BAB I PENDAHULUAN. menargetkan produksi gula 5,7 juta ton pada tahun 2015 nanti. Salah satu upaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan salah satu penyumbang devisa negara terbesar dibidang perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam Surat Asy-Syu araa (26):7 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika.di Indonesia tebu banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sinar matahari sepanjang hari, akan tetapi mendapat curah hujan yang

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

Tipe perkecambahan epigeal

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. industri. Menurut Napiah (2009) ketersediaan BBM indonesia hanya akan mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Repositori FMIPA UNISMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat dan diperkirakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Respons Pertumbuhan Bud Set Tebu (Sacharum officinarum L.) Pada Beberapa Umur Bahan Tanam dan Konsentrasi IBA

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

أ و ل م ی ر ال ذ ین ك ف ر وا أ ن ال سم او ات و الا ر ض ك ان ت ا ر ت ق ا ف ف ت ق ن اھ م ا و ج ع ل ن ا م ن ال م اء ك ل ش ي ء ح ي أ ف لا ی ؤ م ن و ن

BAB I PENDAHULUAN. dan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi. Keanekaragaman

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum) di Pottray

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit diare. Diare menjadi penyakit berbahaya dengan peringkat ke-3

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

EFEKTIVITAS KONSENTRASI GIBERELIN (GA3) PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI (Coffea canephora) DALAM MEDIA CAIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

AYAT AL-QUR AN TENTANG PERINTAH MENJAGA LINGKUNGAN DISUSUN OLEH: FUAD, M.Pd.I

BAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ)

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) :

PENGARUH KONSENTRASI ROOTONE-F TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR STEK DAUN Sansivieria trifasciata lorentii

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

Pertanyaan : Apa yang dapat anda katakan pada kami tentang Bumi

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

Berkahilah untuk ku dalam segala sesuatu yang Engkau keruniakan. Lindungilah aku dari keburukannya sesuatu yang telah Engkau pastikan.

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (39):

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. 1

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas penting sebagai bahan baku utama penghasil gula yang memiliki banyak manfaat dalam rumah tangga maupun industri (makanan, minuman, alkohol/bahan bakar dan sebagainya) (Naiola, 1986). Konsumsi gula di Indonesia terus mengalami peningkatan mengikuti pertambahan jumlah penduduk. Menurut Pusat Penelitian Pabrik Gula Indonesia (P3GI) (2014), program swasembada gula nasional menargetkan produksi gula 5,7 juta ton pada tahun 2015 nanti. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah rehabilitasi tanaman tebu dan penataan varietas. Program ini memerlukan bibit tebu dalam jumlah besar, yaitu sekitar 8 milyar bagal siap didistribusikan. Kebutuhan bibit tersebut tidak dapat dipenuhi dari penyediaan bibit unggul secara konvensional karena rendahnya tingkat penangkaran dan rentang waktu yang lama sehingga berpotensi terjadi akumulasi penyakit sistemik yang dapat menurunkan potensi produktivitas gula. Produktivitas gula nasional ditentukan oleh adanya penyediaan varietas tebu unggul. Salah satu tebu yang dikembangkan oleh petani adalah tebu varietas Bululawang (BL). Tebu ini berasal dari Malang Selatan Kecamatan Bululawang. Tebu varietas BL lebih banyak dikembangkan karena memilki bobot panen yang lebih tinggi daripada varietas lain (P3GI, 2004). Dalam upaya peningkatan 1

2 produktivitas tebu, pemerintah telah menyediakan bibit tebu hasil kultur jaringan. Teknik kultur jaringan menawarkan perbanyakan bibit tebu unggul secara cepat dan berkualitas. Bibit asal kultur jaringan (G0) dapat menghasilkan bibit generasi pertama(g1), dan dari bibit G1 dapat dihasilkan bibit generasi kedua (G2). Bibit yang diperoleh pada generasi kedua relatif seragam serta sehat dan murni varietasnya. Bibit yang berasal dari kultur jaringan hanya memiliki bobot 60% dari bobot budset sehingga hal ini akan memudahkan pengiriman jarak jauh (Septiani, 2011). Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengiriman bibit ialah jangka waktu pengiriman dari P3GI ke tempat yang disimulasikan dalam penyimpanan bibit. Menurut Idaryani (2012) masalah dalam penyimpanan bibit sering kali menjadi kendala utama yang menghambat penyediaan bibit bermutu. Daya pertumbuhan tunas dapat menurun dengan cepat selama masa penyimpanan. Septiani (2011) menjelaskan bahwa, pada saat penyimpanan bibit mengalami penurunan kadar air, sedangkan daya berkecambah bergantung pada kadar air yang terdapat dalam mata buku ruas batang. Oleh karena itu dianjurkan agar bibit tebu sebelum ditanam diberi perlakuan yang berfungsi untuk mencegah pengeringan dan kerusakan pada buku saat bibit ditanam di lapang sehingga dapat memacu daya pertumbuhan tunas pada bibit. Bibit yang belum ditumbuhkan tampak seperti bibit yang mati, karena tidak terdapat tanda-tanda pertumbuhan. Akan tetapi bibit tersebut tetap mengalami

