43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus mempunyai luas wilayah sebesar 42.516 Ha dengan ketinggian ± 55 meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah Kabupaten Kudus secara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan dan 123 desa serta 9 kelurahan. Adapun batas-batas wiilayah Kabupaten Kudus yaitu : Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati Sebelah Timur : Kabupaten Pati Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati Sebelah Barat : Kabupaten Demak dan Kabupaten Jepara (Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2012). Kecamatan Dawe merupakan daerah penelitian yang terletak di wilayah Kabupaten Kudus. Kecamatan Dawe merupakan kecamatan yang terluas di wilayah Kabupaten Kudus yaitu 8.584 Ha atau sekitar 20,19% dari luas wilayah Kabupaten Kudus. Rata-rata ketinggian di wilayah Kecamatan Dawe mencapai 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Kecamatan Dawe terdiri dari 18 desa, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Jepara Sebelah Timur : Kabupaten Pati Sebelah Selatan : Kecamatan Bae Sebelah Barat : Kecamatan Gebog Adapun tiga desa yang dipilih sebagai daerah penelitian yang ada di Kecamatan Dawe yaitu Desa Margorejo, Desa Kandang Mas dan Desa Lau. Desa Margorejo memiliki luas wilayah 609 ha dengan luas wilayah untuk tanaman tebu sebesar commit 151,47 to user ha. Desa Margorejo terbagi atas 10 43
44 RW, 55 RT dan 4 Dusun. Selain Desa Margorejo, daerah penelitian juga dilakukan di Desa Kandang Mas. Desa Kandang Mas memiliki luas areal 1.292 ha dengan luas areal untuk tanaman tebu sebesar 235,62 ha. Desa Kandang Mas terbagi atas 16 RW, 77 RT dan 4 Dusun. Desa Lau juga dijadikan sebagai daerah penelitian yang memiliki luas areal 740 ha. Luas areal untuk tanaman tebu di Desa Lau sebesar 240,03 ha. Desa Lau terbagi atas 7 RW, 53 RT dan 12 Dusun (Kecamatan Dawe dalam Angka, BPS 2012). 2. Topografi Daerah Kabupaten Kudus mempunyai topografi daerah berupa dataran rendah dengan ketinggian wilayah rata rata sekitar 55 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dengan rata-rata curah hujan relatif rendah di bawah 2.000 mm/tahun. Kecamatan Dawe termasuk wilayah yang paling tinggi di Kabupaten Kudus yaitu dengan ketinggian rata-rata 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). B. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Keadaan penduduk menurut umur merupakan penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif pada suatu wilayah tertentu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus, golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0 14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur antara 15 64 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus 2012, jumlah penduduk Kabupaten Kudus tercatat sebanyak 769.904 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 382.021 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 387.883 jiwa. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Kudus pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut.
45 Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Kudus Tahun 2011 Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 0 14 100.269 93.900 194.169 25,22 15 64 265.637 271.120 536.757 69,72 65 16.115 22.863 38.978 5,06 Jumlah 382.021 387.883 769.904 10 Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kudus jumlah golongan umur terbanyak adalah umur 15 64 tahun atau golongan usia produktif dengan jumlah sebesar 536.757 jiwa atau 69,72 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Kudus. Golongan usia non produktif untuk umur 0 14 tahun berjumlah 194.169 jiwa atau 25,22 persen dan untuk umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun berjumlah 38.978 jiwa atau 5,06 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kabupaten Kudus. Besar perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif yang dinyatakan dalam persen. Besar ABT Kabupaten Kudus tahun 2011 adalah sebagai berikut : ABT= pendidikan (0-14 tahun) + pendidikan (65 tahun keatas) x100% pendidikan (15-64 tahun) 194.169 + 38.978 = 536.757 = 43,43 % x 100% Angka Beban Tanggungan (ABT) Kabupaten Kudus tahun 2011 sebesar 43,43%. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kudus menanggung 43 orang penduduk usia non produktif. Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Dawe dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
