BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 2. Layout Rancangan Acak Lengkap B2 C1 A2 B3

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Y = 505,157 0,002 X1 + 0,222 X2 233,626 X3 + 0,153 X4 + 0,493 X5

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

Tata Cara penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby yang Ditumpangsarikan dengan Edamame (Mitra Tani)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Kemiringan Lahan: 0-15%

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

DAFTAR TABEL. 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza... 11

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

BUDIDAYA TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica rapa var. Parachinensis L. ) DENGAN PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan

II. METODE PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,

BUDIDAYA PAKCHOY (Brassica rapa var. chinensis L.) DI PEKARANGAN RUMAH MENGGUNAKAN PUPUK DAUN GANDASIL D TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

Transkripsi:

26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Tinggi Tanaman Sawi Hijau Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamatan, salah satu pengamatan tersebut yaitu mengukur tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanman ini dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal tanaman hingga ujung daun setelah daun ditangkupkan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali selama masa tanam sawi hijau. Tinggi tanaman sawi pada umumnya berukuran 20-30 cm. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil tinggi tanaman sawi yang kontrol atau tanpa perlakuan rata-rata tinggi tanaman... sawi hijau kontrol (P0C0) memiliki ukuran kecil karena sawi tersebut tidak diberikan pupuk susulan selama masa tanam. Sawi hijau dengan perlakuan kurang dari dosis pupuk (P1C1) memiliki tinggi tanaman rata-rata... sawi hijau dengan perlakukan kurang dari dosis pupuk memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 0,05 kg SP36, 0,05 kg NPK dan 5 gr pupuk Gandasil per bedengan. Sawi hijau dengan perlakuan sesuai dosis pupuk (P2C2) memiliki tinggi tanaman rata-rata... sawi hijau yang diberikan pupuk sesuai dosis yaitu 0,10 kg SP36, 0,10 kg NPK dan 10 gr pupuk Gandasil per bedengan. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3) yaitu 0,15 kg SP36, 0,15 kg NPK dan 15 gr pupuk Gandasil per bedengan memiliki rata-rata tinggi tanaman... berdasarkan dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa sawi hijau yang diberikan pupuk padat dan pupuk cair lebih dari dosis memiliki tinggi yang lebih dibandingkan dengan sawi hijau kontrol atau tanpa perlakuan, sawi hijau dengan perlakuan kurang dari dosis dan sawi hijau dengan perlakuan sesuai dosis. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada grafik 4.1.

27 2. Jumlah Daun Sawi Hijau Jumlah daun pada sawi hijau berbeda beda. Jumlah daun sawi hijau setiap minggu ada yang mengalami penambahan dan ada pula yang tidak mengalami penambahan jumlah daun. Selama kegiatan budidaya dilakukan pengamtan jumlah daun pada setiap minggunya. Daun yang dihitung yaitu daun yang telah merekah. Dilihat dari grafik 3,2, sawi hijau kontrol atau tanpa perlakuan (P0C0) memiliki jumlah daun rata-rata 4 helai daun. Setiap minggunya mengalami penambahan 1 helai daun, hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya asupan nutrisi dan unsur hara untuk sawi dapat tumbuh karena sawi hijau kontrol tidak diberikan pupuk susulan selama masa tanam sehingga sawi hanya mengandalkan nutrisi yang terkandung dalam tanah yang telah diberikan pupuk dasar. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki jumlah daun rata-rata 5 helai. Sawi hijau yang diberikan pupuk susulan kurang dari dosis memiliki jumlah daun 1 helai lebih banyak dibandingkan sawi hijau tanpa perlakuan. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) meiliki jumla daun rata-rata 6 helai daun. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai memiliki selisih jumlah daun lebih banyak 2 helai dari sawi hijau tanpa perlakuan dan selisih 1 helai daun dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3) meiliki jumlah daun rata-rata 7 helai daun. Jumah sawi hijau dengan perlakun pupuk lebih dari dosis memiliki selisih 3 helai dari sawi hijau tanpa perlakuan, selisih 2 helai dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis dan selisih 1 helai dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sawi hijau dengan peralkuan pupuk lebih dari dosis memiliki jumlah daun yang lebih banyak.

