sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

dokumen-dokumen yang mirip
B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama minyak sangat menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya, karena asam

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Aktivitas NZA dan NCA pada Peningkatan Beberapa Variabel Kualitas (Refreshing) Minyak Goreng Bekas dengan Reaktor Fluid Fixed-Bed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak merupakan triester asam lemak dengan gliserol. Trigliserida alami

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan tiga molekul asam lemak. Di alam,bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

SINTESIS METIL ESTER ASAM LEMAK DARI MINYAK KELAPA HASIL PEMANASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PEMUCAT TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG BEKAS KERIPIK BUAH

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng

DEFINISI. lipids are those substances which are

PENCEGAHAN PEMBENTUKAN ASAM LEMAK TRANS MINYAK KELAPA SAWIT

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolestrol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR EKSTRAKSI MINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK GORENG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan ke Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. bakar alternatif merupakan suatu bagian dari proses energi terbarukan yang tidak

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Makanan gorengan menjadi hal yang tidak terlepas dari konsumsi masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PENGARUH PENAMBAHAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG YANG MENGALAMI PEMANASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak merupakan golongan lemak. Minyak adalah lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

TEKNOLOGI MINYAK DAN LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari hewan, misalnya ikan sarden, ikan paus (Angelina, 2012).

Bab II Tinjauan Pustaka

LEMAK/LIPID Oleh: Susila Kristianingrum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Fungsi lemak sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

STANDART KOMPETENSI INDIKATOR MATERI EVALUASI DAFTAR PUSTAKA

Transkripsi:

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari 2310 030 003 2. Arina Nurlaili R 2310 030 081 24 juni 2013

Latar Belakang Penggunaan minyak goreng secara terus menerus dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada minyak goreng. Hal inilah yang melatar belakangi untuk mengetahui intensitas penggorengan maksimal dan temperatur yang terbaik untuk menggoreng dengan proses deep frying.

Tujuan 1. Mengetahui kerusakan minyak akibat penggorengan lebih dari 1 kali dan hubungannya dengan terbentuknya FFA pada suhu 130, 150 dan 170 C. 2. Mengetahui kerusakan minyak akibat penggorengan lebih dari 1 kali dan hubungannya dengan terbentuknya peroksida pada suhu 130, 150 dan 170 C.

Tinjauan Pustaka Minyak dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya, yakni : 1. Minyak dengan asam lemak jenuh (minyak kelapa). 2. Minyak dengan asam lemak tak jenuh (minyak sawit). 3. Minyak dengan asam lemak trans (lemak hewan). (ketaren, 2005)

Keunggulan minyak kelapa Minyak kelapa memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dari aspek kesehatan yaitu mengandung asam laurat tinggi yang baik untuk kesehatan (sebagai antibody).

Stabilitas Minyak goreng Menurut Blumethal (1996), minyak yang dipanaskan akan menimbulkan berbagai perubahan yang terjadi pada minyak dan menghasilkan komponen flavor (rasa gurih) tetapi terbentuk peroksida dan FFA (mengganggu kesehatan).

Proses penggorengan Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah.

Sistem menggoreng bahan pangan pada umumnya terdapat dua cara :

HIDROLISIS MINYAK

Oksidasi Minyak

Metodologi percobaan Persiapan bahan dan alat proses deep frying Analisa FFA dan Angka Peroksida minyak goreng sebelum proses deep frying Deep frying : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 kali pada suhu 130, 150 dan 170 o C

Analisa FFA dan Angka Peroksida minyak goreng setelah proses deep frying pada masing-masing penggorengan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 kali dengan masing masing suhu 130, 150 dan 170 C. (skala lab) Analisa FFA dan Angka Peroksida minyak gorengsetelah proses deep frying pada masing-masing penggorengan 7dan 17 kali dengan masing masing suhu 150 C. (skala home industri) Pembahasan hasil analisa FFA dan Angka Peroksida minyak goreng setelah proses deep frying ( mengacu SNI) Neraca Massa, Neraca Panas dan analisa Ekonomi SNI 01-3741-2002 Kesimpulan dan saran Angka Peroksida 1 meq/kg FFA 0,3 % Kadar Air 0,3 %

Skala Industri Rumahan

Analisa FFA

Analisa angka Peroksida KI+Kloroform+ Asam asetat

Analisa Kadar Air

Hasil Percobaan FFA Intensitas Penggorengan (kali) suhu FFA (%) suhu FFA (%) suhu FFA (%) 0 0,053 0,053 0,053 1 0,064 0,069 0,085 2 0,076 0,078 0,090 3 130 C 0,080 150 C 0,086 170 C 0,095 4 0,087 0,091 0,099 5 0,093 0,099 0,102 6 0,103 0,109 0,111

