BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita atau anak dengan usia dibawah 5 tahun merupakan masa yang penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Muaris, 2006).Masa ini merupakan periode kritis dimana akan terjadi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional (Manios et al.,2008). Biasanya pada masa ini anak akan mengalami masa tumbuh kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak, sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini akan berpengaruh pada kualitas saat anak dewasa nanti (Prikasih dan Suganti, 2009). Sejak abad ke-21 overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius pada anak.menurut World Health Organization (WHO) (2014) overweight dan obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang bisa menyebabkan resiko bagi kesehatan seseorang.resiko yang dapat diperoleh adalah adanya peningatan tekanan darah, gangguan pernapasan, mengalami keluhan jantung, tingginya kadar kolesterol dalam darah dan adanya kelainan kulit yaitu berupa ruam panas, dermatitis pada lipatan kulit anak (Kliegman, 2011; Sjarif, 2011). Menurut standar pengukuran antropometri yang dikonversikan dalam nilai terstandar (Zscore), anak yang mengalami overweightdan obesitasmaka Z-scoreanak tersebut > 2.0 (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2013 secara global jumlah anak yang mengalamioverweightdan obesitas pada anak usia lima tahun (balita) diperkirakan lebih dari 42 juta orang, 31 juta diantaranya hidup di negara berkembang (WHO,2013). Sedangkan data dari 1
2 Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa anak yang mengalami kelebihan berat badan dari tahun 2007 sampai 2010 meningkat dari 12,2 persen menjadi 14,0 persen dan pada tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 11,9% (Riskesdas, 2013). Meskipun terjadi fluktuatif namun hal ini merupakan suatutantangandi masa yang mendatang (WHO,2014). Menurut Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) dapat dilihat prevalansi anak balita yang mengalami overweight dan obesitas pada tahun 2010 yaitu ada sebanyak 2,99 %, pada tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 6,88 % dan pada tahun 2013 juga terjadi peningkatan menjadi 10,3 %. Pada 5 kabupaten di Provinsi DIY, Kabupaten Sleman merupakan urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Gunung Kidul. Jumlah anak yang mengalami overweight dan obesitas di Sleman ada sebanyak 12.1 %. Sedangkan Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Kulon Progo sebanyak 6.6 %, Kabupaten Bantul 10.5 %, Kabupaten Gunung Kidul 13.4 %, dan Kabupaten Yogyakarta 4 % (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, diperoleh data anak yang mengalami overweight dan obesitas pada tahun 2014 ada sebanyak 3261 anak. Dari 25 Puskesmas yang ada di Sleman, Puskesmas Berbah merupakan puskesmas tertinggi dengan prevalensi anakyang mengalami overweight dan obesitas yaitu ada sebanyak 110 anak (Menggunakan standart antropometri WHO, 2005).
3 Dalam peningkatan tingkat overweight dan obesitas pada anak, maka semakin penting bagi orangtua untuk memastikan makanan apa saja yang boleh dikonsumsi anak (Pettigrew & Roberts, 2007). Perilaku makan orangtua merupakan salah satu yang berperan penting dalam mempengaruhi asupan makan anak. Hal ini dilihat bahwa anak dan orangtua biasanya memiliki kesamaan dalam hal mengkonsumsi makanan (Beydoun & Wang, 2009). Ibu merupakan role model bagi anak, sehingga apa yang dimakan ibu akan berpengaruh terhadap apa yang akan dimakan anak (Yabanci et al., 2014). Oleh karena itu orangtua memegang tanggung jawab besar dalam membangun kualitas diet anak dan membentuk perilaku makan anak, tetapi tidak semua orangtua khususnya ibu yang peduli dengan hal tersebut padahal ibu memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku makan anak (Gregory et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Yabanci et al., (2014) mengenai perilaku ibu terhadap makan anaknya menunjukkan bahwa ibu dalam menyediakan makanan anak biasanya menyediakan makanan yang mengandung vitamin yaitu buah dan sayuran di setiap makanan anak mereka. Ibu juga memperhatikan kandungan zat makanan yang akan diberikan kepada anak mereka seperti rendah kolesterol, tinggi lemak, tinggi serat dan memberikan makanan manis kepada anak mereka. Aguirre et al., (2012) dalam penelitiannya menunjukkan perilaku ibu dalam memberi makanan sehat yaitu adanya penekananibu untuk jenis dan jumlah yang harus dimakan anak, memantau makanan yang dimakan, dan membatasi makanan yang dimakan anak. Anak yang
