MAKNA IDIOM DALAM LIRIK LAGU ZALMON ALBUM RATOK MINANG: SUATU TINJAUAN SEMANTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKNA IDIOM DALAM TABLOID NOVA SEBUAH TINJAUAN SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

IDIOM DALAM MASYARAKAT DI DESA PONDEK TENGAH KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKO-MUKO BENGKULU UTARA

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

JENIS-JENIS MAKNA KATA PADA LIRIK LAGU BANYUMASAN TAHUN 1996 KARYA BAPAK RASITO PURWO PANGRAWIT

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

BAHASA INDONESIA UMB. Penulisan Kata (Diksi) Dra. Hj. Winarmi. M. Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh MURIYANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

KEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH

BAB II LANDASAN TEORI. relevan, yaitu penelitian berjudul Kajian Semantik pada Syair Lagu Kesenian

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Pilihan Kata (Diksi) Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

HUBUNGAN KOMPETENSI SEMANTIS DAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMAN 1 LENGAYANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Bab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

MAKNA LEKSEM DALAM ISTILAH PERKAWINAN BUDAYA GAYO. Harfiandi dan Rismawati STKIP Bina Bangsa Getsempena

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

ARTIKEL PENELITIAN UNGKAPAN EMOSIONAL DAN MAKNA KONOTASI DALAM LIRIK LAGU YANG DINYANYIKAN SUSI PADA ALBUM TANGIH MANJALANG PAGI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

Transkripsi:

MAKNA IDIOM DALAM LIRIK LAGU ZALMON ALBUM RATOK MINANG: SUATU TINJAUAN SEMANTIK Hendri Putra 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail: Putra_galangan15@yahoo.co.id ABSTRAK This research aimed by finding the used of word having idiomatic meaning in minang song lyric by Zalmon. Need undrrstanding meaning wthim Zalmon song lyric, because words that used inside song lyric has meaning that can not interpret the elements lexically or grammatically. The purpose of this research is to describe the idiomatic meaning in zalmon lyrics song at ratok minang album that was viewed from semantic aspect. The theories that were used were proposed by Abdul Chaer also some supported theories, such as Mansoer Pateda, Gorys Keraf, and Wasrie. The research design was descriptive qualitative, by collecting the data, identifying the data, analyzing the data, interpreting the data and summarizing the result of the data. The object of this research was zalmon s song lyrics at Ratok Minang Album. Based on the findings, it was showed that there were 15 using of idiomatic meaning in part of body, 1 word of sense and 9 words of nature things. It can be concluded that the most of using idiomatic meaning was idiomatic meaning in part of body. The domination using of idiomatic meaning was caused by the meaning that want to tell about the sadness that happened by someone. Keyword: meaning, idiomatic, songs lyric A. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia memerlukan orang lain dalam kehidupannya. Untuk berhubungan dengan sesamanya manusia memerlukan suatu alat. Alat utama yang dapat digunakan manusia untuk dapat hidup sebagai makhluk sosial dan dapat berkomunikasi antarsesamanya adalah bahasa. Selain untuk berinteraksi, bahasa juga merupakan sebuah ilmu bahasa. Ilmu bahasa dikenal juga dengan istilah lingustik. Menurut Chaer (2007:6) berpendapat bahwa linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objeknya. Sebagai ilmu bahasa, linguistik mempunyai beberapa tataran atau

