BATANG Garcinia rigida

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BABm METODOLOGI PENELITIAN

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora Linn.) SEBAGAI SKRINING AWAL ANTIKANKER SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA TRITERPEN DARI DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr) TERHADAP Escherichia coli.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JKK, Tahun 2017, Vol 6(2), halaman ISSN

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI ETIL ASETAT PADA KULIT BATANG TUMBUHAN CERIA (Baccaurea hookeri)

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI METANOL BUNGA NUSA INDAH (Mussaenda erythrophylla)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

Transkripsi:

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 145-153 e-issn: 2503-023X DOI: 10.24042/jpifalbiruni.v4i2.93 Oktober 2015 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq. Indarto Program Studi Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung; e-mail: indartoalkimia@yahoo.com Diterima: 3 Agustus 2015 Disetujui: 11 Oktober 2015. Dipublikasikan: Oktober 2015 Abstract: Artocarpus plant dadah Miq. is one of the species of Artocarpus of the Moraceae family that belongs to a rare plant in nature. This plant is known as the main source of phenolic derivative compound that is flavone compound in or tri-oxygenated and terisoprenilasi in C-3 position, and also known as the main source of phenolic compound derived flavonoids, aryl-benzofuran, stilbenoid and xanthane flavonoida, which have biological activity as promoters antitumor, antibacterial, antifungal, antiimflamatori, antikanker and others. This study aimed to isolate and identify the phenolic compounds contained in plant A. dadah obtained from the village of Purwoasri, North Metro District, Metro City, Lampung Province. Research stages include collection and sample preparation and extraction, isolation, and purification of compounds using KCV method, flash chromatography, KKG, and TLC, while the identification of compounds is performed using ultraviolet-visible (UV-VIS) and infrared (IR) spectroscopy. In the present study, three compounds were isolated, one of which was estimated to be flavonoid compounds based on UV-VIS and IR spectra data which also had high activity against murine leukemia P-388 cells with IC 50 3.1 μg / ml. Based on the IR spectral data for the other two compounds there is a -OH uptake in the region of 3200-3500 cm -1, C = C aromatic uptake in the area of 1600-1400 cm -1, so it is estimated that both compounds are phenolic group compounds. Abstrak: Tumbuhan Artocarpus dadah Miq.merupakan salah satu spesies Artocarpus dari famili Moraceae yang termasuk tumbuhan langka di alam. Tumbuhan ini dikenal sebagai sumber utama senyawa turunan fenolik yaitu senyawa flavon di atau tri-oksigenasi dan terisoprenilasi pada posisi C- 3, dan juga dikenal sebagai sumber utama senyawa fenolik turunan flavonoid, aril-benzofuran, stilbenoid dan santon turunan flavonoida, yang memiliki aktivitas biologi sebagai promotor antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, antikanker dan lain-lain.penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa fenolik yang terkandung dalam tumbuhan A. dadah yang diperoleh dari desa Purwoasri, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro, Provinsi Lampung.Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan dan persiapan sampel kemudian ekstraksi, isolasi, dan pemurnian senyawa menggunakan metode KCV, kromatografi flash, KKG, dan KLT, sedangkan identifikasi senyawa dilakukan menggunakan spektroskopi ultraungu-tampak (UV-VIS) dan inframerah (IR). Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tiga senyawa, yang salah satunya diperkirakan senyawa flavonoid berdasarkan data spektrum UV-VIS dan IR yang juga memiliki aktivitas tinggi terhadap sel murine leukemia P-388 dengan IC 50 3,1 μg/ml. Berdasarkan data spektrum IR untuk dua senyawa yang lain terdapat serapan OH pada daerah 3200-3500 cm -1, serapan C=C aromatik di daerah 1600-1400 cm -1, sehingga diperkirakan kedua senyawa tersebut merupakan senyawa golongan fenolik. Kata Kunci: artocarpus dadah, fenolik, isolasi PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumber daya alam terutama tumbuhan (Simanullang, Afifuddin, & Lubis, n.d.). Indonesia dikenal sebagai megabiodiversity terbesar ke dua di dunia setelah Brasilia (Akhsa, Pitopang, & Syariful, 2015; Ersam, 2004). Tumbuhan merupakan sumber bahan kimia hayati (chemical

