BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gizi merupakan hal paling penting dalam proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

1 Universitas Indonesia

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan menjaga

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita atau anak dengan usia dibawah 5 tahun merupakan masa yang penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Muaris, 2006).Masa ini merupakan periode kritis dimana akan terjadi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional (Manios et al.,2008). Biasanya pada masa ini anak akan mengalami masa tumbuh kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak, sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini akan berpengaruh pada kualitas saat anak dewasa nanti (Prikasih dan Suganti, 2009). Sejak abad ke-21 overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius pada anak.menurut World Health Organization (WHO) (2014) overweight dan obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang bisa menyebabkan resiko bagi kesehatan seseorang.resiko yang dapat diperoleh adalah adanya peningatan tekanan darah, gangguan pernapasan, mengalami keluhan jantung, tingginya kadar kolesterol dalam darah dan adanya kelainan kulit yaitu berupa ruam panas, dermatitis pada lipatan kulit anak (Kliegman, 2011; Sjarif, 2011). Menurut standar pengukuran antropometri yang dikonversikan dalam nilai terstandar (Zscore), anak yang mengalami overweightdan obesitasmaka Z-scoreanak tersebut > 2.0 (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2013 secara global jumlah anak yang mengalamioverweightdan obesitas pada anak usia lima tahun (balita) diperkirakan lebih dari 42 juta orang, 31 juta diantaranya hidup di negara berkembang (WHO,2013). Sedangkan data dari 1

2 Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa anak yang mengalami kelebihan berat badan dari tahun 2007 sampai 2010 meningkat dari 12,2 persen menjadi 14,0 persen dan pada tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 11,9% (Riskesdas, 2013). Meskipun terjadi fluktuatif namun hal ini merupakan suatutantangandi masa yang mendatang (WHO,2014). Menurut Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) dapat dilihat prevalansi anak balita yang mengalami overweight dan obesitas pada tahun 2010 yaitu ada sebanyak 2,99 %, pada tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 6,88 % dan pada tahun 2013 juga terjadi peningkatan menjadi 10,3 %. Pada 5 kabupaten di Provinsi DIY, Kabupaten Sleman merupakan urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Gunung Kidul. Jumlah anak yang mengalami overweight dan obesitas di Sleman ada sebanyak 12.1 %. Sedangkan Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Kulon Progo sebanyak 6.6 %, Kabupaten Bantul 10.5 %, Kabupaten Gunung Kidul 13.4 %, dan Kabupaten Yogyakarta 4 % (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, diperoleh data anak yang mengalami overweight dan obesitas pada tahun 2014 ada sebanyak 3261 anak. Dari 25 Puskesmas yang ada di Sleman, Puskesmas Berbah merupakan puskesmas tertinggi dengan prevalensi anakyang mengalami overweight dan obesitas yaitu ada sebanyak 110 anak (Menggunakan standart antropometri WHO, 2005).

3 Dalam peningkatan tingkat overweight dan obesitas pada anak, maka semakin penting bagi orangtua untuk memastikan makanan apa saja yang boleh dikonsumsi anak (Pettigrew & Roberts, 2007). Perilaku makan orangtua merupakan salah satu yang berperan penting dalam mempengaruhi asupan makan anak. Hal ini dilihat bahwa anak dan orangtua biasanya memiliki kesamaan dalam hal mengkonsumsi makanan (Beydoun & Wang, 2009). Ibu merupakan role model bagi anak, sehingga apa yang dimakan ibu akan berpengaruh terhadap apa yang akan dimakan anak (Yabanci et al., 2014). Oleh karena itu orangtua memegang tanggung jawab besar dalam membangun kualitas diet anak dan membentuk perilaku makan anak, tetapi tidak semua orangtua khususnya ibu yang peduli dengan hal tersebut padahal ibu memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku makan anak (Gregory et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Yabanci et al., (2014) mengenai perilaku ibu terhadap makan anaknya menunjukkan bahwa ibu dalam menyediakan makanan anak biasanya menyediakan makanan yang mengandung vitamin yaitu buah dan sayuran di setiap makanan anak mereka. Ibu juga memperhatikan kandungan zat makanan yang akan diberikan kepada anak mereka seperti rendah kolesterol, tinggi lemak, tinggi serat dan memberikan makanan manis kepada anak mereka. Aguirre et al., (2012) dalam penelitiannya menunjukkan perilaku ibu dalam memberi makanan sehat yaitu adanya penekananibu untuk jenis dan jumlah yang harus dimakan anak, memantau makanan yang dimakan, dan membatasi makanan yang dimakan anak. Anak yang