28 3. Lebar Daun Sawi Hijau Pengamatan lebar daun dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam sampai 30 hari setelah tanam. Pengukuran lebar daun dilakukan dengan cara mengukur daun terlebar pada setiap sampel tanaman. Daun diukur mulai dari tepi daun sebelah kiri sampai pada tepi daun sebelah kanan dengan menggunakan penggaris. Bagian daun yang diukur yaitu bagian tengah daun. Pengukuran ini dilakukan setiap 1 minggu sekali. Dilihat dari grafik 4.3, sawi hijau tanpa perlakuan memiliki rata-rata lebar daun... Berdasarkan hasil pengamatan, lebar daun yang paling lebar yaitu sawi hijau dengan perlakuan pupuk padat dan pupuk cair dengan dosis lebih. Sawi dengan dosis pupuk cair lebih memiliki daun yang lebih lebar dibandingkan dengan sawi tanpa perlakuan, perlakuan pupuk kurang dari dosis dan perlakuan sesuai dosis 4. Panjang Akar Sawi Hijau Sawi hijau yang telah berumur 30 hari siap dilakukan pemanenan. Sawi yang telah dipanen, dibersihkan dari tanah yang masih menepel pada akar, setelah itu dilakukan pengukuran panjang akar yang dilakukan dengan cara mengukur akar dari pangkal hingga ujung akar. Sawi hijau memiliki akar serabut, oleh karena itu akar yang diukur adalah akar yang terpanjang. Pengukuran dilakukan menggunakn penggaris. Berdasarkan grafik 4.4, panjang akar sawi hijau tanpa perlakuan (P0C0) memiliki rata-rata 3,96 cm. Sawi hijau tanpa perlakuan meiliki akar yang pendek karena sawi hijau kekurangan asupan nutrisi dan unsur hara untuk membentuk dan memperpanjang akar. Sawi hijau tanpa perlakuan selama masa tanam tidak diberikan pupuk susulan sehingga hal itu berpengaruh pada pertumbuhan akar sawi. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki panjang akar rata-rata 4,11 cm. Panjang akar sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis memiliki selisih 0,15 cm dari panjang akar sawi tanpa perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa, sawi

29 hijau yang diberi pupuk susulan dengan takaran kurang dari dosis dapat memperpanjang pertumbuhan akar sawi hijau. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki panjang kar rata-rata 4,44 cm. Panjang akar sawi dengan perlakuan pupuk sesuai dosis memiliki selisih 0,48 cm dari sawi hijau tanpa perlakuan dan selisih 0,33 cm dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis. Pemberian pupuk sesuai dengan dosis menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih panjang dibnadingkan dengan sawi tanpa perlakuan dan sawi dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3) memiliki panjang akar rata-rata 5,15 cm. Berdasarkan hasil pengamatan, panjang akar sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis yang paling panjang dibandingkan sai hiaju tanpa perlakuan, sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis dan sawi hijau dengan perlakuan sesuai dosis. 5. Jumlah Akar Sawi Hijau Sawi hijau memiliki jenis akar serabut. Akar sawi hijau berukuran kecil dengan jumlah yang banyak. Sawi yang telah dipanen dan dibersihkan, dihitung jumlah akar serabutnya. Berdasarkan grafik 4.5, sawi hijau tanpa perlakuan (P0C0) memiliki jumlah akar rata-rata 9 akar serabut. Dibandingkan dengan jumlah akar yang lain, jumlah akar sawi hijau tanpa perlakuan paling sedikit. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) meiliki jumlah akar rata-rata 16 akar. Jumlah akar tersebut lebih banyak 7 akar serabut dibanding jumlah akar sawi hijau tanpa perlakuan. Pemberian pupuk susulan 0,10 kg (campuran SP36 dan NPK) dan 5 gr pupuk gandasil berpengaruh pada pertumbuhan akar serabut sawi. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki jumlah akar rata-rata 19 akar serabut. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis memiliki selisih 10 akar serabut dari sawi hijau tanpa perlakuan dan selisih 3 akar serabut dari sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis. Berdasarkan selisih tersebut terlihat bahwa akar serabut banyak tumbuh apabila pemberian pupuk disesuaikan dengan dosis. Berdasarkan grafik 3.5, jumlah akar yang paling banyak yaitu jumlah akar sawi hijau dengan perlakuan pupuk