206 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 resources), sehingga biodiversitas dapat dipandang sebagai suatu industri atau pabrik bahan kimiawi yang berproduksi sepanjang tahun menghasilkan bahan kimia berguna (Chemical Prospectives) (Matsjeh, 2009) melalui proses rekayasa bioteknologi alami. Tumbuhan Artocarpus dadah Miq. merupakan salah satu spesies dari Artocarpus yang termasuk tumbuhan langka dialam. A. dadah ini merupakan tumbuhan yang endemik hanya di Indonesia dan masih sedikit sekali orang yang meneliti (Suhartati & Yandri, 2007). A. Dadah dikenal sebagai sumber utama senyawa turunan fenolik yaitu senyawa flavon di atau tri-oksigenasi dan terisoprenilasi pada posisi C-3 Ersam dikutip (Suhartati & Yandri, 2007) Tumbuhan A. dadah ini juga dikenal sebagai sumber utama senyawa fenolik turunan flavonoid, aril-benzofuran, stilbenoid dan santon turunan flavonoida, yang memiliki aktivitas biologi sebagai promotor antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, antikanker dan lainlain (Ersam, 2004). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian terhadap tumbuhan Artocarpusini, khususnya A. dadah. Senyawa fenolik terdiri dari beragam senyawa dengan ciri yang sama, yaitu cincin aromatik yang mempunyai satu atau lebih substituen hidroksil. Senyawa fenolik banyak diteliti karena diketahui mempunyai aktivitas biologis dan efek farmakologi yang menarik, seperti antibakteri (Bokel, Diyasena, Leslie, Gunatilaha, & Sotheeswaran, 1988; Huang, Mao, & Gui-Fang, 2001; Sultanbawa, Surendrakumar, & Bladon, 1987). Dari fraksinasi ekstrak etilasetat A. dadah telah berhasil diisolasi tiga turunan stilbenoid terprenilasi baru yaitu 3-(γ,γdimetilalil) resveratrol, 5-(γ,γdimetilalil) oksiresveratrol, 3-(2,3- dihidroksi-3-metilbutil) resveratrol, dan satu turunan benzofuran baru, 3- (γ,γ-dimetilpropenil) moracin M. Senyawa-senyawa fenolik yang ditemukan pada tumbuhan tropika Indonesia mempunyai tingkat oksidasi yang lebih maju dibandingkan tumbuhan dari tempat lain, keadaan geologis yang berbeda akan mempengaruhi kandungan senyawa dalam suatu tumbuhan (Ersam, 2004). Peneliti akan mengisolasi senyawa pada Artocarpusini khususnya A. dadah dengan menggunakan spektrum UV-VIS dan IR khususnya di desa Purwoasri, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro, Provinsi Lampung. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan kimia yang dipakai meliputi diklorometana, etil asetat, metanol, n-heksana, aseton, akuades, serium sulfat 1,5% dalam H2SO4 2N, NaCl 1%, silika gel Merck G 60 untuk KCV, silika gel Merck 60 (35-70 Mesh) untuk KKG, untuk KLT digunakan plat KLT silika gel Merck kiesegal 60 F254 0,25 mm. Pereaksi geser untuk analisis spektrofotometer ultraungu-tampak adalah natrium hidroksida. Metode Pengumpulan dan persiapan sampel Sampel berupa kulit akar A. dadah diambil dari akar tumbuhan A. dadah dan dipisahkan antara kulit akar dan kayunya. Kulit akar lalu dibersihkan dan dipotong kecil-kecil. Sampel kulit akar yang telah dipotong kemudian dikering-anginkan. Kulit batang yang telah kering kemudian