46 Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Dawe Tahun 2011 Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan 0 14 12.065 11.434 23.499 24,90 15 64 32.645 32.564 65.209 69,10 65 2.539 3.117 5.656 6,00 Jumlah 47.249 47.115 94.364 10 Sumber : Kecamatan Dawe dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Dawe termasuk dalam golongan usia produktif atau berumur 15 64 tahun dengan jumlah 65.209 jiwa atau sebesar 69,10 persen dari jumlah penduduk keseluruhan yang ada di Kecamatan Dawe. Penduduk golongan usia non produktif berjumlah 23.499 jiwa atau 24,90 persen untuk umur 0 14 tahun dan sebanyak 5.656 jiwa atau 6,00 persen dari jumlah penduduk keseluruhan di Kecamatan Dawe untuk umur di atas atau sama dengan 65 tahun. Besar perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif yang dinyatakan dalam persen. Besar ABT Kabupaten Kudus tahun 2011 adalah sebagai berikut : ABT= pendidikan (0-14 tahun) + pendidikan (65 tahun keatas) x 100% pendidikan (15-64 tahun) 23.499 + 5.656 = 65.209 = 30,89 % x 100% Besar Angka Beban Tanggungan (ABT) Kecamatan Dawe tahun 2011 adalah 30,89 %, artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 31 orang penduduk usia non produktif. Jumlah penduduk produktif yang besar di wilayah penelitian ini diharapkan mampu menjadi pendorong bagi penduduk produktif untuk mempunyai keinginan dalam meningkatkan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam pengelolaan commit to usahatani user khususnya usahatani tebu.
47 Adanya upaya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam usahatani tebu, diharapkan mampu meningkatkan produksi tebu yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani tebu. 2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk di suatu wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan akan mempengaruhi kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta pengambilan keputusan. Berikut ini merupakan tabel keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Kudus pada Tahun 2010. Tabel 8. Jumlah Penduduk Usia Sepuluh Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Kudus Tahun 2010 Pendidikan Yang Ditamatkan Jumlah (Jiwa) Tamat Akademi/ PT Tamat SLTA dan SMK Tamat SLTP Tamat SD Tidak/Belum Tamat SD 43.394 91.393 195.358 130.531 162.330 6,96 14,67 31,36 20,95 26,06 Jumlah 623.006 10 Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) paling tinggi di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 yaitu sebanyak 195.358 jiwa atau 31,36 persen. Sedangkan jumlah penduduk yang paling rendah memiliki pendidikan tamat Akademi atau Perguruan Tinggi sebesar 6,96 persen atau sebanyak 43.394 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk di Kabupaten Kudus memiliki kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah dikarenakan rata-rata pendidikan penduduk hanya tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kecamatan Dawe adalah sebagai berikut:
48 Tabel 9. Jumlah Penduduk Usia Sepuluh Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Dawe Tahun 2010 Pendidikan Yang Ditamatkan Jumlah (Jiwa) Tamat Akademi/ PT Tamat SLTA dan SMK Tamat SLTP Tamat SD Tidak/Belum Tamat SD 4.988 10.599 28.057 15.587 17.250 6,53 13,86 36,68 20,38 22,55 Jumlah 76.481 10 Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan penduduk di Kecamatan Dawe adalah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yaitu sebanyak 28.057 jiwa atau sebesar 36,68 persen, sedangkan penduduk yang tamat Akademi atau Perguruan Tinggi memiliki jumlah yang paling rendah, yaitu sebanyak 4.988 jiwa atau sebesar 6,53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia di Kecamatan Dawe masih tergolong rendah karena dilihat dari tingkat pendidikan yang terbesar di kecamatan ini hanya sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk di daerah tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kabupaten Kudus tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
49 Tabel 10. Jumlah Penduduk Usia Sepuluh Tahun Ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Kudus Tahun 2010 Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Pertanian,Perkebunan, Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Persewaan Jasa Kemasyarakatan, 60.054 226 140.665 452 42.546 66.454 21.988 2.899 41.228 15,95 0,06 37,36 0,12 11,30 17,65 5,84 0,77 10,95 Sosial dan Perorangan Jumlah 376.512 10 Sumber :Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa penduduk di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 mata pencaharian terbesar ada di bidang industri yaitu sebesar 140.665 jiwa atau 37,36 persen. Tenaga kerja tersebut banyak terserap di bidang industri kretek, sehingga Kabupaten Kudus mendapat julukan sebagai Kota Kretek. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Kudus merupakan daerah industri. Mata pencaharian di bidang perdagangan, hotel dan rumah makan sebesar 66.454 jiwa atau 17,65 persen. Sedangkan mata pencaharian di bidang petanian, pekebunan dan perikanan menempati urutan ketiga sebesar 60.054 jiwa atau 15,95 persen.