bagian yaitu fonologi (bunyi bahasa), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna). Salah satu bagian linguistik adalah semantik. Menurut Chaer ( 2009:2) kata semantik dapat diartikan ilmu tentang makna atau arti, atau dengan kata lain semantik merupakan bidang atau tataran lingustik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Sausurre (dalam Chaer 2007:287) mengatakan bahwa makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Tanda itu terdiri dari 2 komponen yaitu komponen signifian atau yang mengartikan wujudnya berupa runtutan bunyi, dan komponen signifie atau yang wujudnya berupa pengertian atau konsep. Semantik menurut Manaf (2008:2) semantik dapat didefinisikan sebagai ilmu makna suatu tanda bahasa. Secara lebih terjabar, dapat dirumuskan definisi semantik secara umum. Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang membahas makna satuan bahasa. Satuan bahasa itu dapat berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu, Chaer (2009:2) berpendapat bahwa kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna arti atau bahasa, semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik. Menurut Chaer (2007:287) makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu komponen signifian atau yang mengartikan yang wujudnya berupa runtutan bunyi, dan komponen signife atau yang diartikan, yang wujudnya berupa pengertian atau konsep yang dimiliki. Sebagai ilmu yang mengkaji tentang makna, semantik menjadikan makna sebagai objek studinya atau makna yang terdapat dalam kata, frasa, klausa, dan kalimat dijadikan sebagai objek kajian dari semantik. Makna merupakan suatu konsep dalam pemikiran manusia dengan referen di luar bahasa yang menimbulkan reaksi dan pengertian tertentu. Makna dapat juga diartikan sebagai konsep abstrak pengalaman manusia. Akan tetapi, penentuan konsep ini tidak dilakukan oleh perorangan, melainkan oleh masyarakat pengguna bahasa yang berada di wilayah tertentu. Atas kesepakatan tersebut, timbullah suatu konvensi sehingga tidak mengganggu proses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari (Wulandari, 2013:21). Berdasarkan penjelasan tersebut makna dari sebuah lambang bahasa tidak selalu sesuai dengan referenya. Salah satu jenis makna yang sering digunakan dalam komunikasi dan informasi adalah idiom. Idiom banyak terdapat dalam majalah, tabloid, maupun dalam lirik lagu. Idiom sering juga di katakana sebagai ungkapan. Manaf (2008:71) berpendapat bahwa makna idiomatik adalah makna bahasa yang tidak dapat ditelusuri berdasarkan makna leksikal dan gramatikal leksem yang membentuknya. Untuk mengetahui makna satuan bahasa yang bermakna idiomatik, orang harus menghafal

makna satuan bahasa itu sebagaimana pemilik bahasa itu memakainya. Satuan bahasa yang bermakna idiomatik disebut idiom. Menurut Chaer (2009:74) untuk dapat memahami yang dimaksud makna idiomatikal, perlu diketahui apa yang dimaksud dengan idiom. Jadi, idiom adalah satuansatuan bahasa (bisa berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Selanjutnya, Subroto (2011:141) menyatakan bahwa idiom adalah sejumlah kata yang dipakai bersama yang memiliki arti yang berbeda dari arti masing-masing kata pembentuk idiom itu. Sejalan dengan itu, Sitaresmi dan Fasya (2011:79) menyebutkan bahwa makna idiomatikal adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsurunsur pembentuknya. Misalnya, kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebingungan menurut kaidah gramatikal memiliki makna hal yang disebut bentuk dasarnya. Dari pengertian idiom tersebut dapat disimpulkan bahwa makna idiom merupakan makna satuan bahasa baik kata, frasa, atau kalimat yang maknanya tidak sesuai dengan unsurunsur pembentuknya. Idiom banyak digunakan dalam tulisan-tulisan karya seseorang. Salah satu pengunaan idiom yaitu pada lirik lagu. Dalam hal ini, dapat dilihat dari lirik-lirik lagu Minang yang dinyanyikan oleh Zalmon. Zalmon yang bernama asli Syamsurizal (lahir di Jakarta, 15 September 1954 meninggal di Padang, Sumatera Barat, 21 Mei 2011 pada umur 56 tahun) adalah seorang penyanyi lagu pop Minang. Ia dikenal oleh masyarakat Minangkabau, baik yang berada di kampung halaman (ranah) maupun yang di luar Sumatera Barat (rantau) sebagai penyanyi yang melantunkan lagu-lagu sentimental yang dengan lirih mendendangkan nasib dan penderitaan (parasaian) manusia-manusia Minangkabau dalam menjalani kehidupan baik di kampung halaman maupun di perantauan. Zalmon mulai melakukan rekaman pada akhir tahun 80-an dengan lagunya Nan Tido Manahan Hati (Yang Tak Berpunya Menahan Hati) yang menjadi hit pada masa itu. Sepanjang tahun 1990-an dan 2000- an namanya-pun semakin dikenal banyak orang dengan meluncurnya beberapa album yang menghasilkan lagu-lagu hits di Sumatera Barat dan di daerah-daerah perantauan orang Minang, diantaranya Kasiak Tujuah Muaro (Pasir Tujuh Muara), Ratok Padi Ampo (Ratap Padi Hampa), Sapayuang Bajauah Hati (Sepayung Berjauh Hati), Buruak Sisiak (Buruk Sisik), Diseso Bayang (Disiksa Bayangan) dan lainnya. Pada tahun 1990-an, lagu Ratok Padi Ampo digemari oleh banyak masyarakat Minang, bahkan terbilang laris di Indonesia sehingga ia mendapatkan penghargaan HDX Award waktu itu dan Anugrah Musik Minang Terbaik dari Gubernur Sumatera Barat. Zalmon telah melakukan show di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia, seperti Jakarta dan Kuala Lumpur. Setelah berkiprah sekitar 20 tahun, sejak akhir 1980-an sampai tahun 2011, akhirnya Zalmon berpulang meninggalkan para

