PERANCANGAN ALGA PURIN (ALAT PERAGA PEMBENTUKAN & PENGUJIAN URIN) MELALUI MANIPULASI CARA KERJA NEFRON

dokumen-dokumen yang mirip
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

Sistem Ekskresi Manusia

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

LAMPIRAN KUESIONER AWAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN I

PERCOBAAN VI PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE

SISTEM EKSKRESI LKS IPA TERPADU -SMP KELAS IX/1 1

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

Pengaruh Penggunaan Media Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas VIII SMP Negeri 2 Bulukumba

Bab 8 Sistem Ekskresi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab. Sistem Ekskresi. A. Sistem Ekskresi pada Manusia B. Sistem Ekskresi pada Hewan

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

SISTEM EKSKRESI. Sistem Ekskresi Manusia. Zat sisa yang Diproduksi. Pemecahan Hb. H a t i. Respirasa sel. Deaminasi asam amino. Urea. Asam urat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA 1-2 ( SEBELAS IPA 1-2 )

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

SISTEM EKSKRESI SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik

Struktur bagian dalam ginjal

Sistem Ekskresi pada Manusia. mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PEMBAHASAN A. GINJAL

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA. SMA kelas XI KD 3.9 dan 4.10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

SISTEM EKSKRESI MANUSIA

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

PDF Editor Mac Free. Soal Pilihan Ganda

Melakukan Uji Protein Urin

KISI KISI ULANGAN AKHIR SEMESTER 1

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Antiremed Kelas 9 Biologi

SCIENCE MODULE GRADE IX JULY-AUGUST 2015 ACADEMIC YEAR 2015/2016

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM EKSKRESI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

PAKET - II SOAL PENGAYAAN UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN IPA-BIOLOGI TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo terhadap hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Alat Ekskresi. pada Manusia. meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis, kesehatan, pemerintahan, perbankan sudah banyak menggunakan

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.

HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA CHART

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

LAMPIRAN 2 KISI-KISI USBN SMP

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERANCANGAN ALGA PURIN (ALAT PERAGA PEMBENTUKAN & PENGUJIAN URIN) MELALUI MANIPULASI CARA KERJA NEFRON Risya Pramana Situmorang 1, Meidini Martiningsih 2, Tabeta Yuliana 3, Lisa Sandalinggi 4, Noviana Sari 5, Bayu Tito 6 1,2,3,4,5,6 Pendidikan Biologi Fakultas Biologi UKSW Salatiga email: pramana_risya@yahoo.com ABSTRAK Biologi merupakan salah satu aspek sains yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Proses pengajaran perlu dilakukan dengan inovasi dalam bentuk alat peraga agar pembelajaran Biologi mudah dipahami dan lebih menarik. Alga Purin merupakan alat peraga yang berpotensi dalam mendukung proses pembelajaran mengenai sistem ekskresi manusia. Proses penggunaan dari alat peraga ini dapat diamati secara langsung melalui kegiatan demonstrasi sehingga membantu siswa dalam memahami konsep materi sistem eksresi menjadi lebih mudah. Alat peraga ini menggunakan sistem aliran air melalui selang dengan memasukkan air (terdapat partikel yang lebih besar dari lubang saringan) kemudian air keluar dan sudah tersaring diteruskan melalui filtrat glomerulus. Setelah melalui filtrat glomerulus, air akan mengalir menuju tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle. Pada bagian tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle, selang dimodifikasi dengan diberi lubang kemudian pada bagian lubang ditempel gabus untuk menggambarkan peristiwa penyerapan kembali zat yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga ketika melewati lengkung henle sudah bersifat urin primer. Selanjutnya sisa air akan diteruskan menuju tubulus kontortus distal dan terjadi penambahan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan oleh tubuh sehingga terbentuklah urin sekunder sebagai proses akhir pembentukan urin dari nefron. Sementara pengujian urin dilakukan dengan menggunakan larutan benedict dan pemanasan (uji kandungan glukosa) dan uji biuret (uji kandungan protein) dengan melihat perubahan warna pada urin dengan kriteria warna tertentu. Kata kunci: alga purin, pembentukan urin, pengujian urin, nefron A. PENDAHULUAN Biologi sebagai salah satu bagian ilmu sains merupakan mata pelajaran yang berpeluang untuk diajarkan secara kontekstual. Namun kenyataanya sulit untuk menghadirkan pembelajaran yang kontekstual di kelas. Hal ini diindikasikan karena guru kurang mampu dalam mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga siswa sulit bernalar dengan konten yang bersifat abstrak (Parathama, 2012). Selain itu, pembelajaran biologi biasanya mengarahkan siswa untuk mengingat (hafalan), sehingga dapat membuat siswa kurang tertarik bahkan mengarah kepada kesulitan dalam memahami konsep mengenai materi biologi (Maftuh, 2015), Pembelajaran biologi yang hanya mengandalkan daya retensi harus diubah orientasinya. Hal ini dimulai dari proses pengajaran yang saat ini masih dominan dilakukan oleh guru yaitu pengajaran yang berpusat pada guru/ teacher center. Padahal pola pengajaran yang berpusat pada guru hanya mengarahkan siswa hanya sebatas mengetahui materi. Kelemahannya adalah kurang dapat menjangkau pemikiran siswa dalam mengaplikasikan konsep bahkan mengkreasikan konsep biologi. Jika guru terus berkutat pada pengajaran yang tekstual bisa jadi ada tujuan pembelajaran yang tidak tercapai. Paradigma pengajaran guru setidaknya bisa digeser ke arah yang kontekstual melalui inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran menjadi hal yang penting dan harus segera dilakukan oleh guru sebagai pembimbing dan fasilitator siswa di dalam kelas. Kegiatan yang menitikberatkan pada kombinasi kognitif dan aktivitas siswa merupakan strategi yang potensial. Karena jika siswa diberikan aktivitas maka dapat menstimulus pemikirannya bahkan meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran biologi. Kondisi kelas yang sudah jenuh dapat dilakukan penyegaran kembali melalui aktivitas fisik sehingga tercipta dinamika pengajaran guru yang fleksibel dalam menanggulangi permasalahan siswa secara individu maupun kelompok. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik dalam bentuk demonstrasi akan meningkatkan perhatian siswa Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017 121