50 Tabel 11. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Margorejo, Desa Kandang Mas, Desa Lau dan Kecamatan Dawe Tahun 2011 Mata Pencaharian Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Transportasi Jasa Hotel dan Rumah Makan Keuangan Lain-Lain Kecamatan Dawe Desa Margorejo Desa Kandang Mas Jumlah (Jiwa) 13.797 27,79 11.599 23,37 9.005 18,14 6.931 13,96 1.870 3,77 4.929 9,93 386 0,78 135 987 0,27 1,99 Jumlah (Jiwa) 1.108 20,11 1.817 32,98 1.480 26,86 446 8,10 132 2,40 334 6,06 22 0,40 17 153 Jumlah (Jiwa) 2.703 46,10 1.194 20,37 492 8,39 558 9,53 158 2,69 597 10,18 18 0,31 Desa Lau Jumlah (Jiwa) 1.133 21,11 1.595 29,86 1.355 25,37 507 9,49 158 2,96 465 8,70 87 1,63 industri merupakan jumlah commit yang paling to user besar. Hal ini sesuai dengan daerah 0,31 2,78 19 124 0,32 2,11 Jumlah 49.639 10 5.509 10 5.863 10 5.342 10 Sumber : Kecamatan Dawe dalam Angka, BPS 2012 Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Dawe pada tahun 2011 yang bekerja di bidang pertanian paling tinggi yaitu 13.797 jiwa atau sebesar 27,79 persen. Sedangkan untuk jumlah penduduk yang bekerja pada bidang industri di Kecamatan Dawe sebesar 11.599 jiwa atau sebesar 23,37 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian yaitu Kecamatan Dawe banyak yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini berarti bahwa di daerah ini terdapat lahan pertanian yang cukup luas terutama lahan perkebunan tebu. Penduduk yang bekerja di bidang keuangan memiliki jumlah yang paling rendah yaitu 135 jiwa atau 0,27 persen. Hal ini dikarenakan Kecamatan Dawe hanya memiliki sedikit lapangan pekerjaan yang bergerak di bidang keuangan. Jenis mata pencaharian lain-lain yang disebutkan pada tabel, meliputi pegawai swasta, PNS, Polisi/TNI/ABRI dan pensiunan. Data pada Tabel 11 juga menunjukkan keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Margorejo pada tahun 2011. Jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian sebesar 1.108 jiwa atau 20,11 persen. Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di bidang industri yang mencapai 1.817 jiwa atau 32,98 persen. Jumlah penduduk di Desa Margorejo yang bekerja di bidang 13 29 0,25 0,54
51 Desa Margorejo yang dekat dengan industri. Namun, penduduk di daerah yang digunakan penelitian ini juga banyak yang mengusahakan usahatani tebu. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian yang ada di Desa Kandang Mas pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11. Jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian yaitu sebesar 2.703 jiwa atau 46,10 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Kandang Mas bekerja di bidang pertanian terutama perkebunan tebu. Sedangkan untuk penduduk yang bekerja di bidang industri sebesar 1.194 atau 20,37 persen. Hal ini dikarenakan letak geografis Desa Kandang Mas yang jauh dari industri sehingga penduduk yang bekerja di bidang industri tidak terlalu tinggi. Penduduk di Desa Kandang Mas lebih memilih bercocok tanam karena didukung oleh lahan pertanian yang masih banyak dan cukup luas. Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Lau pada tahun 2011. Jumlah penduduk yang bekerja di bidang industri sebesar 1.595 jiwa atau 29,86 persen. Mata pencaharian penduduk di Desa Lau paling tinggi bekerja di bidang industri. Hal ini dikarenakan keadaan geografis Desa Lau yang paling dekat dengan perkotaan dan industri dibandingkan dengan Desa Kandang Mas. Mata pencaharian penduduk di Desa Lau untuk bidang konstruksi juga menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 1.355 jiwa atau 25,37 persen. Hal ini dikarenakan penduduk di Desa Lau sebagian besar tidak memiliki lahan pertanian sehingga banyak yang bekerja di bidang industri dan konstruksi. Sedangkan penduduk yang bekerja di bidang pertanian sebesar 1.133 jiwa atau 21,11 persen.