4 tidak mau makan maka ibu akan memberian vitamin untuk membentuk perilaku makan anak (Yabanci et al., 2014). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Gross et al., (2010) menunjukkan bahwa sebagian orangtua sering menyediakan makanan cepat saji kepada anaknya yaitu berupa junk food dikarenakan lebih mudah diakses dan rasanya lebih enak. Akibatnya anak lebih banyak mengkonsumsi energi dan lemak daripada buah dan sayuran yang merupakan makanan rendah kalori yang diperlukan dalam pertumbuhan anak (Walker, 2005). Menurut Gregory et al., (2011) sumber informasi yang dapat diperoleh ibu mengenai makanan sehat dapatmelalui petugas kesehatan, televisi, majalah, koran, internet, teman, dan kerabat. Dari sumber yang berbeda menyebabkan ibu kesulitan mengetahui makanan seperti apa yang sehat untuk dikonsumsi anak, karena informasi yang diperoleh bisa berbeda dari setiap sumber (Paquette, 2005). Ibu cenderung memberi makanan berdasarkan kesukaan anak melainkan bukan berdasarkan kebutuhan anak, akibatnya makanan yang diberikan menjadi tidak bervariasi dan jauh dari jumlah yang dibutuhkan anak (Kolopaking et al., 2011). Persepsi merupakan faktor yang dominan, yang sering mempengaruhi perilaku seseorang (Maulana, 2009).Sejauh ini beberapa penelitian menyebutkan bahwa persepsi ibu mengenai makanan akan mempengaruhi perilaku dalam memberi makanan anak salah satunya seperti yang diteliti Paquette (2005) yaitu ibu yang memiliki persepsi baik terhadap makanan maka akan mempengaruhi kebiasaan

5 perilaku ibu dalam memberi makan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Kaurlaba et al., (2009) menunjukkan bahwa asupan buah, biji-bijian, sayuran, daging, dan susu secara signifikan lebih tinggi pada anak dengan ibunya yang memiliki persepsi tinggi dalam kualitas makan dari pada ibu yang memiliki persepsi yang rendah. Persepsi Ibu terhadap makanan akan mempengaruhi ibu dalam pemilihan makan yang akan dikonsumsi anak sehingga menentukan kebiasaan makan anaknya (Puspadewi dan Briawan, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melakukan wawancara pada 5 orang ibu yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun terkait perilaku ibu dalam memberi makanan sehat didapatkan hasil bahwa sebagian ibu sering memperhatikan intake makan anak dengan memberi sayuran, buah di setiap makan anak mereka. Perilaku ini dilakukan meskipun ibu tidak menyukai makanan tersebut, tetapi ibu tetap menaruh makanan tersebutdipiring ibu sehingga anak tetap memakannya begitu pula sebaliknya. Selain itu ditemukan bahwa ada ibu yang kurang memperhatikan pola makan anak mereka dikarenakan ibu sibuk dalam pekerjaan dan kurangnya pengetahuan ibu terkait pemberian makan pada anak. Sehubungan dengan yang diuraikan diatas, belum ada penelitian yang menghubungkan persepsi dengan perilaku ibu dalam memberi makan sehat pada anak.beberapa penelitian hanya meneliti secara terpisah yaitu tentang persepsi makan sehat dan perilaku orangtua dalam pemberian makan anak tanpa mencari hubungannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh

