Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

Putu Ayudia Mahendra Dewi 1, Putu Aryani 2. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN DENGAN KESEGARAN JASMANI DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI PADANGSARI 02 BANYUMANIK

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah suatu tahapan yang memerlukan perhatian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

DAFTAR PUSTAKA. Abdillah, I (2011). Perubahan Asupan Energi dan Nutrien Terhadap Indeks Massa

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

Kebiasaan sarapan tidak berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

HUBUNGAN FREKUENSI SARAPAN DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

SOSIALISASI SARAPAN SEHAT PADA MASYARAKAT SEKOLAH DI SDN ANGKE 03 JAKARTA BARAT TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

ISSN Vol 2, Oktober 2012

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DAN KONSUMSI SUSU DENGAN TINGGI BADAN ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SDN BALIGE

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah generasi penerus bagi pembangunan di masa depan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan (Judarwanto, 2009). Berdasarkan laporan yang dirilis oleh United Nations Development Programme (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang merupakan ukuran untuk menentukan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2011 menempati peringkat 124 dari 187 negara (UNDP, 2011) turun dari peringkat 108 pada tahun 2010 (UNDP, 2010). Gizi merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran sangat penting dalam pencapaian IPM dari suatu negara (Bappenas, 2011). Salah satu cara untuk memperoleh status gizi yang baik yaitu dengan membiasakan sarapan pagi. Menurut Rampersaudet al. (2005), energi dari makanan sarapan dikatakan cukup jika menyumbangkan 15 25% dari total asupan energi sehari. Sarapan memberikan kontribusi penting karena sarapan menyumbangkan 25% total asupan gizi dalam sehari (Khomsan, 2005). Pereira et al. (2011) menyatakan bahwa sarapan memenuhi 20-30% angka kecukupan energi. Sarapan memenuhi 20-25% kebutuhan kalori setiap hari (Soedarsono, 2012) dan menurut Hardinsyah & Aries (2012), sarapan memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian yaitu 15-30% AKG dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas. Penelitian Rampersaud et al. (2005), menunjukkan bahwa sarapan memiliki kontribusi terhadap kecukupan gizi harian, baik makronutrien, mikronutrien dan serat. Asupan nutrisi anak-anak yang sarapan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang melewatkan sarapan (Wahba et al., 2006; Chitra & Reddy, 2007; Dubois et al., 2008) dan berhubungan dengan IMT normal (Rampersaud et al., 2005; Dubois et al., 2008; Hidayat, 2009; Aziz & Devi, 2012). 1

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997; Nicklas et al., 1998; Rampersaud et al., 2005; Soedibyo & Gunawan, 2009).Seseorangyang sarapansecarakonsistencenderung memilikistatus gizi yang lebih baik dibandingkan mereka yang melewatkan sarapan (Rampersaudet al., 2005 ; Nicklas et al,.1998; Chitra & Reddy, 2007; Al-Oboudi,2010). Sarapan dalam jangka panjang dapat memperbaiki status gizi anak (Gibney et al., 2008), penambahan berat badan dan tinggi badan khususnya pada populasi di pedesaan negara berkembang (Powell et al., 1998; Cueto, 2001). Melewatkan sarapan membuat tubuh kekurangan glukosa karena tidak ada suplai energi, sehingga tubuh menjadi lemah dan kurang konsentrasi. Apabila terbiasa tidak sarapan, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh, dan jika berlangsung secara terus menerus maka dapat berakibat buruk yaitu terjadinya status gizi kurang (Khomsan, 2004). Sarapan juga berhubungan dengan performa belajar. Anak yang tidak sarapan memiliki daya ingat yang terbatas, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas, sering mendapatkan nilai ujian yang rendah bahkan sering absen (Soekirman, 2000). Sarapan memberikan kontribusi dalam meningkatkan konsentrasi belajar (Khomsan, 2005). Sarapan meningkatkan fungsi kognitif terkait memori, tingkat ujian dan tingkat kehadiran di sekolah (Rampersaud, et al., 2005). Secara nasional, kualitas kesehatan anak sekolah dasar masih sangat rendah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa ratarata status gizi kurus (IMT <-2SD) pada anak usia sekolah (6-14 tahun) sebanyak 13,3% laki-laki dan 10,9% perempuan (Depkes RI, 2008b). Defisit energi ditunjukkan pada konsumsi energi anak usia sekolah dasar di Indonesia yang masih di bawah kebutuhan minimal (<70% AKG 2004) sebanyak 41,2% (Depkes RI, 2010). Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi masalah gizi yang tinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dimana prevalensi anak usia sekolah yang memiliki status gizi kurus (IMT <-2SD) sebanyak 23,1% laki-laki dan 19,1% perempuan (Depkes RI, 2008a). 2