52 C. Keadaan Pertanian dan Perkebunan 1. Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kabupaten Kudus dibedakan menjadi dua, yaitu tanah sawah dan tanah bukan sawah. Penggunaan lahan di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 12. Tata Guna Lahan Pertanian di Kabupaten Kudus pada Tahun 2011 No Tata Guna Lahan Luas (Ha) 1. 2. Tanah Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Desa e. Tadah Hujan Tanah Bukan Sawah a. Tegal/Kebun b. Ladang c. Perkebunan d. Hutan Rakyat e. Tambak Kolam f. Lain-lain 6.582 5.119 2.501 801 5.626 5.912 268 114 126 4 1.213 23,29 18,11 8,85 2,83 19,90 20,92 0,95 0,40 0,45 0,01 4,29 Jumlah 28.266 10 Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa tata guna lahan pertanian di Kabupaten Kudus pada Tahun 2011 dibedakan menjadi dua yaitu tanah sawah dan tanah bukan sawah atau biasa disebut tanah kering. Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Kudus yang terluas adalah tanah sawah dengan irigasi teknis sebesar 6.582 ha dengan persentase 23,29 persen. Sedangkan penggunaan lahan pertanian untuk tegal atau kebun memiliki luas sebesar 5.912 ha atau 20,92 persen. Tanaman tebu di Kabupaten Kudus rata-rata ditanam di lahan tegal atau kebun dan sawah sehingga penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Kudus banyak yang digunakan untuk sawah dan tegal / kebun.
53 Tabel 13. Tata Guna Lahan Pertanian di Kecamatan Dawe, Desa Margorejo, Desa Kandang Mas, Desa Lau pada Tahun 2011 No 1. 2. Tata Guna Lahan Tanah Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Sederhana d. Tadah hujan Tanah Bukan Sawah a. Pekarangan b. Tegal/Kebun c. Padang Gembala d. Tambak/ Kolam e. Lain-lain Luas (Ha) Kecamatan Dawe 81,00 477,00 437,00 1.637,00 0,95 7 5,58 5,11 19,15 Desa Margorejo Luas (Ha) 81,00 91,97 113,69 dari beberapa perbukitan yang ada. 13,30 15,10 18,69 Desa Kandang Mas Luas (Ha) 248,80 19,26 Luas (Ha) 78,74 172,44 Desa Lau 0.00 0.00 10,64 23,31 1.809,03 2.825,55 0,99 1,98 1.278,45 21,16 33,06 0,01 0,02 14,96 147,54 148,92 0,99 1,98 22,90 24,23 24,45 0,16 0,32 3,75 205,70 752,42 85,08 15,92 58,24 6,58 233,55 130,34 124,93 31,56 17,61 16,88 Jumlah 8.548,00 10 608,99 10 1.291,98 10 74 10 Sumber : Kecamatan Dawe dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat dilihat penggunaan tata guna lahan pertanian yang ada di Kecamatan Dawe, Desa Margorejo, Desa Kandang Mas dan Desa Lau. Penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Dawe banyak yang digunakan untuk tegal atau kebun yaitu sebesar 2.825,55 ha atau 33,06 persen. Penggunaan lahan pertanian untuk tegal atau kebun yang ada di Kecamatan Dawe sebagian besar digunakan untuk budidaya tanaman tebu. Penggunaan lahan pertanian untuk pekarangan yang ada di Kecamatan Dawe memiliki luas 1.809,03 ha atau 21,16 persen. Sedangkan untuk tanah sawah, di Kecamatan Dawe banyak dijumpai tanah sawah tadah hujan yaitu sebesar 1.637,00 ha atau 19,15 persen. Lahan pertanian pada tanah bukan sawah selain digunakan untuk pekarangan, tegal/kebun, padang gembala dan tambak/kolam digolongkan ke dalam penggunaan lain-lain yang memiliki luas sebesar 1.278,45 ha atau 14,96 persen. Penggunaan lahan pertanian lain-lain tersebut meliputi lahan pertanian yang digunakan fasilitas umum seperti lapangan. Selain itu juga lahan pertanian yang digunakan untuk penggembalaan ternak dan tanah galian. Kecamatan Dawe termasuk daerah dataran tinggi di Kabupaten Kudus yang memiliki banyak galian tanah yang dapat diambil