akan materi yang diajarkan. Fokus siswa dalam memahami materi akan menjadi lebih terarah kepada konsep. Kegiatan demonstrasi dalam pembelajaran biologi memberikan suatu persepsi dalam mengaplikasikan suatu konsep. Permasalahan yang terjadi dalam skala kelas tersebut dibutuhkan suatu solusi dalam bentuk inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran Biologi yang dapat dikembangkan adalah melalui inovasi media pembelajaran. Media pembelajaran yang mampu memberikan pemahaman konsep siswa serta melibatkan siswa dalam aktivitas fisiknya yaitu melalui perancangan alat peraga (Ade, 2012). Saleh (2015) menjelaskan bahwa penggunaan alat peraga efektif digunakan dalam menunjang proses pembelajaran biologi karena mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang berhasil dalam pembelajaran adalah siswa yang mencapai tujuan dan sasaran yang ditentukan oleh guru sejak awal dalam rencana pembelajarannya (Gintings, 2008; Hamalik, 2000). Alat peraga merupakan salah satu dari media pembelajaran yang mampu memberikan pemahaman kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melakukan percobaan secara langsung. Demonstrasi alat mengenai mekanisme kerja suatu sistem dalam tubuh manusia dapat memberi suatu gambaran agar mempermudah siswa dalam memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Selain itu, penggunaan alat peraga mampu meningkatkan motivasi siswa secara langsung dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna karena siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan (Djamarah, 2006). Ketertarikan siswa memberikan suatu pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas. Penggunaan alat peraga berpotensi digunakan dalam suatu percobaan sehingga mempermudah siswa membuktikan fenomena sains khususnya Biologi. Widiatmoko (2012) menambahkan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan panca indra siswa yang ikut menggunakannya melalui kegiatan melihat, meraba, mendengar, dan menggunakan pola pikir secara logis dan sistematis. Salah satu bentuk bentuk alat peraga yang dapat dirancang adalah Alga Purin (Alat Peraga Pembentukan Urin dan Pengujian Urin) dalam sistem eksresi manusia. Materi sistem eksresi merupakan salah satu materi yang pernah dialami oleh setiap siswa sehingga pembelajaran pada materi ini menjadi semakin menarik apabila difasilitasi dengan adanya suatu alat peraga dalam menanamkan suatu konsep. Alat peraga ini dibuat berdasarkan analisis kompetensi dasar dalam kurikulum, yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga). Pada kompetensi ini terdapat konsep yang harus diberikan oleh siswa diantaranya mengidentifikasi struktur sistem ekskresi pada manusia, mengetahui fungsi sistem ekskresi pada manusia dan hewan dan mengetahui proses pada sistem ekskresi beserta dengan kelainan atau penyakit pada sistem ekskresi. Dari alat peraga yang dirancang terdapat konsep yang diajarkan oleh siswa yakni mengetahui proses pembentukan urine serta mengetahui kelainan atau penyakit pada sistem ekskresi melalui pengujian urin. Alga purin merupakan alat peraga yang dirancang dengan adaptasi konsep pembentukan urin pada nefron. Penggunaan alga purin melalui demonstrasi sehingga membantu siswa dalam memahami konsep materi sistem eksresi menjadi lebih mudah. Alga purin ini menggunakan sistem aliran air melalui selang dengan memasukkan air (terdapat partikel yang lebih besar dari lubang saringan) kemudian air keluar dan sudah tersaring diteruskan melalui filtrat glomerulus. Setelah melalui filtrat glomerulus, air akan mengalir menuju tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle. Pada bagian tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle, selang dimodifikasi dengan diberi lubang kemudian pada bagian lubang ditempel gabus untuk menggambarkan peristiwa penyerapan kembali zat yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga ketika melewati lengkung henle sudah bersifat urin primer. Selanjutnya sisa air akan diteruskan menuju tubulus kontortus distal dan terjadi penambahan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan oleh tubuh sehingga terbentuklah urin sekunder sebagai proses akhir pembentukan urin dari nefron. Sementara pengujian urin dilakukan dengan menggunakan larutan indikator Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017 122