30 lebih dari dosis (P3C3) sebanyak 20 akar serabut. Berdasarkan perlakuan dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pupuk yang diberikan lebih banyak akan mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah akar serabut sawi. Semakin banyak jumlah akar semakin banyak air dan nutrisi yang diserap oleh akar yang kemudian diangkut dan disebarkan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baim dan lebih besar dibnadingkan sawi yang meiliki jumlah akar serabut sedikit. 6. Berat Sawi Hijau Sawi hijau yang telah dipanen dan dibersihkan, kemudian ditimbang satu per satu. Sawi hijau ditimbang tanpa akarnya. Sawi hijau tanpa perlakuan (P0C0) memiliki berat rata-rata 59,93 gram. Tanpa pemberian pupuk susulan berpengaruh pada pertumbuhan dan berat sawi pada saat dipanen. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki berat rata-rata 78,36 gram. Dibandingkan sawi hijau tanpa perlakuan, sawi ini lebih berat 18,43 gram. Hal tersebut dipengaruhi oleh pemberian pupuk susulan yang dapat memacu pertumbuhan dan berat sawi. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki berat rata-rata 90,85 gram. Sawi ini memiliki berat 30,92 gram lebih berat dari sawi hijau tanpa perlakuan dan 12,49 gram lebih berat dari sawi hijau dengan perlakuan kurang dari dosis. Berdasarkan grafik 4,6 dapat dilihat bahwa sawi hijau dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis (P3C3) memiliki berat rata-rata paling besar yaitu 95,39 gram. Berdasarkan hasil tersebut menujukkan bahwa sawi yang diberi pupuk susulan denga dosis lebih memiliki berat yang lebih dibandingkan yang lain. 7. Berat Sawi Hijau/m 2 Sawi hijau yang telah dipanen dan dibersihkan kemudian ditimbang per bedengan kemudian dibagi dengan ukuran bedengan. Berat sawi hijau/m 2 tanpa perlakuan (P0C0) memiliki berat rata-rata 1578,8 gram. Sawi dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis (P1C1) memiliki berat rata-rata 1881,9. Sawi dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis memiliki 305,5 gram lebih berat dari sawi hijau tanpa perlakuan. Sawi hijau dengan perlakuan pupuk sesuai dosis (P2C2) memiliki berat rata-rata 1917,7 gram. Selisih berat sawi 338,9 dari sawi tanpa

31 perlakuan dan selisih 35,8 gram dari sawi dengan perlakuan pupuk kurang dari dosis. Berdasarkan grafik 4.7 menunjukkan bahwa sawi dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis memiliki rata-rata berat yang paling besar yaitu 2273,9 gram. Hal ini menunjukkan bahwa sawi dengan perlakuan pupuk lebih dari dosis adalah sawi dengan pertumbuhan yang paling baik sehingga menghasilkan sawi yang memiliki berat yang lebih dibandingkan yang lain. B. Analisis Usaha Tani Untuk mengetahui apakah usaha budidaya mentimun layak dijalankan atau tidak maka dilakukan analisis usaha tani, dan berikut adalah rincian analisis usaha tani Pemberian Pupuk dan Pupuk Cair Anorganik Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau : Tabel 4.7 Rincian Biaya Pemberian Pupuk dan Pupuk Cair Anorganik Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau Keterangan Frekuensi Harga Umur Jumlah Biaya Tetap Sewa Lahan 300 m² Rp 300.000 1 Rp 300.000 Sprayer kecil 1 unit Rp 50.000 1 Rp. 1.416 Cangkul Pisau 1 unit 1 unit Rp 100.000 Rp 25.000 1 1 Rp 694 Rp 173 Gembor 1 unit Rp 40.000 1 Rp 1.666 Total Biaya Tetap Rp 303.949 Biaya Variabel Benih 1 pack Rp 15.000 Rp 15.000 Polybag 8 pack Rp 5.000 Rp 40.000 Tenaga kerja Borongan Rp 200.000

