BAB I PENDAHULUAN. demi kemajuan dan pengabdiannya kepada agama, bangsa dan negara.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tercantum dari tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa peserta didik pada dunia baru yang belum pernah dialami

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dan dipraktekkan. Idealnya pelajaran produktif khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hardy Maulana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya menanamkan pendidikan kepada seseorang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

2015 PENERAPAN BUKU AJAR PADA MATA PELAJARAN DASAR PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN UNTUK KELAS X TPHP SMKN 2 INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

I. PENDAHULUAN. Kelulusan siswa dalam Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/sederajat tahun

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk (kualitatif).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, biologi sebagai proses ilmiah, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, kondisi prestasi belajar siswa SMK Negeri 5 Bandung terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala tersebut disebabkan kurangnya kreatifitas guru-guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. SMK-Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Tanjungsari merupakan. sekolah menengah kejuruan pertanian dengan salah satu kompetensi

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang terlibat dalam pengembangan aktivitas belajar siswa dan upaya mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dimulai dari penguasaan materi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Peserta Didik

BAB 1 PENDAHULUAN. menyiapkan tenaga ahli tingkat pemula dan terampil, harus tanggap terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mictra Gustiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. menonjolnya, terutama pada masyarakat dari negara-negara yang telah

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dikemukakan Sanjaya (2009: 94) bahwa secara deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan solusi permasalahan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

I. PENDAHULUAN. yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu usaha sadar yang disegaja dan terencana dalam mengantarkan manusia untuk menemukan pribadinya sebagai orang dewasa yang dapat berdiri sendiri dan penuh rasa tanggung jawab yang berdasarkan falsafah bangsa, sehingga dirinya mampu mengembangkan daya cipta, rasa dan karsanya demi kemajuan dan pengabdiannya kepada agama, bangsa dan negara. Pendidikan yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai bidang salah satunya yaitu pendidikan di bidang pertanian, hal ini sejalan dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris, oleh karena itu pendidikan pertanian merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Sebagai langkah untuk meningkatkan pendidikan pertanian yaitu dengan adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian. Mata pelajaran di SMK Pertanian terdiri dari tiga bagian yaitu mata pelajaran adaptif, normatif dan mata pelajaran produktif. Mata pelajaran produktif merupakan pelajaran yang banyak diajarkan dan memiliki presentase tertinggi dibandingkan mata pelajaran yang lain. Mata pelajaran produktif yaitu mata pelajaran yang proses pembelajarannya membutuhkan keahlian atau keterampilan 1

2 yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur serta standar kerja yang sesungguhnya, untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan pasar. Selain keterampilan indikasinya adalah seberapa jauh siswa menguasai pengetahuan yang diberikan di sekolah tersebut kemudian diwujudkan dengan prestasi. Menurut Arikunto (2010:27) prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan. Siswa dikatakan tuntas jika telah mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimum 75 sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KTSP SMK). Pada kenyataannya saat penulis melakukan Program Latihan Propesi (PLP) di SMK Negeri 2 Subang Program Studi Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, ternyata proses pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis produksi. Pembelajaran berbasis produksi adalah proses kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara langsung untuk terjun ke lapangan mengikuti produksi. Sedangkan untuk proses pembelajaran didalam kelas dalam penyampaian materi jarang dilakukan oleh guru melainkan dengan cara pemberian tugas. Ketidakseimbangan kegiatan pembelajaran antara pembelajaran berbasis produksi dengan pembelajaran yang dilakukan dikelas menyebabkan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan menjadi kurang optimal. Hal ini yang melandasi penulis untuk melakukan penelitian ini dikarenakan dilihat dari kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk jurusan

3 Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu 80. Sedangkan untuk Nilai siswa pada mata diklat produktif khususnya standar kompetensi pemupukan semester genap tahun ajaran 2011-2012 pada Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura siswa kelas XI menunjukkan 27% siswa memiliki nilai 80, 73% siswa berada pada nilai < 80. Hal tersebut menunjukkan masih banyak siswa yang memperoleh nilai < 80 atau belum memenuhi angka kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya usaha atau tindakan yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperbaiki kinerja sebagai guru dengan mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang menarik. Usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang baru yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Sesuai dengan karakter materi pelajaran yang akan disampaikan didalam kelas, khususnya di kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada standar kompetensi pemupukan yang materi pelajarannya perlu dipahami secara mendalam. Dengan demikian diperlukan kerjasama antara guru dan siswa untuk memahami secara menyeluruh materi yang ada. Kerjasama antar siswa dapat dilakukan dengan membagi kelompok-kelompok kecil. Adanya kelompokkelompok kecil ini terdapat kesesuaian dengan model yang akan diterapkan, yaitu

