3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 2 Peta lokasi studi

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

BAB III METODE PENELITIAN. Putih yang terletak di Kecamatan Ranca Bali Desa Alam Endah. Wana Wisata

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

ANALISIS DAN SINTESIS

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

METODOLOGI Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

Gambar 11 Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

19 Oktober Ema Umilia

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

[ TEKNIK PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN]

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

IV KONDISI UMUM TAPAK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB IV ANALISA TAPAK

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III. METODE PENELITIAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Komputer sebagai alat bantu untuk analisis data

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Transkripsi:

3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware berupa laptop dan GPS. 3.3 Batasan Studi Batasan studi penelitian ini sampai pada tahap perencanaan tata ruang Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Perencanaan ini memiliki tujuan untuk mengembalikan fungsi awal Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai daerah resapan air dan penyangga banjir untuk wilayah Jakarta Timur dimana situ ini telah mengalami pendangkalan dan pencemaran dari limbah industri dan rumah tangga di sekitar situ sehingga mempengaruhi ekosistem perairan dari situ itu sendiri. Perencanaan lanskap yang dilakukan juga bertujuan untuk mengakomodasi aktivitas masyarakat sekitar maupun pengunjung situ seperti memancing dan budidaya ikan air tawar sesuai dengan daya dukung dari tapak. Batasan tapak secara administratif merupakan batas jalan terluar dari Kelurahan Kelapa Dua Wetan yang berbatasan dengan Kelurahan Cipayung, Munjul, dan Cibubur. Batas perencanaan pada tiga RW di Kelurahan Kelapa Dua Wetan yang paling dekat dan diduga berpengaruh pada kondisi Situ Rawa Kelapa Dua Wetan, yaitu RW 04, RW 08, dan RW 14 dengan luas total 30,67 Ha. 18

Gambar 3. Batas perencanaan tapak. 19

3.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk penelitian perencanaan lanskap untuk konservasi daerah resapan air ini adalah metode survei dengan tahapan proses yang dimulai dari tahap persiapan, inventarisasi (survei tapak dan pengambilan data terkait penelitian), analisis, sintesis, hingga tahapan perencanaan. Berikut adalah proses perencanaan yang disusun berdasarkan beberapa tahapan : Persiapan Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan Pernyataan keinginan Aspek Fisik- Biofisik Evaluasi Tapak Zona Inti Konservasi Air Tujuan Tapak Hidrologi Topografi Jenis Tanah Penutupan - Lahan Iklim Flora Fauna Aspek Sosial Budaya Aspek Legal Peraturan Kebijakan RTRW Deskriptif Skoring Pemanfaatan Pengembang an Potensi Tapak Penanggulang Kendala dan Danger Signal Zona Penyangga Zona Budidaya Konsep Ruang Vegetasi Sirkulasi Aktivitas dan Fasilitas Rencana Lanskap Rencana Program Tapak Peta Foto Data Gambar 4. Tahapan penelitian. Peta Deskriptif Tabel Diagram Konsep dan Rencana Blok Tahapan penelitian yang akan dilakukan mencakup : a. Persiapan Pada tahap persiapan mencakup kegiatan penetapan tujuan perencanaan, penyusunan rencana kerja dan biaya, pengumpulan informasi 20

tentang program dari instansi. Berikut adalah data yang akan diambil untuk kelengkapan bahan penelitian : Tabel 1. Jenis data dan cara pengambilan. Jenis Data Bentuk Sumber Cara Pengambilan Data Fisik 1. Lokasi, batas, luas, dan Sekunder Bappeda Studi Pustaka Aksesibilitas 2. Iklim Curah Hujan Sekunder BMKG Studi Pustaka Suhu Sekunder BMKG Studi Pustaka Arah Angin Sekunder BMKG Studi Pustaka Kelembaban Udara Sekunder BMKG Studi Pustaka Intensitas Matahari Sekunder BMKG Studi Pustaka 3. Hidrologi Badan Air Sekunder SDAP Studi Pustaka Batas Pasang Surut Sekunder SDAP Studi Pustaka Kadar dan Unsur Primer Lapangan Survei Lapang yang terkandung dalam air Kedalaman Primer Lapangan Survei Lapang 4. Jenis Tanah Jenis dan Sekunder Bakosurtanal Studi Pustaka karakteristik umum, 5 Topografi 6. Penutupan Lahan Primer Lapangan Survei Lapang 7. View Primer Lapangan Survei Lapang Data Biofisik Satwa dan Vegetasi Habitat Primer Lapangan Studi Pustaka Spesies Primer Lapangan Survei Lapang Data Sosial 1. Pengguna Primer BPS Survei Lapang 2. Aktivitas Tapak Primer Wawancara Data Legal Peraturan dan Kebijakan Terkait Penelitian Sekunder Internet Studi Pustaka 21