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 207 dihaluskan hingga berbentuk serbuk halus. Ekstraksi dengan metanol Sebanyak 2,4 kg kulit akar A. dadah yang telah dihaluskan, dimaserasi selama 24 jam dengan sekali maserasi sebanyak 200 gram, maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Ekstrak metanol yang diperoleh disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan penguap putar vakum pada suhu 45-50 C dengan laju putaran 120-150 rpm. Ekstrak pekat metanol tersebut ditambahkan NaCl 1% sebanyak 20% dari volume ekstrak metanol dan kemudian dipartisi dengan diklorometana-etilasetat 20%. Hasil partisi tersebut kemudian dipekatkan kembali dengan menggunakan penguap putar vakum pada suhu 30-40 C dengan kecepatan 120-150 rpm. Kromatografi cair vakum (KCV) Ekstrak kasar hasil partisi dengan etilasetat dilarutkan dalam aseton kemudian difraksinasi dengan KCV. Terlebih dahulu fasa diam silika gel Merck G 60 sebanyak 10 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan silika gel terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap sampai kering dengan alat vakum dan siap digunakan. Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada silika gel, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahanlahan ke dalam kemasan dengan cara memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan metanol-diklorometana 10% sampai dengan metanol 100%. Kolom dihisap sampai kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksifraksi yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya. Fraksinasi sampel dengan teknik KCV dilakukan berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal. Kromatografi lapis tipis (KLT) Sebelum difraksinasi, terlebih dahulu dilakukan uji KLT untuk melihat pola pemisahan komponenkomponen senyawa yang terdapat dalam ekstrak kasar. Uji KLT juga dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksi-fraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, aseton, diklorometana, dan metanol. Hasil kromatogram diamati di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm agar dapat dilihat pola pemisahan komponen-komponen senyawanya. Hasil kromatogram tersebut kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan dengan Rf (Retention factor) yang sama pada kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut. Kromatografi flash Kromatografi flash digunakan untuk memisahkan ekstrak sampel dengan kuantitas yang tidak terlalu besar. Teknik yang dilakukan sama seperti pada KCV. Ekstrak hasil KCV yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada silika gel,

208 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi fasa diam. Setelah itu kolom dielusi dengan eluen yang cocok dari hasil KLT sebelum fraksinasi, dimulai dari yang kepolarannya rendah kemudian ditingkatkan kepolarannya. Kolom diberi tekanan dari atas kolom, sehingga eluen akan terdorong cepat turun ke bawah. Kolom jangan sampai kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya. Fraksinasi sampel dengan teknik kromatografi flash dilakukan berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti tahapan awal. Kromatografi kolom gravitasi (KKG) Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom gravitasi (KKG). Fasa diam silika gel Merck (35-70 Mesh) dilarutkan dalam pelarut yang akan digunakan dalam proses pengelusian. Campuran tersebut diaduk hingga diperoleh suatu slurry, campuran tersebut dimasukkan ke dalam kolom dan diusahakan agar kolom tidak kehabisan pelarut. Kemudian atur fasa diam hingga rapat (tidak berongga) dan rata. Selanjutnya masukkan sampel yang telah dijerapkan pada silika gel ke dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena akan mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu. Uji kemurnian Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh.uji kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen. Kemurnian suatu senyawa ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai campuran eluen yang digunakan, dengan pengamatan noda dilakukan di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Untuk uji titik leleh, sebelum dilakukan pengukuran, alat pengukur titik leleh tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari pengotor yang ada.selanjutnya, untuk kristal yang berukuran besar, kristal terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk. Kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut. Pengukuran titik leleh dilakukan sebanyak tiga kali. Apabila menunjukan titik leleh yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diperoleh sudah murni. Spektrofotometer ultraungu tampak (UV-VIS) Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,0001 gram dilarutkan dalam 10 ml metanol. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali pengukuran. Pertama, sampel diukur serapan maksimumnya dalam metanol. Selanjutnya larutan persediaan dibagi menjadi beberapa bagian. Kemudian masing-masing larutan persediaan ditambah dengan

