Otonomi Daerah : Formulasi. 3/11/2016 Marlan Hutahaean

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

BAB IV METODA PENELITIAN

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

Panduan diskusi kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

APA ITU DAERAH OTONOM?

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat dalam membela dan membangun tanah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

Desentralisasi dan Devolusi Pengelolaan Sumber Daya Alam. Kuliah Pengelolaan Kolabora/f Sumberdaya Alam Soeryo Adiwibowo

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Membiayai Pengeluaran

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Daerah Provinsi merupakan Otonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari. program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

DAN DAERAH. Oleh Miftah Thoha,Ph.D Guru Besar UGM

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL Hubungan Pusat dan Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Otonomi Daerah yang saat ini sangat santer dibicarakan dimana-mana

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DALAM PERATURAN DAERAH. Oleh : Michael Barama 1

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

Transkripsi:

Otonomi Daerah : Formulasi 1

Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu Desentralisasi : Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI Tugas Pembantuan : Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau dari kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu 2

Dekonsentrasi Desentralisasi Tugas Pembantuan Wilayah Geografis Daerah Provinsi Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa Terminologi Wilayah Administrasi Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten/Kota - Peranan Pimpinan Eksekutif Otoritas Pembuat Kebijakan Wakil Pemerintah Pusat dan menjalankan urusan Pusat Pimpinan tertinggi di daerahnya Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat dan Daerah - Pembiayaan Pemerintah Pusat melalui APBN Pemerintah Daerah melalui APBD Unit Pelaksana Teknis Dinas Provinsi Dinas Daerah Kabupaten/Kota Tergantung pada yang memberikan tugas Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Perangkat Desa Status Kepegawaian Pegawai Pusat Pegawai Daerah Pegawai Pusat, Pegawai Daerah dan/atau Perangkat Desa 3

Otonomi daerah atau desentralisasi bukanlah sematamata bernuansa technical administration atau practical administration saja, tetapi juga harus kita lihat sebagai process of political interaction. Desentralisasi atau otonomi sangat erat kaitannya dengan demokrasi, yang tidak hanya pada tataran nasional, tetapi juga di tataran lokal (local democracy) yang arahnya kepada pemberdayaan (empowering) atau kemandirian daerah. Berdasarkan poin dua di atas, otonomi atau desentralisasi dapat kita lihat paling tidak dari 4 sudut : 4

1. Sudut Politik, sebagai permainan kekuasaan yang dapat mengarah kepada penumpukan kekuasaan yang seharusnya kepada penyebaran kekuasaan (distribution or dispersion of power). Tetapi juga sebagai tindakan pendemokrasian untuk melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. 2. Sudut Teknik Organisatoris, sebagai cara untuk menerapkan dan melaksanakan pemerintahan yang efisien. 3. Sudut Kultural, adanya perhatian terhadap keberadaan atau kekhususan daerah. 4. Sudut Pembangunan, desentralisasi atau otonomi secara langsung memperhatikan dan melancarkan serta meratakan pembangunan. 5

Filosofi formulasi dan implementasi otonomi sesungguhnya berorientasi kepada : a. Realisasi dan implementasi dan filosofi demokrasi; b. Realisasi dari kemandirian secara nasional dan mengembangkan sensitivitas kemandirian daerah pula; c. Melatih daerah dalam mencapai kedewasaannya dan dapat memanage permasalahan dan kepentingannya sendiri sejauh memungkinkan; d. Mempersiapkan political schooling untuk seluruh rakyat; e. Mempersiapkan saluran bagi aspirasi dan partisipasi daerah; dan f. Membuat pemerintah dapat secara optimal mencapai efisien dan efektif. 6

Berasal dari 2 perkataan : Auto Nomous : Sendiri : Memerintah, Mengatur, Mengurus Otonomi Daerah : Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri Menurut UU No. 32/2004 Bab I Pasal 1 butir 5 : Hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. 7

1. Otonomi dalam pengertian political decentralization yang merupakan devolution of power to local government units yang sifatnya area approach. 2. Dekonsentrasi dalam pengertian decentralization of authority to regional units yang sifatnya sectoral approach. 3. Parastatal atau semi otonomi 4. Transfer fungsi pemerintah kepada lembaga-lembaga nonpemerintah. Dalam implementasi pemerintahan di daerah yang nampak menonjol di Indonesia desentralisasi dalam pengertian otonomi dan dekonsentrasi, dengan catatan yang dimaksudkan dengan otonomi bukanlah dalam pengertian devolution secara penuh. (terkait dengan pasal 18 UUD 1945) 8