penggemarnya pada tanggal 21 Mei 2011 akibat penyakit paru-paru basah yang dideritanya. Salah satu Albumnya yang cukup fenomenal adalah Album Ratok Minang. Dalam lirik Album Ratok Minang, banyak dituliskan bentukbentuk idiom. Sebagai contoh, dapat kita lihat dalam lirik lagu Zalmon yang berjudul Kalipanan, yaitu: Bialah denai baputiah tulang, Baputiah mato kalimpanan. Dari contoh tersebut, makna lirik Bialah denai baputiah tulang bukan berarti orang tersebut yang putih seperti tulang, tetapi mempunyai makna setia menanti, dan pada lirik baputiah mato kalipanan bukan bararti bermakna matanya putih karena kelilipan, tetapi bermakna orang yang setia sampai tua. Bardasarkan hal tersebut, peneliti tertarik dengan lagu Zalmon, karena dalam perkembangannya antara idiom, dan istilah sering dicampuradukan penggunaannya dalam berbagai bacaan seperti lirik lagu, majalah, ataupun buku-buku bahasa, khususnya buku sastra. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Makna Idiom dalam lirik lagu Zalmon Album Ratok Minang, ditinjauan dari aspek Semantik. B. KERANGKA TEORETIS 1. Pengertian Semantik Secara singkat dan populer, Chaer (1995:2) kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris:semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Selanjutnya, Chaer (1995:4) menyatakan bahwa semantik merupakan cabang linguistik yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi dan antropologi; bahkan juga dengan filsafat dan psikologi. Selanjutnya, Aminuddin (2011:15) mengemukakan bahwa secara teknis, semantik mengandung pengertian studi tentang makna. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka makna semantik merupakan bagian dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga memiliki tingkat tertentu. Apabila komponen bunyi umumnya menduduki tingkat pertama, tata bahasa pada tingkat kedua, maka komponen makna menduduki tingkat paling akhir. 2. Pengertian Makna Makna merupakan objek dari semantik. Istilah makna merupakan istilah yang membingungkan karena makna disamakan dengan arti. Apabila seseorang tidak mengerti apa yang diucapkan oleh pembicara, maka orang tersebut dikatakan tidak mengetahui atau memahami makna yang dikatakan oleh pembicara tersebut. Untuk mengetahui makna sebuah kalimat, kita terlebih dahulu harus mengetahui makna kata-kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Menurut Chaer (2009: 29) setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Prancis: signifie, Inggris: signifield) dan (2) yang mengartikan (Prancis: signifiant, Inggris: Signifier). Yang diartikan (signifie, signifield)

sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari suatu tanda bunyi. Mengartikan (signifian atau signifier) itu adalah tidak lain dari pada bunyibunyi itu, yang terbentuk dari fonemfonem bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi, dan unsur makna. Sehubungan dengan hal tersebut, Aminuddin (2011:50) mengemukakan bahwa pengertian makna dapat disejajarkan dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi, maksud, firasat, isi, dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu saja disejajarkan dengan kata makna karena keberadaannya memang tidak pernah dikenali secara cermat dan dipilahkan secara tepat. Dari sekian banyak pengertian yang diberikan itu, hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan makna, karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian. Selanjutnya, Subroto (20011:23) makna adalah arti yang dimiliki oleh sebuah kata (baca: leksem) karena hubungannya dengan makna leksem lain dalam sebuah tuturan. Lebih lanjut, Wulandari (2013:22) menyatakan bahwa ujaran setiap orang mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan maksud atau tujuan (intention). 3. Jenis Makna Makna bahasa akan bermacam-macam bila dilihat dari pandangan yang berbeda. Keragaman makna tersebut disebabkan karena bahasa yang digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat. Chaer (2009:60-77) membedakan makna menurut jenisnya sebagai berikut: (1) makna leksikal dan gramatikal, (2) makna referensial dan nonreferensial. (3) makna denotatif dan makna konotatif, (4) makna kata dan makna istilah, (5) makna konseptual dan makna asosiatif, (6) makna idiom dan makna peribahasa, (7) makna kias, (8) makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Menurut Chaer (2007:289) mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem tanpa konteks apa pun atau makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita atau makna apa adanya. Misalnya leksem pinsil bermakna leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang. Menurut Pateda (1986:58) gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah leksem di dalam kalimat. Misalnya di dalam BI terdapat leksem /mata/ yang mengandung makna leksikal berupa alat atau indera yang terdapat pada tubuh yang berfungsi untuk melihat. Namun setelah leksem/ mata/ tersebut kita tempatkan di dalam satuan kalimat, misalnya, / hei matamu / maka di sini leksem/mata/ tersebut kita gabungkan dengan leksem-leksem lain yang biasa dikatan ungkapan, misalnya mata pisau, mata keranjang, mata air, mata duitan, telur mata sapi, air mata dan sebagainya yang semuanya mengadung makna yang sudah lain dari makna leksem/mata/.