3 metabolisme untuk mempertahankan diri sampai pada masa tanam. Hal ini juga dijelaskan di dalam Firman Allah SWT surat Al-an am (6) ayat 95: إ ن للا ف ال ق ال ح ب و الى و ى ي خ ر ج ال ح ي م ه ال م يت و م خ ر ج ال م يت م ه ال ح ي ذ ل ك م للا ف أ و ي ت ؤ ف ك ون Artinya: sesungguhnya Allah menumbuhkan butirtumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? Maksud dari ayat tersebut menurut tafsir maudhu i menjelaskan bahwa semenjak awalnya, Allah SWT telah mengeluarkan kehidupan dari kematian.di alam ini belum terdapat kehidupan, lalu terjadilah kehidupan yang dikeluarkan Allah SWT dari kematian. Dan sejak saat itu, kehidupan keluar dari sesuatu yang mati, lalu berubahlah atom-atom yang mati dalam waktu sekejap melalui perantara zat-zat yang hidup menjadi materi-materi fisik yang hidup dan masuk ke dalam eksistensi fisik-fisik yang hidup, lalu ia berubah lagi yang asalnya memang atom-atom yang mati menjadi sel hidup. Sebaliknya, dalam waktu sekejap sel-sel hidup itu berubah lagi menjadi atom-atom yang mati. Hingga pada suatu waktu nanti, semua eksistensi yang hidup ini akan berubah menjadi atomatom yang mati (Jazuli, 2005). Bibit yang disimpan dengan baik diharapkan mampu mempertahankan viabilitas tetap tinggi pada akhir penyimpanan karena tujuan penyimpanan bibit adalah bagaimana agar kemunduran viabilitas baik dalam periode yang panjang, sedang maupun pendek dapat dicegah. Menurut Yunita (2011) upaya

4 meningkatkan perkembangan pada setek batang dapat ditempuh dengan pemberian hormon dari luar. Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang aktifitasnya dapat merangsang pengembangan sel. Auksin terbagi menjadi beberapa jenis antara lain: Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), Naph-teleneacetic Acid (NAA) dan 2,4-dicholoro-phenoxyacetic Acid (2,4-D). Di alam IAA diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif pada tumbuhan yang diproduksi dalam jaringan meristematik seperti contohnya tunas dan akar, sedangkan IBA dan NAA merupakan auksin sintetis (Ardiyani, 2012). Selain itu auksin IAA juga sering digunakan untuk menginduksi akar tanaman (Samudin, 2009). Konsentrasi IAA yang tinggi efeknya menjadi berlawanan sehingga pemanjangan pucuk dan akar menjadi terhambat, IBA memiliki aktifitas auksin yang lemah dan NAA memiliki sifat yang lebih beracun (Weaver, 1972). Penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui hormon auksin yang digunakan sebagai zat pengatur tumbuh pada akar. Menurut Ardiyani (2012) auksin jenis IAA pada konsentrasi 0,1 mg/l menghasilkan akar terpanjang dari pada pemberian 0,1 mg/l IBA dan 0,1 mg/l NAA, selain itu auksin jenis IAA menyebabkan pemanjangan baik pada pucuk maupun pada akar. Sedangkan Samudin (2008) menjelaskan bahwa pemberian IAA pada konsentrasi 0,2 mg/l berpengaruh terhadap jumlah tunas yang tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas zat pengatur tumbuh pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi yang

5 diberikan, karena perbedaan konsentrasi akan menimbulkan perbedaan aktivitas. Perbedaan aktivitas zat pengatur tumbuh ditentukan oleh spesies bahan stek yang digunakan (Fanesa, 2011). Bibit yang direndam pada IAA dalam jangka waktu tertentu, diharapkan dapat masuk ke dalam jaringan bibit. Irwanto (2001) menjelaskan perendaman selama dua jam pada stek maranti putih dengan auksin IBA dapat menghasilkan panjang akar yang baik dan persen jadi stek pucuk 83,33%. Lusiana (2013) menyatakan lama perendaman dapat meningkatkan tekanan turgor dalam sel sehingga air masuk ke dalam vakuola yang selanjutnya akan mengatur pertumbuhan sel dan primordial daun. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian berbagai konsentrasi dan lama perendaman hormon auksin jenis IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas BL (Bululawang). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Apakah ada pengaruh konsentrasi IAA (Indole Acetic Acid) terhadap (Bululawang)? 2. Apakah ada pengaruh lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap (Bululawang)?

6 3. Apakah ada interaksi antara pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA(Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) varietas BL (Bululawang)? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi IAA (Indole Acetic Acid) terhadap (Bululawang). 2. Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) varietas BL (Bululawang). 3. Untuk mengetahui interaksi antara pengaruh konsentrsi dan lama perendaman IAA(Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) varietas BL (Bululawang). 1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Ada pengaruh konsentrasi IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) varietas BL (Bululawang). 2. Ada pengaruh lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap (Bululawang).

7 3. Ada pengaruh interaksi antara pengaruh konsentrsi dan lama perendaman IAA(Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) varietas BL (Bululawang). 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Memberikan solusi dalam penanganan yang baik untuk penyimpanan bibit rekalsitran pada tanaman tebu khususnya tebu varietas BL (Bululawang). 2. Menambah pengetahuan baru dalam pengembangan tanaman bina terutama dalam bidang pertanian. 1.6 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bibit tebu yang digunakan dalam bentuk budset, yaitu memiliki satu bagal, umur 6-8 bulan, diameter 3 cm dan panjang 5 cm. 2. Bibit tebu yang digunakan adalah hasil kultur jaringan turunan kedua (G2). 3. Konsentrasi hormon IAA yang digunakan antara lain kontrol 0 mg/l (K0), 0,1 mg/l (K1), 0,2 mg/l (K2), 0,3 mg/l (K3) dan 0,4 mg/l (K4). 4. Lama perendaman hormon IAA dilakukan selama 1 jam (L1), 2 jam (L2), 3 jam (L3) dan 4 jam (L4). 5. Dilakukan penyimpanan bibit tebu selama 6 hari sebelum perendaman. 6. Pengamatan dilakukan selama 21 hari 7. Parameter dalam penelitian ini meliputi daya pertumbuhan tunas, tinggi tunas, panjang akar dan jumlah akar.