b. Inventarisasi Tahap inventarisasi dilakukan dengan pengumpulan data awal yang berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak (feel of the land). Data primer didapatkan dari hasil survey lapang dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku-buku acuan, laporan terdahulu dan pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup penelitian. Data yang diambil meliputi data dari aspek fisik dan biofisik, aspek sosial budaya, dan aspek legal berupa peraturan dan kebijakan yang terkait penelitian. Pada tahap inventarisasi aspek fisik dan biofisik yang dikumpulkan berupa data hidrologi, topografi (kemiringan lahan), jenis tanah, penutupan lahan, iklim, dan flora fauna serta aksesibilitas, batas wilayah, dan lokasi administratif Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Aspek sosial budaya mencakup kepadatan penduduk, keberadaan situ terhadap perekonomian serta budaya masyarakat sekitar. Sedangkan aspek legal mencakup peraturan dan kebijakan yang terkait penelitian berupa UU dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Data primer yang diperoleh berupa pengamatan langsung dan pengukuran tapak, hasil wawancara, dan penyebaran kuisioner. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat mendukung kegiatan penelitian terhadap pihak-pihak terkait, seperti pihak pemerintah kota Jakarta Timur, PU bagian Sumber Daya Air (SDA), Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta Timur, dan pihak-pihak lainnya. Penyebaran kuisioner dilakukan terhadap beberapa pengunjung tapak untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap tapak. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai instansi dan pihak terkait tapak dan penelitian berupa peta, data tabel, maupun diagram. Beberapa data yang dicari diperoleh dari berbagai instansi terkait yang mempunyai informasi yang penting untuk kelangsungan penelitian serta hasil penelusuran studi pustaka terkait situ. Data yang diperlukan 22

berupa data yang terkait aspek fisik, sosial, dan legal. Beberapa aspek fisik yang akan dikumpulkan antara lain : a) Lokasi dan aksesibilitas Merupakan informasi mengenai lokasi administratif, batas, luas, dan akses menuju tapak. Informasi ini diperoleh berdasarkan studi pustaka dan pengamatan lapang berupa kondisi eksisting pada tapak. b) Hidrologi Data hidrologi yang diperlukan antara lain informasi mengenai inlet dan outlet situ, titik pasang surut dari Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dan data mengenai kualitas situ serta data mengenai daerah yang memiliki potensi rawan bencana banjir. Data mengenai kualitas situ diperoleh berdasarkan pengamatan lapang dan lewat uji laboratorium terhadap sample yang diambil secara acak pada tapak. Data ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran yang terjadi di situ. Selain itu, peta potensi rawan banjir juga dapat menjadi pertimbangan mengenai perencanaan yang akan dilakukan pada tapak. c) Topografi Merupakan data mengenai kemiringan lahan pada tapak. Berikut adalah klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan Arsyad (2006) : Tabel 2. Klasifikasi kemiringan lahan. Relief Lereng (%) Datar 0-3 Berombak/Landai 3-8 Bergelombang/Agak miring 8-15 Berbukit/Miring 15-30 Agak Curam 30-45 Curam 45-65 Sangat Curam >65 23