Jadi makna leksikalnya berubah sebab yang muncul adalah makna gramatikal. b. Makna Referensial dan Nonreferensial Menurut Chaer (2009:63) mengatakan bahwa makna referensial adalah makna sebuah kata yang mempunyai acuan atau mempunyai referen. Misalnya, kata meja dan kursi dalam kalimat tatanan meja dan kursi di ruang tamu itu rapi sekali termasuk kata yang bermakna referensial karena ada acuannya yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut meja dan kursi. Kata-kata yang tidak ada acuannya atau tidak ada referennya disebut kata bermakna nonreferensial. Misalnya, kata karena dan tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial karena tidak mempunyai referen atau acuan. c. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Menurut Chaer (2007:292) makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna yang sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Misalnya, kata perempuan dan wanita kedua kata ini mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama tetapi dewasa ini kedua kata itu mempunyai nilai rasa yang berbeda, kata perempuan mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Menurut Pateda (1986:61) makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap leksem yang kita lafalkan atau yang kita dengar. Zgusta (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada leksem ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi designatif. Kridalaksana (1982:91) berpendapat aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Dengan kata lain makna konotatif merupakan makna leksikal +. Misalnya, / berilah ia amplop agar urusanmu segera selesai /, leksem amplop memiliki makna konotatif yang lain jika kita mengatakan, / saya membeli amlop di warung /. Pada kalimat / berilah dia amlop agar urusanmu segera selesai /, leksem / amplop / bermakna konotatif uang yang diisi di dalam amplop atau yang biasa disebut uang semir, uang sogok, uang pelican, uang pelancar. Disini kita memperoleh kenyataan bahwa makna leksem / amplop / tidak sebagai mana adanya tetapi mengandung makna yang lain, yang kadang-kadang masih berhubungan dengan sifat, rasa benda atau peristiwa yang kita maksudkan. d. Makna Kata dan Makna Istilah Menurut Chaer (2007:294) makna yang akan jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Misalnya, kita akan mengetahui makna dari kata jatuh dengan jelas apabila kata tersebut berada dalam konteks kalimatnya, sedangkan Makna istilah adalah makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Misalnya kata tangan dan lengan bidang kedokteran

mempunyai makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan, sedangakan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu. e. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Menurut Chaer (2007:293) makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, dan kata rumah memiliki makna konseptual bangunan tempat tinggal manusia. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hunbungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan oleh sesuatu masyarakat bahasa untuk menyatankan konsep lain, yang mempunyai kemiripan sifat, keadaan atau cirri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut. Misalnya, kata buaya berasosiasi dengan jahat atau kejahatan, karena kata buaya yang bermakna konseptual sejenis binatang reptile buas yang memakan binatang apa saja yang termasuk bangkai digunakan untuk melambangkan kejahatan atau penjahat. f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa Menurut Chaer (2007:296) idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal satuan-satuan tersebut. Misalnya, membanting tulang maknanya bukanlah tulang yang dibanting-banting tetapi mempunyai makna idiom bekerja keras. Maka makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frasa, atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Peribahasa adalah satuan ujaran yang maknanya masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsurunsurnya, karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Misalnya, peribahasa seperti anjing dengan kucing yang bermakna dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang anjing dan kucing jika berjumpa selalu berkelahi dan tidak pernah damai.dari semua jenis makna di atas, untuk lebih menunjang penelitian ini maka teori yang digunakan adalah makna idiom. 4. Pengertian Idiom Untuk dapat memahami makna idiom, perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan idiom. Menurut Keraf (1984:109) yang dimaksud dengan idiom adalah Polapola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Misalnya seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna frasa makan tangan. Siapa yang berpikir bahwa makan tangan sama artinya kena tinju.