54 Penggunaan lahan pertanian yang ada di Desa Margorejo banyak digunakan untuk lahan tegal atau kebun dan pekarangan. Penggunaan lahan pertanian untuk lahan tegal atau kebun sebesar 148,92 ha atau 24,45 persen dan lahan pekarangan sebesar 147,54 ha atau 24,23 persen. Sedangkan untuk tanah sawah yang ada di Desa Margorejo berupa sawah tadah hujan dengan luas 113,69 ha atau 18,69 persen. Penggunaan lahan pertanian untuk tanah sawah irigasi teknis hanya sebesar 81,00 ha atau 13,30 persen dan tanah sawah irigasi setengah teknis sebesar 91,97 ha atau 15,10 persen. Penggunaan lahan pertanian di Desa Kandang Mas sebagian besar digunakan untuk lahan tegal atau kebun yaitu mencapai 752,42 ha atau 58,24 persen dari keseluruhan luas lahan pertanian yang ada di Desa Kandang Mas. Lahan sawah di Desa Kandang Mas hanya ada sawah irigasi sederhana yaitu sebesar 248,80 ha atau 19,26 persen. Hal ini dikarenakan di Desa Kandang Mas banyak dijumpai aliran-aliran sungai kecil sehingga sawah yang ada di desa ini menggunakan irigasi sederhana. Selain Desa Margorejo dan Desa Kandang Mas, pada Tabel 13 juga dapat dilihat penggunaan lahan pertanian yang ada di Desa Lau. Penggunaan lahan pertanian di Desa Lau banyak digunakan untuk pekarangan yaitu sebesar 233,55 ha atau 31,56 persen. Sedangkan untuk lahan tegal atau kebun sebesar 130,34 ha atau 17,61 persen. Penggunaan lahan pertanian untuk sawah di Desa Lau berupa sawah irigasi sederhana dan tadah hujan. Luas lahan sawah irigasi sederhana di Desa Lau sebesar 78,74 ha atau 10,64 persen dan sawah tadah hujan sebesar 172,44 ha atau 23,31 persen. 2. Lahan Perkebunan Tebu Kabupaten Kudus memiliki potensi yang cukup tinggi di bidang perkebunan terutama tanaman tebu. Hal ini dikarenakan kondisi lahan di Kabupaten Kudus memang cocok untuk budidaya tanaman tebu. Tabel di bawah ini menunjukkan luas perkebunan di Kabupaten Kudus.
55 Tabel 14. Luas Lahan Perkebunan di Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe, Desa Margorejo, Desa Kandang Mas dan Desa Lau Tahun 2011 No Komoditas Perkebunan Kabupaten Kudus Luas Lahan (ha) Kecamatan Dawe Desa Margorejo Desa Kandang Mas Desa Lau 1. Kelapa 977,14 131,94 11,59 19,32 11,59 2. Kapuk 1.325,61 540,62 9,61 32,44 32,44 3. Kopi 524,90 336,15 4. Cengkeh 202,20 78,90 5. Kapas 12,24 6. Tebu 6.601,60 1.683,00 151,47 235,62 240,03 Jumlah 9.643,69 2.770,61 172,67 287,38 284,06 Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2012 Tabel 14 menunjukkan luas lahan yang digunakan untuk komoditas perkebunan tebu di Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe, Desa Margorejo, Desa Kandang Mas dan Desa Lau. Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa di Kabupaten Kudus, luas lahan komoditas tebu sebesar 6.601,60 ha, luas lahan komoditas kapuk sebesar 1.325,61 ha, luas lahan komoditas kelapa sebesar 977,14 ha, luas lahan komoditas kopi sebesar 524,90 ha, luas lahan komoditas cengkeh 202,20 ha dan luas lahan komoditas kapas sebesar 12,24 ha. Di Kecamatan Dawe, luas lahan komoditas tebu sebesar 1.683,00 ha, luas lahan komoditas kapuk sebesar 540,62 ha, luas lahan komoditas kopi sebesar 336,15 ha, luas lahan komoditas kelapa sebesar 131,94 ha dan luas lahan komoditas cengkeh sebesar 78,90 ha. Di Desa Margorejo, luas lahan komoditas tebu sebesar 151,47 ha, luas lahan komoditas kelapa sebesar 11,59 ha dan luas lahan komoditas kapuk sebesar 9,61 ha. Di Desa Kandang Mas luas lahan komoditas tebu sebesar 235,62 ha, luas lahan komoditas kapuk sebesar 32,44 ha dan luas lahan komoditas kelapa sebesar 19,32 ha. Di Desa Lau, luas lahan komoditas tebu sebesar 240,03 ha, luas lahan komoditas kapuk sebesar 32,44 ha dan luas lahan komoditas kelapa 11,59 ha. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa di Kecamatan Dawe sangat berpotensi untuk mengusahakan usahatani tebu karena terlihat dari luas lahan tanaman perkebunan commit to tebu user yang cukup tinggi. Begitu juga
