BAB I PENDAHULUAN. asumsi dasar going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sarana penting untuk. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik tidak hanya dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka kesimpulan pada penelitian ini adalah : audit going concern sehingga H 1 ditolak. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern. yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya (Kartika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sepuluh Besar Produsen Batubara Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak lama lagi, ASEAN Economic Community (AEC) akan segera

Bab 1. Pendahuluan. Pada bulan Agustus 2015, berdasarkan data Bloomberg. diperdagangkan dalam rentang Rp Rp per dollar AS.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh

Dewi Ratna Sari Sri Wahyuni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Eva Lestari / Pembimbing Dr. Sri Supadmini SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan (going concern). Kelangsungan hidup usaha dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan perusahaan karena going concern merupakan asumsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. opini unqualified terhadap bank-bank besar dan kecil tetapi dengan penurunan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. auditor. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan usaha atau disebut going concern. Dalam menyusun laporan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Wijaya (2009), megatakan laporan keuangan juga merupakan hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kuantitatif dimana informasi-informasi yang disajikan didalamnya dapat membantu berbagai pihak (ekstern dan intern) dalam pengambilan keputusan yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going concern). Laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi dasar going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkakan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, auditor sangat diandalkan dalam memberikan informasi yang baik bagi investor (Levitt, 1998 dalam Warnida, 2011). Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan. Ketika ekonomi tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996) dalam Irfana (2012). 1

Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas yang baik cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien terdapat masalah mengenai going concern. Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Ruiz dalam Kartika 2012). Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang lama. Going concern juga merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2009 dalam Aiisiah, 2012). Opini audit going concern merupakan pendapat yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan yang diyakininya (SPAP). Hasil audit laporan keuangan guna mengambil langkah dalam berinvestasi. Tanggung jawab auditor dalam PSA 32 (SA 316) adalah mensyaratkan agar audit dirancang untuk memberikan keyakinan investor dan pengguna laporan keuangan lainnya memadai atas pendektesian salah penyajian yang material dalam laporan keuangan perusahaan. Selanjutnya audit harus direncanakan dan dilaksanakan 2

dengan sikap skeptisme professional dalam semua aspek penugasan yang dibawahnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa opini going concern dapat dilakukan dengan melihat internal perusahaan seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, likuiditas atau pergantian auditor. Ukuran perusahaan merupakan besar atau luasnya suatu perusahaan dan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukan kondisi atau karakteristik suatu perusahaan. Menurut Mutchler (1985) dalam Warnida (2011) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi dari pada perusahaan kecil. Dari hasil penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) serta Ria (2010), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, konsisten dengan hasil penelitian menurut Arga dan Linda (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan menurut Wibisono (2013), serta Prima (2011), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Konsisten dengan hasil penelitian menurut Werastuti (2013), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan dihitung berdasarkan jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit going concern. 3

Rasio Profitabilitas merupakan sebuah rasio penilaian kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan. Ketika perusahaan mempunyai profitabilitas (diproksikan dengan ROA) yang tinggi diharapkan dapat memperoleh laba yang tinggi, sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan untuk memperoleh opini audit going concern. Menurut hasil penelitian dari Fitrianasari (2008) dalam Wulandari (2014), menunjukan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit dengan paragraph going concern terhadap audit oleh auditor, konsisten dengan penelitian dari Kristina (2012) dan Rezkhy (2011) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap going concern, dihitung dengan menggunakan return on asset. Rasio solvabilitas (Leverage) perusahaan menggambarkan kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan pengertian bahwa perusahaan tersebut tidak akan mengalami gulung tikar dengan waktu pendek. Menurut Wibisono (2013) rasio leverage yang tinggi akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan dananya untuk membayar kewajiban dari pada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan berkurang, sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio solvabilitas, maka perusahaan dikatakan tidak solvabel. Kondisi perusahaan yang tidak solvabel 4

meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern dari auditor, karena perusahaan dinilai tidak menguntungkan dalam jangka panjang sehingga perlu direstrukturisasi dan seringkali kebangkrutan melanda perusahaan yang direstrukturisasi. Menurut hasil penelitian dari Wibisono (2013), menyatakan bahwa solvabilitas ratio (leverage) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Konsisten dengan hasil penelitian menurut Yulius (2009), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio yang dihitung dari debt to total asset ratio tidak mempengaruhi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian menurut Susanto (2012) serta Mettani (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Konsisten dengan hasil penelitian menurut Warnida (2011) serta Kuswardi (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Likuiditas adalah ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk mengukur kemampuan likuiditas perusahaan biasanya digunakan dengan angka rasio modal kerja, Current ratio, acid test/quick Ratio, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Namun secara umum penelitian terdahulu menggunakan angka Current Ratio dan Quick Ratio. Current ratio adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor dengan membandingkan antara 5

total aktiva lancar dan hutang lancar suatu perusahaan. Hasil penelitian dari Sudarno (2012) serta Susanto (2012), menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap going concern audit report, dihitung dengan menggunakan Current ratio. Konsisten dengan penelitian Yulius (2009) menyatakan bahwa ratio likuiditas diukur berdasar Current ratio dan Quick ratio, keduanya tidak mempengaruhi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Namun tidak konsisten dengan hasil penelitian yang diteliti menurut Arma (2013) serta Juandini (2010) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Konsisten dengan penelitian dari Warnida (2011) menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang akan peneliti lakukan kali ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Warnida (2011) yang menganalisis analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini penting dilakukan karena terdapat ketidakkonsistenan mengenai penelitian terdahulu, selain itu untuk mengembangkan penelitian terdahulu mengenai variabel penelitian lain yang berkaitan dengan opini audit going concern, sehingga penting untuk diketahui penyebabnya. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Warnida (2011), yaitu terletak pada tahun populasi penelitian, pergantian variable price earning ratio dengan variabel solvabilitas (leverage) dan sektor perusahaan yang akan diteliti. Populasi penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) adalah perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia 6