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 209 pereaksi-pereaksi geser sepertinatrium hidroksida (NaOH), kemudian larutan diukur serapan maksimumnya. Spektrofotometer inframerah (IR) Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis menggunakan spektrofotometer inframerah. Kristal yang telah murni dibebaskan dari air kemudian digerus bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan kristal murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas. Kemudian pelet tersebut diukur puncak serapannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini membagi 2400 gram sampel ke dalam 200 gram untuk satu tahap maserasi, sehingga ada 12 tahap maserasi. Satu tahap maserasi perlakukannya selama 24 jam dengan tiga kali pengulangan. Maserasi menggunakan pelarut metanol, pemilihan pelarut ini dikarenakan senyawa fenolik merupakan senyawa polar, sehingga untuk mengekstrak senyawa polar diperlukan pelarut yang juga polar.kemudian menyaring dan menguapkan hasil ekstraksi menggunakan penguap putar vakum pada suhu 45-50 C dengan laju putaran 120-150 rpm. Pada penguapan dengan alat penguap putar vakum ini diperoleh ekstrak pekat sampel hasil maserasi metanol. Kemudian menambahkan NaCl 1% sebanyak 20% dari volume ekstrak metanol ke dalam ekstrak metanol dan kemudian mempartisinya dengan diklorometana/etilasetat 20%.Penambahan NaCl 1% bertujuan untuk mengendapkan tanin yang ada, sehingga tidak ikut terekstrak oleh diklorometana/etil asetat 20%.Pada awalnya partisi menggunakan etil asetat, tetapi karena ekstrak metanol dengan etil asetat menyatu dan tidak terpisah sehingga ditambahkan diklorometana supaya terpisah membentuk dua cairan yang tidak saling bercampur. Penggunaan etil asetat untuk partisi ekstrak metanol karena kandungan air dalam ekstrak metanol tersebut masih cukup banyak, sehingga untuk memisahkannya dengan cara partisi ini. Etil asetat akan mengekstrak senyawa organiknya dan terpisah dari air. Kepolarannya tidak terlalu besar sehingga dapat meminimalkan tertariknya senyawasenyawa yang sangat polar.setelah itu,menguapkan kembali dengan menggunakan penguap putar vakum pada suhu 30-40 C dengan kecepatan 120-150 rpm. Dari proses penguapan dengan alat penguap putar vakum ini menghasilkan ekstrak etil asetat sebanyak 151,28 gram. Ekstrak ini kemudian dilihat pola pemisahan komponen-komponen senyawanya menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Eluen yang digunakan untuk KLT adalah metanol/diklorometana 10% dengan fasa diam Silika Gel Merck 60 GF254 0,25mm. Sebanyak 151,28 gram ekstrak etil asetat ini kemudian dilakukan fraksinasi menggunakan teknik kromatografi cair vakum (KCV) dengan caramembagi menjadi 4 tahap KCV, pembagian menjadi 4 tahap KCV dimaksudkan karena keterbatasan alat KCV yang tidak bisa menampung sampel secara keseluruhan. KCV tahap pertama menggunakan 31,5 gram ekstrak kering, KCV tahap kedua 14,7 gram, KCV tahap ketiga 48 gram, dan KCV tahap keempat menggunakan sisanya yaitu 57,08 gram. Pada setiap tahapan di atas, ekstrak kering dilarutkan