56 dengan beberapa desa yang ada di Kecamatan Dawe, termasuk Desa Margorejo, Desa Kandang Mas dan Desa Lau yang memiliki luas lahan tanaman tebu cukup tinggi dibandingkan komoditas perkebunan lainnya sehingga lebih berpotensi untuk mengusahakan usahatani tebu. D. Keadaan Perekonomian di Kabupaten Kudus Keadaan sarana dan prasarana perekonomian yang ada di suatu wilayah mampu mempengaruhi keadaan perekonomian wilayah tersebut. Sarana dan prasarana perekonomian yang memadai dapat mendukung kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat setempat sehingga kebutuhan konsumsi dari masyarakat akan terpenuhi dengan mudah dan lancar. Selain kegiatan pemenuhan konsumsi, adanya sarana dan prasarana yang memadai juga mampu menunjang kegiatan produksi yang ada di wilayah tersebut. Sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus selalu berupaya memperbaiki sarana dan prasarana perekonomian untuk kelancaran kegiatan perekonomian di Kabupaten Kudus. Tabel 15. Jumlah Pasar Menurut Jenisnya di Kabupaten Kudus Tahun 2010 Jenis Pasar Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional Umum Pasar Tradisional Hewan Pasar Buah Pasar Sepeda Pasar Ikan Lain-Lain Sumber : Kabupaten Kudus Dalam Angka, BPS 2011 Jumlah (buah) Berdasarkan data pada Tabel 15 menunjukkan bahwa jenis pasar di Kabupaten Kudus terdiri dari departement store, pasar swalayan, pasar tradisional umum dan pasar tradisional hewan. Jumlah pasar yang tertinggi adalah pasar tradisional umum yang berjumlah 23 buah. Pasar swalayan yang berjumlah 21 buah. Departement store berjumlah 3 buah yaitu Hypermart, Ada dan Ramayana. Masyarakat di Kabupaten Kudus banyak yang melakukan 3 21-23 2 - - - -
57 transaksi jual beli kebutuhan pokok di pasar tradisional umum karena hampir di setiap kecamatan terdapat pasar tradisional umum. Hal tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar tradisional umum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena letaknya yang dekat, sehingga mudah dijangkau masyarakat. Hal ini juga terjadi pada pemasaran hasil produksi gula pasir dan gula tumbu yang dipasarkan di beberapa pasar tradisional umum. Sehingga dengan banyaknya jumlah pasar tradisional umum yang ada di Kabupaten Kudus akan memperlancar proses pemasaran gula pasir dan gula tumbu. Jumlah pasar yang semakin banyak akan mempermudah masyarakat di Kabupaten Kudus dalam mencari dan membeli kebutuhan sehari-hari yang diperlukan. Keberadaan pasar di suatu daerah akan mampu menunjang perekonomian di daerah tersebut. Data mengenai keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan pertanian dan perkebunan serta keadaan perekonomian di Kabupaten Kudus yang telah diuraikan merupakan data yang mendukung dalam penelitian ini. Karena dengan mengetahui karakteristik daerah penelitian maka akan sangat membantu para produsen dalam melakukan pemasaran produk. Selain itu, dengan mengetahui karakteristik daerah penelitian maka kegiatan ekonomi yang ada di masyarakat akan berjalan dengan lancar.