yaitu larutan benedict (uji kandungan glukosa) dan uji biuret (uji kandungan protein) dengan melihat perubahan warna pada urin dengan kriteria warna tertentu Penggunaan alat peraga sistem eksresi ini menggunakan perlengkapan sederhana yang di maksudkan agar pemahaman siswa terhadap konsep yang kontekstual dapat dengan mudah dipahami. Kelebihan dari alat peraga ini yaitu mampu membantu siswa dalam memahami konsep mengenai tahapan dari proses pembentukan dan pengujian kandungan urin, selain itu alat peraga ini dapat dipraktikkan secara langsung oleh siswa sehingga mampu menstimulus keaktifan dan motivasi belajar siswa. B. METODE DAN PEMBAHASAN Bagian-bagian Alat Bagian luar yang berperan sebagai Kapsula Bowman untuk menampung air hasil saringan didesain selang plastik dengan ukuran diameter yang berbeda. Tujuannya adalah agar bagian luar disusun oleh selang diameter besar (2 cm) berperan untuk saluran air yang diserap (filtrasi), dan bagian dalam yang didesain dengan diameter lebih kecil (1 cm) berperan sebagai saluran utama pada nefron yang meneruskan air dengan partikel yang lebih besar dan terdiri dari lubang sebagai pori-pori sebagai tempat masuknya partikel kecil ke bagian selang diameter lebih besar. Secara keseluruhan selang plastik yang digunakan ada 3 jenis yaitu: selang ukuran diameter besar (2 cm), diameter sedang (1 cm), dan diameter kecil (0,5 cm). Masing-masing selang secara berturut-turut digambarkan sebagai tempat filtrasi glomerulus, tubulus kontortus proksimal, dan tubulus kontortus distal. Pembuatan Alga Purin yaitu: (1) menggunting atau memotong bagian depan selang plastik yang kecil dan 2 buah yang besar, (2) membuat lubang kecil-kecil pada selang yang sudah disatukan tadi, lubang ini berperan sebagai alat penyaring (3) menyatukan kedua selang besar dan kecil dengan menggunakan perekat (4) menambahkan selang plastik yang berdemeter 1 cm dan yang berdiameter 0,5 cm (5) menyatukan selang plastik diameter 1 cm dan diameter 0,5 cm (6) merangkai selang plastik sesuai alur nefron mengikuti struktur nefron yaitu glomerulus, tubulus konstortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal. Gambar 1. Konsep mekanisme pembentukan urin melalui Alga Purin Cara Kerja Alat Cara kerja Alga Purin adalah sebagai berikut: (1) air dengan campuran partikel berukuran besar dan kecil (tepung dan pakan ikan dilarutkan bersamaan), hal ini menggambarkan adanya partikel-partikel besar dan kecil (tepung), serta pakan ikan (sel darah) yang masuk melalui saluran glomerulus kemudian akan disaring melalui selang plastik berukuran kecil yang sebelumnya telah diberi lubang pori untuk melewatkan partikel yang berukuran kecil. Kemudian partikel kecil tadi Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017 123