210 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 dalam aseton kemudian diimpregnasi pada Silika Gel Merck 60 (35-70 Mesh). Setelah itu fraksinasi dengan cara KCV, dimana proses awal setelah mendapatkan hasil impregnasi ekstrak terhadap Silika Gel adalah mempersiapkan kolom kromatografinya, diawali dengan alat kromatografi yang dirangkai sedemikian rupa. Pembuatan kolom silika, dengan cara memadatkan silika agar tidak pecah saat kromatografi. Setelah itu baru memasukkan hasil impregnasinya, dan kemudian mengelusi dengan eluen yang digunakan. Eluen yang digunakan untuk masing-masing tahap adalah campuran metanol/diklorometana, dari 0% metanol sampai 100% metanol (0%- 100%) yang ditingkatkan kepolarannya secara bertahap. Proses KCV awal ini untuk tahap 1 sebanyak 31,5 gram ekstrak menghasilkan 8 fraksi yang selanjutnya disederhanakan menjadi 4 fraksi utama berdasarkan pola KLT yaitua1 (1-2), B1 (3-4), C1 (5-6), dan D1 (7-8). Tahap 2 sebanyak 14,7 gram ekstrak menghasilkan 6 fraksi yang selanjutnya disederhanakan menjadi 3 fraksi utama yaitu A2 (1), B2 (2-4), dan C2 (5-6). Tahap 3 sebanyak 48 gram ekstrak menghasilkan 12 fraksi yang selanjutnya disederhanakan menjadi 4 fraksi utama yaitu A3 (1-3), B3 (4-8), C3 (9-10), dan D3 (11-12). Untuk tahap 4 sebanyak 57,08 gram ekstrak menghasilkan 12 fraksi yang selanjutnya disederhanakan menjadi 4 fraksi utama yaitu fraksi A4 (1-3), B4 (4-6), C4 (7-10), dan D4 (11-12). Setelah fraksinasi, selanjutnya adalah mengidentifikasi hasil fraksinasi dengan KL. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian dilakukan pemisahan lebih lanjut hingga diperoleh tiga senyawa yang murni yaitu C1B2, C523 dan 8BB. Analisis Spektrometri 1. Analisis Spektrometri Ultraungu-Tampak Senyawa flavonoid mempunyai sistem karbonil yang berkonjugasi dengan cincin aromatik, sehingga senyawa ini menyerap sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah ultraungu (Tati Suhartati dan Yandri A.S). Senyawa flavon mempunyai serapan di daerah UV pada dua panjang gelombang, yaitu sekitar 310-350 nm pada pita I dan sekitar 250-280 nm pada pita II (Markham, 1988). Gambar 1 memperlihatkan data serapan senyawa hasil isolasi C1B2 yang diperoleh dari kulit akar tumbuhan A. dadah terhadap sinar UV yang memberikan serapan maksimum pada maks 204 nm (a = 33,76 cm -1 g - 1 L), 279 nm (a = 33,48 cm -1 g -1 L), dan 328 nm(a = 11,80 cm -1 g -1 L) dalam metanol dengan konsentrasi 0,0001 g/0,01 L (0,1 mg/10 ml). Data spektrum UV menunjukkan karakteristik serapan untuk senyawa flavon. Serapan maksimum di daerah ultraviolet pada maks 328 nm merupakan spektrum khas flavon pada pita I yang karakteristik untuk resonansi gugus sinamoil dari cincin B. Serapan maksimum pada maks 279 nm merupakan spektrum khas flavon pada pita II yang karakteristik untuk resonansi gugus benzoil dari cincin A.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 211 Gambar 1. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 dalam metanol (Ilham, n.d.) Untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol pada senyawa flavonoid dilakukan dengan penambahan pereaksi geser pada pengukurannya, yaitu dengan cara mengamati pergeseran puncak yang terjadi. Pereaksi geser NaOH digunakan untuk mendeteksi gugus hidroksil yang lebih asam dan tidak tersubstitusi. Adanya pergeseran batokromik pada pita I menunjukkan adanya gugus hidroksil pada posisi C3, C4, dan C7 (Markham, 1988). Data spektrum UV pada penambahan pereaksi geser natrium hidroksida (NaOH) terjadi pergeseran puncak serapan pada pita I sebesar 40 nm yaitu dari 328 nm bergeser menjadi 368 nm (Gambar 2). Adanya pergeseran batokromik pada pita I memberikan petunjuk adanya gugus hidroksil pada posisi C3, C4, dan C7.Senyawa hasil isolasi C523 dan 8BB belum dilakukan analisis spektroskopi UV-VIS.