4 tidak mau makan maka ibu akan memberian vitamin untuk membentuk perilaku makan anak (Yabanci et al., 2014). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Gross et al., (2010) menunjukkan bahwa sebagian orangtua sering menyediakan makanan cepat saji kepada anaknya yaitu berupa junk food dikarenakan lebih mudah diakses dan rasanya lebih enak. Akibatnya anak lebih banyak mengkonsumsi energi dan lemak daripada buah dan sayuran yang merupakan makanan rendah kalori yang diperlukan dalam pertumbuhan anak (Walker, 2005). Menurut Gregory et al., (2011) sumber informasi yang dapat diperoleh ibu mengenai makanan sehat dapatmelalui petugas kesehatan, televisi, majalah, koran, internet, teman, dan kerabat. Dari sumber yang berbeda menyebabkan ibu kesulitan mengetahui makanan seperti apa yang sehat untuk dikonsumsi anak, karena informasi yang diperoleh bisa berbeda dari setiap sumber (Paquette, 2005). Ibu cenderung memberi makanan berdasarkan kesukaan anak melainkan bukan berdasarkan kebutuhan anak, akibatnya makanan yang diberikan menjadi tidak bervariasi dan jauh dari jumlah yang dibutuhkan anak (Kolopaking et al., 2011). Persepsi merupakan faktor yang dominan, yang sering mempengaruhi perilaku seseorang (Maulana, 2009).Sejauh ini beberapa penelitian menyebutkan bahwa persepsi ibu mengenai makanan akan mempengaruhi perilaku dalam memberi makanan anak salah satunya seperti yang diteliti Paquette (2005) yaitu ibu yang memiliki persepsi baik terhadap makanan maka akan mempengaruhi kebiasaan
5 perilaku ibu dalam memberi makan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Kaurlaba et al., (2009) menunjukkan bahwa asupan buah, biji-bijian, sayuran, daging, dan susu secara signifikan lebih tinggi pada anak dengan ibunya yang memiliki persepsi tinggi dalam kualitas makan dari pada ibu yang memiliki persepsi yang rendah. Persepsi Ibu terhadap makanan akan mempengaruhi ibu dalam pemilihan makan yang akan dikonsumsi anak sehingga menentukan kebiasaan makan anaknya (Puspadewi dan Briawan, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melakukan wawancara pada 5 orang ibu yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun terkait perilaku ibu dalam memberi makanan sehat didapatkan hasil bahwa sebagian ibu sering memperhatikan intake makan anak dengan memberi sayuran, buah di setiap makan anak mereka. Perilaku ini dilakukan meskipun ibu tidak menyukai makanan tersebut, tetapi ibu tetap menaruh makanan tersebutdipiring ibu sehingga anak tetap memakannya begitu pula sebaliknya. Selain itu ditemukan bahwa ada ibu yang kurang memperhatikan pola makan anak mereka dikarenakan ibu sibuk dalam pekerjaan dan kurangnya pengetahuan ibu terkait pemberian makan pada anak. Sehubungan dengan yang diuraikan diatas, belum ada penelitian yang menghubungkan persepsi dengan perilaku ibu dalam memberi makan sehat pada anak.beberapa penelitian hanya meneliti secara terpisah yaitu tentang persepsi makan sehat dan perilaku orangtua dalam pemberian makan anak tanpa mencari hubungannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh
mengenai hubungan persepsi dengan perilaku pemberian makan ibu pada anak overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman Yogyakarta. 6 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah Adakah hubungan antara persepsi dengan perilaku pemberian makan ibu pada anak balitayang overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dengan perilaku pemberian makan ibu pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi ibu dalam memberi makanan sehat pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta b. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam memberi makanan sehat pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta.