d) Jenis tanah Merupakan informasi mengenai jenis tanah yang terdapat pada batas perencanaan. Informasi ini diperoleh dari Bakosurtanal. e) Iklim Merupakan informasi mengenai suhu, intensitas curah hujan, kelembaban, dan kecepatan angin yang terdapat pada lokasi. Data mengenai iklim ini diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). f) Penutupan lahan Merupakan informasi mengenai penutupan lahan yang dibedakan berdasarkan kategori area terbangun, area hijau, lahan kosong, dan badan air. Berdasarkan penutupan lahan maka dapat ditentukan penggunaan lahan yang terdapat pada tapak. g) Kualitas Visual Merupakan informasi mengenai kualitas visual yang terdapat pada tapak. Kualitas visual terbagi menjadi dua yaitu, kualitas baik (good view) dan kualitas yang kurang baik (bad view). Kualitas visual yang baik pada tapak dapat berpotensi menjadi bingkai pemandangan bagi pengunjung sehingga dapat memberikan kesan indah. Kualitas yang kurang baik dapat mengurangi nilai estetika pada tapak sehingga sebaiknya kualitas visual yang kurang baik dapat diberi penghalang atau diperbaiki sehingga memberikan kulitas visual yang baik bagi pengunjung tapak. h) Sarana, prasarana, dan infrastruktur eksisting Merupakan informasi mengenai keadaan serta sarana, prasarana, dan infrastruktur penunjang yang berada pada kawasan eksisting. Aspek biofisik mencakup vegetasi dan satwa dimana dilakukan pengumpulan terhadap informasi mengenai vegetasi dan satwa yang terdapat di tapak berdasarkan survei lapang yang kemudian dispasialkan persebarannya serta kuantitas vegetasi dan satwa yang ditemukan pada kondisi eksisting. 24

Data terkait aspek sosial antara lain mengenai kepadatan penduduk wilayah Ciracas, jumlah penduduk di Kelurahan Kelapa Dua Wetan berikut perbandingan laki-laki dan perempuan yang diperoleh dari kelurahan setempat, mata pencaharian, dan budaya serta aktivitas yang dilakukan pada tapak berdasarkan informasi yang diperoleh dari instansi pemerintahan seperti bappeda dan data kelurahan. Data populasi akan dispasialkan untuk mengetahui persebaran populasinya dan menganalisis pengaruhnya terhadap kelestarian situ. Selain itu, informasi mengenai titik aktivitas pengunjung pada tapak juga dapat menjadi acuan bagi perencanaan yang dilakukan. Informasi yang diperoleh dari hasil kuisioner yang disebarkan kepada 30 responden pengunjung tapak akan dianalisis mengenai persepsi responden terhadap situ dan harapan mengenai keberadaan situ di masa yang akan datang. Hal ini menjadi gambaran mengenai perancanaan yang dilakukan. Aspek legal dilakukan melalui studi pustaka terkait keberadaan dan kelestarian situ serta bagaimana seharusnya tata ruang pada situ. Berdasarkan studi pustaka terdapat dua UU yang dapat dijadikan acuan bagi perencanaan situ, yaitu PP No. 47 Tahun 1997 dan RTRW Kota Administratif Jakarta Timur. c. Analisis Analisis dilakukan pada data yang sudah terkumpul yang mencakup penilaian berbagai aspek. Data fisik dan sosial dianalisis secara kualitatif. Pada tahap analisis akan dilakukan evaluasi tapak secara deskriptif, skoring, maupun overlay beberapa peta terkait. Hasil dari tahap analisis berupa potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan serta penanggulangan kendala dan danger signal sehingga didapatkan suatu zonasi yang akan disintesis lebih lanjut. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Administratif Jakarta Timur, dimana pemanfaatan tata ruang terbagi berdasarkan fungsi yaitu kawasan resapan air, kawasan sekitar situ sebagai kawasan penyangga (buffer) dan kawasan budidaya maka pembagian 25