212 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 b a Gambar 2. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 (a) dalam MeOH, (b) dalam MeOH +NaOH (Edhi, n.d.) 2. Analisis spektrometri inframerah Dari data spektrum inframerah (IR) senyawa hasil isolasi C1B2 dapat diketahui adanya pita melebar pada daerah bilangan gelombang 3200-3600 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur dari gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan hidrogen. Puncak serapan pada daerah 2975 cm -1 dan 2924 cm -1 merupakan petunjuk adanya gugus C-H alifatik. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1655 cm -1 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) yang berkonjugasi dengan C=C. Puncak-puncak serapan pada daerah 1619 dan 1466 cm - 1 menunjukkan adanya C=C aromatik, hal ini diperkuat dengan adanya serapan C-H aromatik pada bilangan gelombang 900-600 cm -1. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1352, 1298, dan 1243 cm -1 menunjukkan uluran ikatan C-O alkohol. Spektrum IR senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada Gambar 3. Dari data spektrum UV dan IR senyawa hasil isolasi C1B2 dari kulit akar tumbuhana. dadah menunjukkan adanya kerangka fenolik dan diperkirakan termasuk golongan flavonoid. Gambar 3. Spektrum IR senyawa hasil isolasi C1B2 (Laili, n.d.)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 213 Dari data spektrum inframerah (IR) senyawa hasil isolasi C523 dapat diketahui adanya pita melebar pada daerah bilangan gelombang 3300-3500 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur dari gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan hidrogen. Puncak serapan pada daerah 2931 cm - 1 merupakan petunjuk adanya gugus C- H alifatik. Puncak-puncak serapan pada daerah 1612, 1517, dan 1471 cm - 1 menunjukkan adanya C=C aromatik, hal ini diperkuat dengan adanya serapan C-H aromatik pada bilangan gelombang 900-600 cm -1. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1389 dan 1248 cm -1 menunjukkan uluran ikatan C-O alkohol. Dari data spektrum IR menunjukkan bahwa senyawa hasil isolai C523 memiliki kerangka fenolik. Spektrum IR senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada Gambar4. Gambar 4. Spektrum IR senyawa hasil isolasi C523 (Fitriyana, n.d.) Dari data spektrum inframerah (IR) senyawa hasil isolasi 8BB dapat diketahui adanya pita melebar pada daerah bilangan gelombang 3200-3500 cm -1 yang merupakan vibrasi ulur dari gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan hidrogen. Puncak serapan pada daerah 2936 cm -1 dan 2767 cm -1 merupakan petunjuk adanya gugus C-H alifatik. Puncak-puncak serapan pada daerah 1626, 1522, dan 1467 cm -1 menunjukkan adanya C=C aromatik, hal ini diperkuat dengan adanya serapan C-H aromatik pada bilangan gelombang 900-600 cm -1. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1376, 1288, dan 1243 cm -1 menunjukkan uluran ikatan C-O alkohol. Dari data spektrum IR menunjukkan bahwa senyawa hasil isolai 8BB memiliki kerangka fenolik. Spektrum IR senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada Gambar 5.