(BEI) pada tahun 2006 sampai 2009, serta variabel yang digunakan rasio likuditas, solvabilitas ratio, price earning ratio, dan ukuran perusahaan. Populasi yang akan peneliti angkat adalah disektor perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai 2014. Alasan memilih perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian disektor tekstil dan garmen sebagai objek penelitian didasari oleh alasan bahwa krisis global yang dipicu krisis ekonomi Eropa dan Amerika Serikat telah membawa dampak kepada sektor tekstil dan garmen akibat krisis tersebut. Keadaan ini diperparah serbuan tekstil dan produk tekstil bekas illegal yang beredar di Indonesia. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan, ada 13 perusahaan tekstil dan produk TPT di Tanah Air diambang kebangkrutan, lantaran banyaknya produk tekstil bekas illegal yang beredar di Indonesia. Selain maraknya produk tekstil illegal, terancamnya 13 perusahaan tekstil tersebut lantaran bahan baku dari impor. Sementara daya beli masyarakat kini tengah mengalami penurunan. Asosiasi Pengusaha Indonesia (API) mengakui beberapa perusahaan tekstil gulung tikar akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS (USD). Di sisi lain, industri tekstil berbasis ekspor justru lebih tahan terhadap krisis rupiah. Meskipun sebagian besar bahan baku berasal dari impor, mereka diuntungkan selilisih nilai USD yang besar. Saat USD naik seperti sekarang justru perusahaan lebih untung dibanding dengan kondisi biasa. Ekspor menjadi nilai plus berkat selisih kurs. Pelemahan ekonomi global 7

yang dirasakan berbagai Negara seperti Cina dan India juga berdampak baik, karena pesanan yang tadinya dilimpahkan ke kedua Negara tersebut mulai dialihkan ke Indonesia. (Sindonews.com) Industri TPT merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam penyumbang devisa Negara dan penyedia sandang nasional. Sepanjang kuartal II tahun 2015, investasi PMDN industri TPT naik 25,4 % menjadi Rp. 455,1 miliar, dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014 lalu yakni sebesar Rp. 362,8 miliar. Sementara itu, untuk PMA industri TPT di kuartal II tahun 2015 investasinya mencapai 63 juta dolar AS atau sekitar Rp. 850,5 miliar. Pertumbuhan industri manufaktur secara komulatif hingga triwulan II tahun 2015 mampu mencapai 5,26 % di atas pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang sebesar 5,11 %. Industry TPT meraih perolehan devisa ekspor non migas sebesar 12,74 juta dolar AS. Industry ini juga telah menyerap tenaga kerja sebesar 10,6 % dari total tenaga kerja industri manufaktur. Akan tetapi, pangsa pasar industri TPT di dunia masih relatif kecil yakni hanya 1,8 %. Secara keseluruhan telah terdaftar investasi baru sebesar Rp 3.947,5 triliun di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dengan komposisi 55,8 % merupakan investasi asing dan 44,2 % merupakan investasi dalam negeri. Sementara itu pangsa pasar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) lokal di dalam negeri terus menurun dan diperkirakan tersisa 30% atau 2,4 miliar dolar AS tahun ini dari total pasar sebesar 8 miliar dolar AS. Terus membanjirnya produk inpor ke dalam negeri membuat produk lokal semakin tersudut. Pada tahun 1980-1990an, produk TPT lokal masih berjaya dan 8

mampu menguasai 80-90 % pasar domestik. Tetapi sejak 2010, penguasaan pasar terus berkurang dan sekarang tinggal 30 %. Selebihnya diisi produk inpor, baik illegal mapun legal. Kemerosotan penguasaaan pasar tersebut disebabkan berbagai hal, antara lain efek perjanjian kerja sama perdagangan bebas (free trade agreement / FTA) yang memberikan kemudahan-kemudahan dalam hal masuknya barang dari luar negeri. Produk-produk illegal menghancurkan industri TPT nasional. Pasalnya, biasanya produk illegal tersebut dipasarkan dengan harga jauh dibawah harga normal, sehingga menguras pasar TPT. (www.kemenperin.go.id) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadapa opni audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen? 2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadapa opni audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen? 3. Apakah rasio leverage berpengaruh positif terhadap opni audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen? 4. Apakah rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadapa opni audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen? 9

1.3. Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern perusahaan, maka dari itu perlu ada pembatasan penelitian yang meliputi : 1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel pada sektor perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2014. 2. Penelitian ini dibatasi pada variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen. 1.4. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka tujuan yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh negatif ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen. 2. Menganalisis pengaruh negatif profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada tekstil dan garmen. 3. Menganalisis pengaruh positif solvabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen. 4. Menganalisis pengaruh negatif likuiditas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen. 10

1.5. Manfaat Penelitian Diharapkan dari penelitian ini hasil pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai penerimaan opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yaitu : 1. Bagi investor atau bagi para pengambil keputusan Agar dapat memperoleh informasi yang lebih baik didalam sebuah perusahaan, agar dapat menilai potensinya dan dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam keputusan investasi setelah mengetahui kondisi manajemen dalam perusahaan. 2. Bagi auditor Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan penilaian keputusana opini audit yang mengacu pada kelangsulan hidup (going concern) perusahaan dimasa yang akan datang. 3. Bagi civitas akademik Agar dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis pada waktu yang akan datang dan dapat dijakan sumber bacaan yang dapat menambah wacana baru sebagai sumber pustaka. 4. Bagi perusahaan Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar perusahaan mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan untuk mencapai tujuan perusahaan dan memperoleh hasil yang diharapkan sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. 11