zonasi kawasan perencanaan dibagi menjadi tiga, yaitu zona inti (resapan), zona penyangga (buffer), dan zona pemanfaatan. Metode analisis yang dilakukan adalah : Analisis skoring berdasarkan kriteria kawasan resapan air yang terdapat pada RTRW Jakarta Timur yaitu kriteria daerah resapan air dan kriteria kawasan pemanfaatan. Berdasarkan RTRW Jakarta Timur suatu kawasan dinyatakan sebagai daerah resapan air apabila memiliki kriteria sebagai berikut : Tabel 3. Kriteria Kawasan Resapan Air (RTRW Jakarta Timur). No Kriteria 1 Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun 2 Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm 3 Kelerengan kurang dari 15%; Sesuai (3) Distribusi CH >2000 mm/tahun Pasir halus yang lebih mudah menyerapkan air ke dalam tanah Kelerengan 0-8% Skor Cukup Kurang Sesuai (2) Sesuai (3) Distribusi CH Distribusi antara 1000- CH kurang 2000 <1000 mm/tahun mm/tahun Tanah berupa lempung Kelerengan 9-15% Tanah berupa liat Kelerengan > 15% No Pengembangan kawasan pemanfaatan (pemukiman) memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah : Tabel 4. Kriteria kawasan pemanfaatan (RTRW Jakarta Timur). Kriteria Sesuai (3) 1 Kemiringan lereng < 15%. Kelerengan 0-8% Cukup Sesuai (2) Kelerengan 9-15% Skor Kurang Sesuai (3) Kelerengan >15% 2 Ketersediaan air terjamin Sumur dan air tanah tersedia dengan baik pada musim hujan dan pada musim kemarau Sumur dan air tanah tersedia namun jumlahnya sedikit Sumur dan air tanah mengalamike keringan pada musim kemarau 26

3 Tidak berada pada daerah resapan air dan rawan bencana Tidak terdapat bangunan maupun perkerasan yang dapat menghambat masuknya air ke dalam tanah Terdapat bangunan di beberapa titik yang sifatnya tidak mengganggu proses peresapan air ke dalam tanah serta tidak melebihi daya dukung sebagai kawasan resapan air Banyak bangunan liar dan perkerasan yang tidak seharusnya berada di sekitar kawasan resapan air. 4 Berada dekat dengan pusat kegiatan Dekat dengan pusat kegiatan dan perkotaan Agak jauh dari perkotaan tapi masih terdapat akses menuju ke perkotaan Jauh dari pusat kegiatan dan perkotaan 5 Aksesibiltas dan sirkulasi transportasi baik dan berorientasi langsung ke jalan arteri/kolektor Dapat diakses dengan mudah dari berbagai jalur arteri maupun kolektor Cukup mudah diakses dari beberapa jalur arteri Sulit untuk diakses dari jalur arteri Berdasarkan PP No. 47 tahun 1997 dimana kawasan sekitar situ merupakan kawasan yang berguna bagi kelangsungan fungsi situ dengan kriteria sepanjang tepian situ dengan lebar proporsional antara 50-100 meter ke arah daratan dari titik pasang tertingginya. Analisis kawasan penyangga merupakan hasil overlay antara peta penutupan lahan, peta hidrologi yang merupakan batas pasang dan surut serta ideal kawasan penyangga berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 yang dispasialkan. Berikut adalah kriteria skoring yang terhadap peta penutupan lahan : 27

Tabel 5. Kriteria penilaian potensi kawasan penyangga. No Kriteria 1 Penutupan dan penggunaan tapak Sesuai (3) Area terbuka hijau mampu menunjang kelangsungan fungsi dan mendukung keberadaan situ menjadi kawasan resapan air Skor Cukup Sesuai (2) Lahan kosong yang dapat difungsikan optimal sebagai kawasan resapan air dengan ditanami vegetasi, selain itu, lahan kosong di sekitar pemukiman dapat dijadikan lapangan Kurang Sesuai (3) Area terbangun yang berada di sekitar situ berupa puing dan perkerasan yang tidak terpakai dapat dijadikan area pendukung di sekitar kawasan penyangga Berikut adalah kriteria penilaian yang mendukung kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai kawasan rekreasi bagi pengunjung situ : Tabel 6. Kriteria penilaian pendukung rekreasi di kawasan lindung. No Kriteria Sesuai (3) 1 Kenyamanan tapak Suhu rendah (24-26 C), terdapat naungan yang membuat pengunjung dapat menikmati situ dengan nyaman Skor Cukup Sesuai (2) Suhu sedang (27-29 C), kurang terdapat naungan sehingga membuat pengunjung kurang nyaman berada lama di tapak Kurang Sesuai (3) Suhu tinggi (>29 C), tidak terdapat naungan pada tapak. 28