32 Pemupukan dasar Pupuk organik Pupuk SP36 NPK Pemupukan susulan Pupuk SP36 NPK Gandasil D Pemeliharaan Dursban Total biaya Variabel 25 kg 4,8 kg 4,8 kg 7,2 kg 7,2 kg 720 gram 25 ml Rp 25.000/ sak (40 kg) Rp 8.000/kg Rp 10.000/kg Rp 8.000/kg Rp 10.000/kg Rp 10.000/ 100 gram Rp 28.000/ 250 ml Rp 15.625 Rp 38.400 Rp 48.000 Rp 57.600 Rp 72.000 Rp 72.000 Rp 2.800 Rp 561.425 Total Biaya Rp 865.374 Tabel 4.8 Produksi dan Penerimaan Pemberian Pupuk dan Pupuk cair Anorganik Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau Produksi Harga/ikat Penerimaan 2.750 sawi (392 ikat) Rp 3000 Rp 1.176.000 Tabel 4.9 Biaya dan Keuntungan Usaha Pemberian Pupuk dan Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Sawi Hijau untuk Satu Kali Masa Tanam (1 Bulan) No Keterangan Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Penerimaan Keuntungan BEP Harga BEP Produksi R/C Ratio B/C Ratio Rp 303.949 Rp 561.425 Rp 865.374 Rp 1.176.000 Rp 310.626 Rp 573.488 193 1,35 (R/C > 1, layak) 0,35 1) Biaya Tetap = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 303.949 + Rp 561.425 = Rp 865.374

33 2) Penerimaan = Harga x Hasil Produksi = Rp 3.000 x 392 = Rp 1.176.000 3) Keuntungan = Penerimaan Total Biaya Produksi = Rp 1.176.000 Rp 865.374 = Rp 310.626 4) Break Event Point (BEP) a. BEP Harga = = Biaya Tetap biaya variabel 1 penerimaan 303.949 1 561.425 1.176.000 = 303.949 1 0,47 = Rp 573.488 b. BEP Produksi = 5) R/C Ratio = 6) B/C Ratio = = = Biaya Tetap biaya variabel harga produk produksi 303.949 3.000 561.425 392 303.949 3.000 1.432 = 303.949 1.568 = 193 Total Penerimaan Total Biaya Produksi = 1.176.000 865.374 = 1,35 (R/C > 1, layak) Keuntungan Total Biaya Produksi = 310.626 865.374 = 0,35

34 Penjelasan : Biaya total yang diperlukan untuk pemberian pupuk dan pupuk cair anorganik terhadap pertumbuhan sawi hijau sebesar Rp 865.374. Biaya ini diperoleh dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu Rp 303.949 ditambah dengan biaya variabel Rp 561.425. Hasil yang didapat dalam satu kali masa tanam adalah 392 ikat. Harga jual sawi hijau yaitu Rp 3.000/ikat, maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.176.000. Dari total penerimaan yang ada dapat diketahui R/C Ratio senilai 1,35 yang berarti bahwa usaha pemberian pupuk dan pupuk cair anorganik terhadap pertumbuhan sawi hijau ini layak dijalankan. Nilai Laba yang didapatkan sebanyak Rp 310.626. Keuntungan didapatkan dari total pendapatan dikurangi dngan total biaya/masa tanam. Break event point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi. BEP tiap sekali masa tanam didapat sebesar Rp 573.488. Artinya penjualan sebesar Rp 573.488 tiap masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). Pada BEP produksi sawi hijau dalam sekali masa tanam perlu menjual 193 ikat agar mencapai Break Event Point (BEP). Menurut Jumingan (2006), analisis Break Even Point diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. B/C Ratio sebesar 0,35 menggambarkan bahwa dari Rp 100,- modal yang ditanam akan diperoleh keuntungan Rp 35. Hasil B/C Ratio yang rendah menunjukan bahwa usaha tani sawi hijau tersebut kurang efisien. Nilai B/C Ratio diperoleh dengan cara membagi nilai keuntungan dengan nilai total biaya produksi pada budidaya mentimun dalam satu kali musim tanam. Hal ini dapat dilihat dari B/C Ratio yang menunjukan keuntungan yang didapat dari modal yang sudah ditanamkan.