7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Ilmu pengetahuan tentang penerapan bagaimana makanansehat yang dilakukan ibu di rumah dapat berkembang lebih maju dan dapat diterapkan dalam ilmu studi serta sebagai referensi untuk studi lebih lanjut bagi penelitian mendatang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Orangtua. 1. Meningkatkan pemahaman orangtua khususnya bagi ibu dalam memberimakanan sehat pada anak di rumah. 2. Memberikan dorongan bagi ibu untuk dapat memberikan makanan sehat pada anak balita dengan mengikuti petunjuk dari rumah sakit atau puskesmas yang mengajarkan atau dapat juga dari buku-buku pedoman makanan sehat pada anak balita. b. Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai gambaran terkait memberi makan sehat pada anak balita dan hasil penelitian dapat menjadi kebijakan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Berbah yang berguna untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
8 c. Bagi Peneliti selanjutnya Untuk mengetahui hubungan antara persepsi ibu dan perilaku pemberian makan ibu pada anak balita overweight dan obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Hubungan antara Persepsi dengan Perilaku pemberian makan ibu pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan berhubungan dengan masalah ini antara lain : NO Judul penelitian 1 Maternal Feeding Practices and Feeding Behaviors of Australian Children Aged 12 36 Months. (Chan et al., 2010) Tabel1. Keaslian penelitian Metodologi penelitian Penelitian kuantitatif dengan populasi yang diambil yaitu Ibu (N = 740) dari anak-anak berusia 12-36 bulan dan lahir di Australia Selatan yang dipilih secara acak. Hasil penelitian Pada umumnya Ibu percaya diri dalam memberi makan anak-anak mereka. Berdasarkan checklist dari 36 item didapatkan 15% anakanak mengkonsumsi sayuran dalam 24 jam,11% mengonsumsi tanpa buah dan 8 % diikuti dengan jus. Dan didapatkan 75 % ibu sering memperaktikkan makan sehat kepada anaknya dan sepertiganya kadang-kadang. Perbedaan dengan peneliti Penelitian ini tidak membandingkan terkait persepsi ibu mengenai makanan sehat. Tujuan, dan tempat penelitian berbeda. 2 Persepsi tentang makanan sehat pada anak usia sekolah di SDN 02 Duren Sawit Jakarta Timur. (Kurniasih, 2012) Penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Jumlah sampel 77 anak diambil secara acak. Dari sampel yang diteliti didapatkan 54, 5 % anak berpersepsi baik tentang gizi seimbang, 66,3 % anak berpersepsi baik tentang kebutuhan gizi dan 72,7 % berpersepsi baik tentang keamanan makanan. Tujuan, subjek dan lokasi penelitian yang digunakan berbeda.
Tabel 1. Lanjutan 9 3 Hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita di Posyandu Anggrek I Kelapa Dua. (Budi, 2011). Metode correlation study dengan populasi 38 ibu dan balita. Jumlah sampel yang diambil 35 yang diambil secara purposive sampling dengan instrument kuesioner skala linkert dan dianalisis dengan uji spearmen. Terdapat hubungan persepsi ibu tentang makanan sehat dengan status gizi balita dengan p= 0,001 dan r = 0,555 yang menandakan hubungan kuat dan berpola positif. Peneliti tidak membandingkan persepsi ibu dengan perilaku ibu mengenai makanan sehat yang diberikan kepada anak. Tempat penelitian yang digunakan berbeda. 4 Hubungan pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi seimbang dengan perilaku pemenuhan gizi pada balita 3-5 tahun di Desa Banjarsari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. (Farhan, 2013). Penelitian ini dengan desain kuantitatif analitik dengan desain Cross sectional. Sampel 86 ibu rumah tangga yang dipilih secara proportional random sampling dengan analisis univariat dan bivariat. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi seimbang dengan perilaku pemenuhan gizi pada balita usia 3-5 tahun di Desa Banjarsari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor ( p value = 0.005 dan OR value = 3,482) Variabel, dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.