2 Kualitas Visual Tidak terdapat penghalang ke arah pemandangan situ 3 Aktivitas pengunjung dan penggunaan tapak Aktivitas rekreasi (pemancingan) dan budidaya ikan yang sesuai dengan daya dukung kawasan sebagai daerah resapan air dan tidak menimbulkan kerusakan serta pencemaran di masa yang akan datang Kurang adanya penataan ruang yang dapat membingkai pemandangan ke arah situ sehingga membuat pengunjung tahan berlamalama di situ Aktivitas pengunjung dan penggunaan tapak hampir melebihi batas daya dukung kawasan dan dapat menimbulkan kerusakan di masa yang akan datang Terdapat penghalang baik berupa tembok penghalang dan vegetasi yang letaknya kurang beraturan serta kondisi lingkungan yang kurang bersih sehingga menyebabkan kualitas visual menjadi buruk Aktivitas pengunjung dan penggunaan tapak telah melebihi daya dukung serta menyebabkan kerusakan dan pencemaran di masa yang akan datang seperti pemakaian bahan kimia berlebih dan membuang sampah atau limbah ke situ Analisis spasial merupakan analisis untuk mendapatkan tata ruang pada kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan untuk pelestarian kawasan serta tata ruang yang dapat mengakomodasi kegiatan rekreasi masyarakat sekitar situ. Hasil analisis skoring kemudian dispasialkan dan di-overlay untuk mengetahui bagian situ yang sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai. Selain itu, peta hidrologi dan penutupan lahan di-overlay menghasilkan peta kesesuaian kawasan penyangga berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 pasal 3 mengenai kriteria kawasan penyangga bagi daerah resapan air seperti situ, yaitu daratan sepanjang tepian situ dengan lebar proporsional antara 50-100 meter ke arah darat dari titik pasang tertinggi. 29

Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk data sarana, prasarana serta infrastruktur yang tedapat di kawasan (eksisting) dengan menbuat penjelasan secara deskriptif. Data spasial seperti sebaran vegetasi, satwa, dan populasi serta tingkat aktivitas pengunjung terhadap tapak dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis disajikan dalam bentuk peta dan penjelasan tertulis. d. Sintesis Pada tahap sintesis hasil analisis yang telah diperoleh membagi kawasan penelitian menjadi tiga zona, yaitu zona kawasan lindung, zona kawasan penyangga, dan zona kawasan pemanfaatan. Zona inti diperoleh berdasarkan titik pasang tertinggi dari tapak ke arah daratan sesuai dengan PP No. 47 Tahun 1997. Zona penyangga merupakan pembatas antara zona inti dan zona budidaya. Zona penyangga dipenuhi vegetasi yang berfungsi untuk mendukung zona inti agar dapat diperthankan sesuai fungsinya. Zona pemanfaatan merupakan zona pengembangan yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat. Pembagian zona ini dilakukan agar Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dapat tetap mempertahankan keberadaan dan kelestarian fungsinya. Hasil tahap sintesis berupa konsep dasar perencanaan dan rencana blok. e. Perencanaan Pada tahap perencanaan konsep dasar akan dikembangkan menjadi konsep tata ruang, konsep vegetasi, konsep sirkulasi, dan aktivitas serta fasilitas pendukung yang akan direncanakan pada tapak. Hasil dari tahap perencanaan ini berupa rencana lanskap secara keseluruhan dan rencana program pendukung. Pada rencana lanskap disertakan potongan dan ilustrasi mengenai rencana yang akan diterapkan pada tapak. 30