4 model kooperatif tipe TAI. Alur pembelajaran kooperatif tipe TAI ini didalamnya terdapat diskusi antar siswa yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang didapat dilapangan, maka kooperatif Tipe TAI merupakan model pembelajaran yang mempunyai karakteristik sesuai dengan masalah-masalah yang didapatkan. Sehubungan dengan itu peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran koperatif tipe TAI pada mata pelajaran produktif khususnya standar kompetensi pemupukan di SMK N 2 Subang. Sehingga peneliti mengambil judul penelitian yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Pemupukan di SMK Negeri 2 Subang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Ketidakseimbangan antara pembelajaran produksi dengan pembelajaran dikelas pada Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2. Pemahaman dan penguasaan materi siswa pada standar kompetensi pemupukan masih belum optimal.

5 3. Berdasarkan hasil observasi dilapangan hasil belajar siswa pada standar kompetensi pemupukan masih banyak yang belum memenuhi angka KKM yang ditetapkan sekolah. 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI Program Keahlian APTN SMK Negeri 2 Subang. 2. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk kelas eksperimen. 3. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini hanya meliputi pada aspek penguasaan materi (kognitif) yaitu pretest-posttest dan sikap (Afektif) selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan model pembelajaran konvensional. 1.4 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi pemupukan di kelas XI Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang?

6 2. Bagaimana hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada standar kompetensi pemupukan di kelas XI Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang? 3. Bagaimana perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara yang menerapkan model pembelajaran Konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada standar standar kompetensi pemupukan Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang? 4. Bagaimana aktivitas siswa pada standar kompetensi pemupukan kelas XI di SMK Negeri 2 Subang dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMK Negeri 2 Subang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi pemupukan kelas XI Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang. 2. Mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada standar kompetensi pemupukan kelas XI Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang. 3. Mengetahui perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara yang menerapkan model pembelajaran Konvensional dengan model

7 pembelajaran kooperatif tipe TAI pada standar kompetensi pemupukan Program Keahlian APTN di SMK Negeri 2 Subang. 4. Mengetahui aktivitas siswa pada standar kompetensi pemupukan kelas XI di SMK Negeri 2 Subang dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. 1.6 Manfaat Penelitian Berdasarkan dari tujuan yang dikemukakan diatas, maka setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat dijadikan sebagai alat dan cara belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada standar kompetensi pemupukan. 2. Bagi guru, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif dalam menyampaikan materi kepada siswa khususnya pada standar kompetensi pemupukan. 3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 4. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan keterampilan penggunaan model pembelajaran kooperatif TAI, sebagai

8 langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan masalah-masalah yang tejadi dalam proses pembelajaran standar kompetensi pemupukan. 5. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa. 1.7 Definisi Operasional Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan (KBBI, 2001). Adapun maksud penerapan di sini adalah mempraktikan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada standar kompetensi pemupukan di SMK Negeri 2 Subang. 2. Model Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat. Yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana guru membuat siswa agar dapat memecahkan masalah dengan bekerja sama dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok belajar siswa kecil yang bekerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan suatu masalah, mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan

9 membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mempunyai dampak positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya. Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. 4. Model kooperatif tipe TAI Menurut Suyitno dalam Sanjaya (2008) model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang haterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda-beda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang mebutuhkan bantuan. 5. Hasil Belajar Menurut Nasution dalam Sularmi (2011) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. 6. Pemupukan Pemupukan adalah pengaplikasian bahan/unsur-unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

10 1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, pada bab ini menguraikan tentang belajar dan pembelajaran, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe TAI, model pembelajaran konvensional, hasil belajar, pemupukan, dan hipotesis. BAB III Metodologi Penelitian, pada bab ini menguraikan tentang waktu dan tempat penelitian, rancangan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisa data. BAB VI Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini menguraikan tentang deskripsi data, analisa data dan pembahasan hasil penelitian. BAB V Penutup, pada bab ini menguraikan tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran peneliti setelah melakukan penelitian.