Survey tentang kebiasaan sarapan orang dewasa di lima kota besar Indonesia (Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar) menunjukkan bahwa hanya 69,8% subyek yang memiliki kebiasaan sarapan (Hardinsyah, 2012). Analisa data yang dilakukan terhadap data konsumsi pangan Riskesdas 2010 pada 35.000 anak usia sekolah dasar menunjukkan anak mengkonsumsi sarapan dengan kualitas rendah yaitu sebanyak 44,6% anak memiliki asupan energi sarapan <15% dan sebanyak 35,4% anak memiliki asupan protein <15% (Hardinsyah, et al., 2012). Belum ada data yang menunjukkan prevalensi cakupan sarapan yang bersifat nasional, terlebih data mengenai sarapan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Akan tetapi jika dilihat dari prevalensi status gizi kurus (IMT <-2SD) pada anak usia sekolah di Kabupaten TTS yang melebihi prevalensi status gizi kurang secara nasional yaitu sebanyak 29,2% laki-laki dan 23,0% perempuan (Depkes RI, 2008a) maka diperlukan perhatian terhadap masalah status gizi kurang ini. Sarapan memiliki kontribusi penting dalam memenuhi asupan gizi dalam sehari yang pada akhirnya akan berdampak pada status gizi. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan sarapan terhadap status gizi pada anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah kebiasaan sarapan berhubungan dengan status gizi (IMT/U) pada anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)? 3

C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten TTS Provinsi NTT 2. Mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan di Kabupaten TTS Provinsi NTT 3. Mengetahui besar asupanzat gizi dari sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten TTS Provinsi NTT 4. Mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (IMT/U) anak sekolah dasar di Kabupaten TTS Provinsi NTT. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan masukan bagi perencanaan dan pengembangan program dalam penanggulangan masalah gizi pada anak sekolah dasar. 2. Bagi Dinas Kesehatan a. Sebagai bahan masukan, khususnya pengelola program giziuntuk penentuan program penanggulangan masalah gizi anak sekolah dasar. b. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat khususnya masalah gizi anak sekolah dasar. 3. Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi tentang hubungan sarapan dengan status gizi anak sekolah dasar. 4. Bagi Penulis Menambah wawasan mengenai sarapan kaitannya dengan status gizi serta pengalaman penelitian di lapangan. 4

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan mirip dengan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian Cho,et al. (2003) dengan judul The Effect of Breakfast Type on Total Daily Energy Intake and Body Mass Index : Result from the Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III). Subjek penelitian adalahpeserta dalam NHANES III berusia 18 tahun ke atas dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan subjek yang mengkonsumsi sereal siap santap, sereal yang dimasak dan roti mempunyai IMT yang lebih rendah dibandingkan subjek yang tidak sarapan pagi maupun yang sarapan menggunakan daging dan telur. Subjek yang melewatkan sarapan maupun yang sarapan menggunakan buah/sayuran memiliki asupan energi harian terendah. Sedangkan subjek yang sarapan dengan daging dan telur memiliki asupan energi harian tertinggi dan menyebabkan IMT lebih tinggi dibanding yang lain. Perbedaan penelitian Cho, et al. (2003) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, lokasi penelitian, teknik pengambilan sampel dan beberapa variabel yang diteliti. 2. Penelitian Williams,et al. (2008) dengan judul Are Breakfast Consumption Patterns associated with Weight Status and Nutrient Adequacy in African- American Children. Subjek penelitian adalah anak usia 1-12 tahun dengan desain penelitian cohort sejak 1999-2002. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 45% anak usia 1-5 tahun dan sebanyak 38% usia 6-12 tahun yang mengkonsumsi sereal siap santap ketika sarapan. Konsumsi sereal ini berhubungan dengan peningkatan berat badan dan kecukupan asupan gizi pada anak-anak Afrika-Amerika. Perbedaan penelitian Williams,et al. (2008) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian danbeberapa variabel yang diteliti. 3. Penelitian Al-Oboudi(2010) dengan judul Impact of Breakfast Eating Pattern on Nutritional Status, Glucose Level, Iron Status in Blood and Test Gades among Upper Primary School Girls in Riyadh City, Saudi Arabia. Subjek 5

penelitian adalah siswa perempuan yang berusia 9-13,9 tahun dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan melewatkan sarapan meningkat dengan bertambahnya usia. Kebiasaan sarapan yang rutin berdampak positif terhadap status gizi. Perbedaan penelitian Al-Oboudi(2010) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, lokasi penelitian dan beberapa variabel yang diteliti. 4. Penelitian Marizaet al.(2013) dengan judul Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas III-VI, desain penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan sarapan berhubungan dengan kebiasaan jajan. Tidak biasa sarapan meningkatkan risiko biasa jajan sebesar 1,5 kali. Kebiasaan jajan berhubungan dengan status gizi. Biasa jajan meningkatkan risiko terjadinya status gizi lebih, sebesar 7 kali. Perbedaan penelitian Marizaet al.(2013) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian dan beberapa variabel yang diteliti. 5. Penelitian Agusanty (2013) dengan judul Faktor Risiko Sarapan Pagi dan Makanan Selingan terhadap Kejadian Overweight pada Remaja Sekolah Menengah Atas di Kota Pontianak dengan desain penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang tidak rutin sarapan pagi berisiko overweight dan remaja yang mengkonsumsi makanan selingan lebih dari dua kali dalam sehari berisiko overweight. Perbedaan penelitian Agusanty (2013) dengan penelitian ini yaitu subjek penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian dan beberapa variabel yang diteliti. 6