mengenai hubungan persepsi dengan perilaku pemberian makan ibu pada anak overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman Yogyakarta. 6 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah Adakah hubungan antara persepsi dengan perilaku pemberian makan ibu pada anak balitayang overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dengan perilaku pemberian makan ibu pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi ibu dalam memberi makanan sehat pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta b. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam memberi makanan sehat pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Ilmu pengetahuan tentang penerapan bagaimana makanansehat yang dilakukan ibu di rumah dapat berkembang lebih maju dan dapat diterapkan dalam ilmu studi serta sebagai referensi untuk studi lebih lanjut bagi penelitian mendatang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Orangtua. 1. Meningkatkan pemahaman orangtua khususnya bagi ibu dalam memberimakanan sehat pada anak di rumah. 2. Memberikan dorongan bagi ibu untuk dapat memberikan makanan sehat pada anak balita dengan mengikuti petunjuk dari rumah sakit atau puskesmas yang mengajarkan atau dapat juga dari buku-buku pedoman makanan sehat pada anak balita. b. Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai gambaran terkait memberi makan sehat pada anak balita dan hasil penelitian dapat menjadi kebijakan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Berbah yang berguna untuk peningkatan pelayanan kesehatan.

8 c. Bagi Peneliti selanjutnya Untuk mengetahui hubungan antara persepsi ibu dan perilaku pemberian makan ibu pada anak balita overweight dan obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Hubungan antara Persepsi dengan Perilaku pemberian makan ibu pada anak balita overweight dan obesitas di wilayah kerja Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan berhubungan dengan masalah ini antara lain : NO Judul penelitian 1 Maternal Feeding Practices and Feeding Behaviors of Australian Children Aged 12 36 Months. (Chan et al., 2010) Tabel1. Keaslian penelitian Metodologi penelitian Penelitian kuantitatif dengan populasi yang diambil yaitu Ibu (N = 740) dari anak-anak berusia 12-36 bulan dan lahir di Australia Selatan yang dipilih secara acak. Hasil penelitian Pada umumnya Ibu percaya diri dalam memberi makan anak-anak mereka. Berdasarkan checklist dari 36 item didapatkan 15% anakanak mengkonsumsi sayuran dalam 24 jam,11% mengonsumsi tanpa buah dan 8 % diikuti dengan jus. Dan didapatkan 75 % ibu sering memperaktikkan makan sehat kepada anaknya dan sepertiganya kadang-kadang. Perbedaan dengan peneliti Penelitian ini tidak membandingkan terkait persepsi ibu mengenai makanan sehat. Tujuan, dan tempat penelitian berbeda. 2 Persepsi tentang makanan sehat pada anak usia sekolah di SDN 02 Duren Sawit Jakarta Timur. (Kurniasih, 2012) Penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Jumlah sampel 77 anak diambil secara acak. Dari sampel yang diteliti didapatkan 54, 5 % anak berpersepsi baik tentang gizi seimbang, 66,3 % anak berpersepsi baik tentang kebutuhan gizi dan 72,7 % berpersepsi baik tentang keamanan makanan. Tujuan, subjek dan lokasi penelitian yang digunakan berbeda.

Tabel 1. Lanjutan 9 3 Hubungan persepsi ibu tentang makanan yang sehat dengan status gizi balita di Posyandu Anggrek I Kelapa Dua. (Budi, 2011). Metode correlation study dengan populasi 38 ibu dan balita. Jumlah sampel yang diambil 35 yang diambil secara purposive sampling dengan instrument kuesioner skala linkert dan dianalisis dengan uji spearmen. Terdapat hubungan persepsi ibu tentang makanan sehat dengan status gizi balita dengan p= 0,001 dan r = 0,555 yang menandakan hubungan kuat dan berpola positif. Peneliti tidak membandingkan persepsi ibu dengan perilaku ibu mengenai makanan sehat yang diberikan kepada anak. Tempat penelitian yang digunakan berbeda. 4 Hubungan pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi seimbang dengan perilaku pemenuhan gizi pada balita 3-5 tahun di Desa Banjarsari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. (Farhan, 2013). Penelitian ini dengan desain kuantitatif analitik dengan desain Cross sectional. Sampel 86 ibu rumah tangga yang dipilih secara proportional random sampling dengan analisis univariat dan bivariat. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi seimbang dengan perilaku pemenuhan gizi pada balita usia 3-5 tahun di Desa Banjarsari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor ( p value = 0.005 dan OR value = 3,482) Variabel, dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.