Utomo (1998), mengemukakan 3 permasalahan utama : 1. Kekuasaan pusat yang terlalu besar sehingga nampak tiadanya distribution of power, melainkan sentralisasi, kewenangan daerah sangat minim. Dalih pusat adalah demi kesatuan dan persatuan dan untuk menghilangkan separatisme atau juga sumber daya (terutama manusia) belum mampu. Konotasinya, penguasa tunggal, daerah adalah daerahnya pusat, pusat adalah pusatnya daerah, dekonsentrasi sama kedudukannya dan pentingnya dengan desentralisasi (akibatnya dekonsentrasi menjadi overshadowing atau membayangi desentralisasi) 2. Permasalahan yang berhubungan dengan keuangan atau sumber pendapatan, dimana terlalu besar dikuasai atau diminta atau dikirimkan kepada atau oleh pusat. 3. Penyerahan urusan yang hanya berupa kegiatan2-kegiatan yg membebani daerah, bukan mengembangkan daerah, baik dalam segi pekerjaan, manajemen, administratif, lebih-lebih dalam segi income daerah. 9

Karena Dati II lebih dekat ke masyarakat Dari sudut administrasi menajemen penanganan pemerintahan di tingkat II secara holistik telah efisien dan efektif. Badan eksekutif dan legislatif lebih objektif dan berakar pada masyarakat setempat sehingga tercipta arus demokrasi dalam mendukung jalannya pemerintahan. Lebih mudah mengenali kebutuhan daerah dan mengembangkan potensi daerah. Lebih mudah mengadakan evaluasi terhadap kelemahan/keberhasilan. Jalannya proses manajemen pemerintahan dan pembangunan relatif lebih cepat dan pengamb ilan keputusan lebih cepat. 10

Kemampuan Keuangan Daerah Kemampuan Ekonomi Daerah Kemampuan Aparatur Daerah Kondisi Geografis Daerah Partisipasi Masyarakat 11

Paramaternya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) : UU N0. 5/1974 Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian Laba BUMD Penerimaan Dinas-dinas Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak Sumbangan dan Bantuan Sumbangan Bantuan 12

% PAD Jumlah Dati II % 0,00 10,00 122 41,78 10,00 20,00 86 29,45 20,10 30,00 43 14,73 30,10 40,00 22 7,53 40,10 50,00 17 5,83 > 50,00 2 0,68 J u m l a h 292 100,00 Sumber : Hasil Riset Fisipol UGM dan Depdagri Tahun 1992 13

PAD/Pengelu aran (%) Jumlah Provinsi Jumlah Kab./Kota 1996/97 2001 1996/97 2001 < 10,00 3 10 151 308 10,00 19,99 4 11 82 23 20,00 29,99 11 3 38 4 30,00 39,99 6 5 13-40,00 49,99 1 1 7 1 > 50,00 2-1 - J u m l a h 27 30 205 336 LPEM-FEUI 1999 dan 2001 dalam Simanjuntak Tahun 2002, hal. 42 14

Ekonomi Sektoral Daerah : 1. Sektor Pertanian 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Sektor Industri Pengolahan 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 3. Sektor Pertambangan 8. Sektor Keuangan 4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 9. Sektor Perbankan Daerah 5. Sektor Bangunan 10. Sektor Jasa-jasa 15

Dilihat dari Sisi Rasio antara Pegawai dengan Jumlah Penduduk : Rasio PNS terhadap jumlah penduduk 1 : 182,88 (183). Paling buruk di Provinsi Kalimantan Barat, yaitu 1 : 378 orang. Paling baik di Sulawesi Tenggara, yaitu 1 : 38 orang. 16

Dilihat dari Sisi Masa Kerja Pegawai didominasi kelompok masa kerja: 0 5 tahun mendominasi di 13 Provinsi; 5 10 tahun mendominasi di 13 Provinsi. Dilihat dari Golongannya : 61,35 % pegawai di Dati II adalah golongan II. Angka terendah di DIY, yaitu 57,38%, dan tertinggi di Provinsi Jambi, yaitu 78,83%. Dari Segi Pendidikan : 54,90 % berpendidikan SLTA dengan variasi antar provinsi 40,14%-79,65%. Pendidikan Tinggi (Diploma-S-1), rerata nasional 7,99% dengan angka terendah 0,05% dan tertinggi 18,35% (Maschab, 1998) 17

Kondisi geografis terbagi atas bagian Barat-Timur. Di Bagian Barat kondisi geografisnya lebih baik daripada bagian Timur Indonesia. Di bagian Barat sendiri, dibedakan antara pulau Jawa dan luar pulau Jawa. Di pulau Jawa, kondisi geografisnya jauh lebih baik daripada di luar pulau Jawa. Di bagian Timur, tentunya kondisi geografis Papua jauh lebih sulit daripada Kalimantan dan Sulawesi. Kondisi geografis dapat pula dibagi atas dataran rendah dan tinggi. Di dataran rendah, kondisi geografis cenderung lebih baik daripada di dataran tinggi. 18

Menjadi salah satu kunci keberhasilan implementasi otonomi daerah. Masalahnya, hampir 32 tahun, masyarakat dijadikan objek atau penonton daripada subjek (pelaku) pembangunan. Pemerintah, terutama pusat, merasa paling mengetahui dan sangat jarang melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan. 19