akan masuk ke dalam selang yang berdiameter lebih besar. Selang yang berukuran besar menggambarkan saluran darah yang telah di filtrasi oleh glomerulus (2) Sementara partikel yang berukuran besar akan diteruskan melalui selang kecil kemudian. Mekanisme ini menunjukkan terjadinya proses filtrasi partikel dalam darah yang berukuran besar seperti terjadi di glomerulus dan ditampung di kapsula bowman yaitu peristiwa filtrasi. (3) Air yang melewati pori-pori akan mengalir melalui selang plastik yang berbeda diameternya dan menggambarkan proses yang terjadi di tubulus kontortus proksimal (penyerapan kembali) dan lengkung henle. Pada selang plastik yang berdiameter 2 cm dipasang selang plastik berukuran kecil berdiameter 1 cm dan selang plastik berdiameter 0,5 cm sebagian air akan keluar dan masuk kedalam selang plastik dengan diameter 0,5 cm dan diteruskan ke organ jantung, peristiwa ini menggambarkan peristiwa reabsorsi pada tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle yaitu penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan (glukosa dan asam amino). Pada peristiwa reabsorbsi ini masih terbentuk urin primer (4) Sementara air yang tidak masuk ke pori selang akan diteruskan mengalir ke selang plastik yang dipasang melengkung. Selang yang melengkung menunjukkan adanya peristiwa penampungan urin pada tubulus kontortus distal. Selain itu juga adanya tambahan zat yang tidak diperlukan bercampur di bagian tubulus kontortus distal. Peristiwa ini diibaratkan augmentasi (penambahan zat yang tidak diperlukan) terjadi di tubulus kontortus distal. Hasil augmentasi pada tubulus kontortus distal sudah terbentuk urin sekunder atau urin sesungguhnya. Pengujian Urin Pengujian urin merupakan serangkaian kegiatan mekanisme pembentukan urin melalui alga purin. Pengujian urin bertujuan agar siswa dapat mengetahui kandungan glukosa dan protein dalam urin melalui proses pengujian menggunakan larutan indikator. Urin yang digunakan sebagai sampel akan diukur terlebih dahulu derajat keasamannya (ph). Uji glukosa dilakukan dengan memasukkan larutan benedict dengan perbandingan 1:1 kemudian memanaskan urin sampai terjadi perubahan warna. Indikator warna hijau menunjukkan gejala penyakit diabetes melitus, sementara jika urin berwarna merah bata maka sudah terkena penyakit diabetes melitus. Banyaknya kandungan glukosa dalam urin disebabkan karena keterbatasan hormon insulin dalam tubuh untuk mengubah glukosa menjadi glokogen. Akibatnya glukosa tidak dapat disimpan karena konsumsi glukosa yang berlebih membuat insulin kesulitan mengkonversi glukosa menjadi glikogen untuk disimpan di hati. Ketika glukosa tidak dapat disimpan di hati maka akan terlewatkan saja dan dibuang ke saluran ginjal. Namun dalam prosesnya, tubulus kontortus proksimal akan menyerap kembali glukosa dan menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi. Dampaknya, ketika terjadi luka maka darah akan sulit untuk menutup luka karena kadar glukosa yang berlebih dalam darah. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan pola makan dan menjaga pola konsumsi yang tidak berlebih. Diabetes melitus dapat disembuhkan apabila kadar glukosa dalam darah berkurang secara bertahap (Setiadi, 2007; Syaifuddin, 2006). Pengujian protein dalam urin dilakukan menggunakan larutan indikator yaitu biuret. Larutan biuret yang dimasukkan ke sampel urin menggunakan perbandingan 1:1. Sampel urin dimasukkan biuret dan dilihat perubahan warna yang terjadi. Jika urin berubah menjadi warna ungu berarti terkena penyakit albuminuria. Kerusakan pada kapsula Bowman pada nefron menyebabkan senyawa albumin tidak dapat difiltrasi. Akibatnya ketika seseorang mengomsumsi protein berlebih maka protein tidak dapat diserap kembali melainkan akan terlewatkan. (Setiadi, 2007) C. KESIMPULAN Alga Purin merupakan alat peraga yang berpotensi dalam mendukung proses pembelajaran mengenai sistem ekskresi manusia melalui manipulasi cara kerja nefron dengan menggunakan prinsip filtrasi pada pertikel yang berbedea ukuran,, prinsip tubulus kontortus proksimal melalui selang yang berbeda diamater, dan tubulus distal melalui penambahan zat lain yang tidak diperlukan Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017 124

D. DAFTAR PUSTAKA Ade. (2012). Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Diakses tanggal 10 Maret 2017 dari http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/196005011985032- ade_rohayati/alat_peraga_pembelajaran_matematika.pdf Djamarah, Syaiful B, Aswan Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Gintings, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Juwairiah. (2013). Alat Peraga dan Media Pembelajaran Kimia. 4(1), 12 14. Oemar Hamalik. (2000). Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPS UPI Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan ed.3. EGC: Jakarta Saleh, Husnul Inayah. (2015). Pengaruh Penggunaan Media Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas VIII SMP Negeri Bulukumba. Jurnal Sainsmat, 4(1), 7 13. Widiatmoko dan S.D Pamelasari. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Alat Peraga IPA dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai. JPII. 1(1): 51-56 Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017 125