214 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 Gambar 5. Spektrum IR senyawa hasil isolasi 8BB (Kirana, n.d.) Dari ketiga senyawa yang berhasil diisolasi dari kulit akar tumbuhan A. dadah, senyawa hasil isolasi C1B2 telah dilakukan pemeriksaan aktivitas terhadap sel murine leukemia P-388, dan hasilnya menunjukkan aktivitas yang tinggi dengan IC503,1 μg/ml. Sedangkan untuk kedua senyawa yang lain belum dilakukan pemeriksaan aktivitas terhadap sel murine leukemia P-388. SIMPULAN Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tiga senyawa, yang salah satunya diperkirakan senyawa flavonoid berdasarkan data spektrum UV-VIS dan IR yang juga memiliki aktivitas tinggi terhadap sel murine leukemia P-388 dengan IC50 3,1 μg/ml. Berdasarkan data spektrum IR untuk dua senyawa yang lain terdapat serapan OH pada daerah 3200-3500 cm -1, serapan C=C aromatik di daerah 1600-1400 cm -1, sehingga diperkirakan kedua senyawa tersebut merupakan senyawa golongan fenolik. DAFTAR PUSTAKA Akhsa, M., Pitopang, R., & Syariful, A. (2015). Studi Etnobiologi Bahan Obat-Obatan Pada Masyarakat Kabupaten Tojo Una Una Sulawesi Tengah. Biocelebes, 9(1), 58 72. Bokel, M., Diyasena, M. N.., Leslie, A.., Gunatilaha, & Sotheeswaran, S. (1988). Canaliculatol, An Antifungal Resveratrol Trimer From Stemonoporous Canaliculatus. Phytochemistry, 27(2), 377 380. Edhi, A. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2. Retrieved from https://www.google.co.id/search?q=gambar+spektrum+uv+seny awa+hasil+isolasi+c1b2+meo H%2BNaOH&tbm Ersam, T. (2004). Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia Dalam Merekayasa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 04 (2) (2015) 205-215 215 Model Molekul Alami. Prosiding Seminar Nasional Kimia VI, 1 12. Fitriyana. Spektrum IR senyawa hasil isolasi C523. Retrieved from https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=659&tbm=isch &sa=1&q=gambar+spektrum+i R+senyawa+hasil+isolasi+C1B2 +&oq=gambar+spektrum+ir+se nyawa+hasil+isolasi+c1b2 Huang, K., Mao, L., & Gui-Fang, C. (2001). Anti-Inflammatory Tetramers Of Resveratrol From The Roots Of Visit Amurensis And The Seven Membered Ring In Some Oligostilbenes. Phytochemistry, 58, 357 362. Ilham. Spektrum UV senyawa hasil isolasi C1B2 dalam metanol. Retrieved from https://www.google.co.id/search?q=gambar+spektrum+uv+seny awa+hasil+isolasi+c1b2+meo H Kirana, S. Spektrum IR senyawa hasil isolasi 8BB. Retrieved from https://www.google.co.id/search?biw=608&bih=636&tbm=isch &sa=1&q=gambar+spektrum+i R+senyawa+hasil+isolasi+8BB Laili, M. Spektrum IR senyawa hasil isolasi C1B2. Retrieved from https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=659&tbm=isch &sa=1&q=gambar+spektrum+i R+senyawa+hasil+isolasi+C1B2 Markham, K.. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: ITB. Matsjeh, S. (2009). Pemanfaatan Bahan Alam Nabati Yang Berpotensi Sebagai Bahan Baku Senyawa Obat. Seminar Nasional Pengembangan Farmasi Masaengembangan Farmasi Masa. Simanullang, Y., Afifuddin, Y., & Lubis, A. H. (n.d.). Eksplorasi Tumbuhan Beracun Pada Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Sumatera Utara, 1 12. Suhartati, T., & Yandri, A.. (2007). Sikloartobilosanton Dari Kulit Batang Dan Flavonoid Dalam Beberapa Bagian Tumbuhan Artocarpus dadah Yang Tumbuh Di Lampung. J. Sains MIPA, 13(2), 82 86. Sultanbawa, M. U.., Surendrakumar, S., & Bladon, P. (1987). Distichol, An Antibacterial Polyphenol From Shorea Disticha. Phytochemistry, 26(3), 799 801.