Kadar Air Intensitas penggorengan (kali) Suhu kadar air (%) Suhu kadar air (%) Suhu kadar air (%) 1 0,29 0,26 0,23 2 0,21 0,18 0,18 3 0,17 0,16 0,14 130 C 150 C 170 C 4 0,16 0,13 0,11 5 0,13 0,12 0,09 6 0,10 0,08 0,05

ANGKA PEROKSIDA Intensitas penggorengan (kali) Suhu peroksida (mgek/kg) Suhu peroksida (mgek/kg) Suhu peroksida (mgek/kg) 0 0,70 0,70 0,70 1 0,92 1,27 1,40 2 1,28 1,44 1,68 3 130 C 1,71 150 C 1,88 170 C 2,11 4 1,79 2,26 2,98 5 2,16 2,90 3,39 6 2,87 3,46 4,63

Hasil Analisa skala Industri Banyaknya Bilangan pengggorengan Peroksida (Kali) (mg/kg) 0 0,7 7 5,9 17 46,05 Banyaknya FFA Penggorengan (Kali) 0 0,05 7 0,08 17 0,08

Pembahasan Grafik Hubungan FFA dengan intensitas Penggorengan pada suhu 130, 150 dan 170 C. 0,350 0,300 0,250 FFA (%) 0,200 0,150 0,100 0,050 130 C 150 C 170 C SNI 0,000 0 1 2 3 4 5 6 7 intensitas penggorengan (kali)

Grafik Hubungan Bilangan Peroksida (mg/kg) dengan intensitas Penggorengan pada suhu masuk bahan 130, 150 dan 170 C. bilangan peroksida (mgrek/1000 g) 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 0 1 2 3 4 5 6 7 intensitas penggorengan (kali) 130 C 150 C 170 C SNI

Grafik Hubungan Kadar Air (%) dengan intensitas Penggorengan (kali) pada suhu masuk bahan 130, 150 dan 170 C. 0,350 0,300 kadar air (%) 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 130 C 150 C 170 C SNI 0,000 0 1 2 3 4 5 6 7 intensitas penggorengan (kali)

Grafik Hubungan FFA dengan intensitas Penggorengan 0,35 0,3 0,25 FFA (%) 0,2 0,15 0,1 0,05 FFA SNI 0 0 5 10 15 20 intensitas penggorengan (kali)

Grafik Hubungan Bilangan Peroksida (mg/kg) dengan intensitas Penggorengan bilangan peroksida (mg/kg) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 bilangan peroksida SNI 0 5 10 15 20 intensitas penggorengan (kali)

kesimpulan Pada kondisi suhu 130, 150 dan 170 C dengan penggorengan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 kali menujukkan bahwa nilai FFA pada minyak bekas penggorengan adalah < 0,3 % (SNI 01-3741-2002). Pada kondisi suhu 150 dan 170 C dengan penggorengan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 kali menujukkan bahwa nilai Bilangan peroksida tidak memenuhi SNI > 0,3 meq (SNI 01-3741-2002), kecuali pada suhu 130 C dengan penggorengan 1 sebesar 0,92 memenuhi SNI dan 2 kali sebesar 1,2 sedikit melebihi SNI. Pada skala home industri 7 dan 17 kali semuanya tidak memenuhi SNI Kondisi terbaik penggorengan 1 sampai 2 kali pada suhu 130 C dengan penbandingan minyak dan bahan 1:12.

terimakasih

Asam Lemak Asam organik yg tdp sbg ester, trigliserida atau lemak dan berupa asam karboksilat O R C OH Rantai C jenuh : rantai karbon yg tdk mengandung ikatan rangkap, sebaiknya disebut rantai C tidak jenuh Asam lemak jenuh Rumus Titik lebur Asam butirat C 3 H 7 COOH -7,9 Asam kaproat C 5 H 11 COOH -1,5 sampai -2,0 Asam palmitat C 15 H 31 COOH 64 Asam stearat C 17 H 35 COOH 69,4 Asam lemak tidak jenuh Asam oleat C 17 H 33 COOH 14 Asam linoleat C 17 H 31 COOH -11 Asam linolenat C 17 H 29 COOH cair pada suhu sangat rendah

ANGKA PEROKSIDA Angka peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida di dalam minyak akibat proses oksidasi. Minyak atau lemak dioksidasi dari ikatan rangkapnya menyebabkan lemak lebih kental dan keras. Aksi oksidasi adalah : pada atom kaarbon dekat ikatan rangkap yang menghasilkan hidroperoksida yang dapat dilihat pada gambar 1.

Kemudian dari hidroperoksida terbentuk keton atau aldehida yang tak jenuh yang dapat dilihat pada gambar 2. C H 2 CH CH C=O CH 2 CH 2 CH CH CHOOH CH 2 CH 2 CH CH CHO Keton tak jenuh Hidroperoksida aldehida tak jenuh