Selanjutnya, Chaer (2009: 74) menyatakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuansatuan tersebut. Misalnya, frasa menjual gigi bukan bermakna si pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang, melainkan bermakna tertawa keras-keras. Menurut Sitaresmi dan Fasya (2011:79) makna idiomatikal adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsurunsur pembentuknya. Misalnya, farsa rumah batu, selain memiliki makna gramatikal rumah yang terbuat dari batu, juga memiliki makna lain, yaitu pegadaian atau rumah gadai. Sehubungan dengan itu, menurut Subroto (2011:142-143) idiom adalah sejumlah kata yang dipakai bersama yang memiliki arti berbeda dari arti masing-masing kata pembentuk idiom itu. Boleh dinyatakan bahwa idiom adalah suatu ungkapan yang terdiri dari beberapa kata yang menyatu yang artinya tidak dapat ditelusuri berdasarkan arti masing-masing kata pembentuk idiom itu. 5. Makna Idiom dan Kata Majemuk Kata majemuk (komposisi) merupakan kelompok kata yang hampir sama bentuknya dengan idiom. Menurut Chaer (2007:185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Menurut Harimurti (dalam Padeta 2001:144) idiom merupakan merupakan kontruksi yang makanya tidak sama dengan makna komponenkomponennya. C.A Mess (dalam Chaer 2008:2010) menggunakan istilah kata majemuk dimaksudkan untuk gabungan kata yang memiliki makna idiomatik. Contoh kata majemuk yang bermakna idiomatik adalah kumis kucing yang bermakna sejenis tumbuhan semak, daunnya kecil-kecil yang bias direbus untuk obat. Akan tetapi kumis kucing dengan arti kumis dari binatang kucing bukanlah kata majemuk karena tidak memiliki arti yang sebenarnya yang disebut dengan idiom. Namun demikian, tidak berarti kata majemuk selalu identik dengan idiom. Kata majemuk hanya merujuk pada kelompok kata yang memiliki makna penuh. Dengan demikian, contoh gabungan kata seperti suka akan, terdiri atas, dan berhubung dengan, bukanlah kata majemuk. Contohcontoh gabungan kata semacam itu hanya bias kelompokkan ke dalam idiom. 6. Pembagian Idiom Wasrie (2012:131-141) membagi idiom menjadi tujuh bagian : (1) idiom dengan bagian tubuh, (2) idiom dengan kata indera, (3) idiom dengan nama warna, (4) idiom dengan nama benda-benda alarm, (5) idiom dengan nama binatang, (6) idiom dengan nama tumbuh-tumbuhan, dan (7) idiom dengan kata bilangan.

7. Teknik Analisis Komponensial Menurut Subroto (2011:97-99) pengetahuan tentang metode analisis komponen makna memiliki kegunaan yang amat penting untuk memilahmilahkan leksem yang tertata dalam suatu medan leksikal. Arti leksikal sebuah leksem pada dasarnya merupakan akumulasi secara bersistem fitur-fitur (ciri-ciri) arti atau komponen artinya. Pendekatan terhadap pemerian arti kata-kata dan frasa didasarkan atas tesis bahwa arti setiap leksem dapat dianalisis ke dalam seperangkat kompnen arti yang lebih umum (fitur atau ciri semantik) di mana beberapa atau keseluruhannya menjadi komponen umum pada beberapa leksem dalam vokabulair bahasa itu. Hal penting yang dapat dipetik dari rumusan itu adalah arti kata atau frasa dapat diurai ke dalam fitur-fitur semantik. 8. Lagu Menurut Semi (1988:106), lirik ialah puisi yang sangat pendek yang mengekspresikan emosi. Lirik ini diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan, karena itu ia disusun dalam susunan yang sederhana dan indah. Dalam KBBI (1995:598) dikatakan bahwa lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Lebih lanjut, KBBI (1995:552) menjelaskan bahwa lagu adalah ragam suara yang berirama. C. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Moleong (2006:4) menyatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Berdasarkan instrument penelitian, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara berikut: 1. Membaca dan memahami makna idiom dalam Lirik Lagu Zalmon Album Ratok Minang. 2. Menandai dan mencatat data yang ditemukan dalam Lirik Lagu Zalmon Album Ratok Minang. 3. Mengelompokkan data sesuai dengan objek penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan tabel. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Data Pada bagian ini akan diuraikan deskripsi data yang berhubungan dengan aspek stilistika pada lirik lagu dalam album Ratok Minang Zalmon yang terdiri dari 10 lagu. Adapun lagu yang diambil dan dijadikan sumber data dalam penelitian, yaitu lagu yang berjudul: (1) Kasiak Tujuah Muaro, (2) Nan Tido Manahan Hati, (3) Ranah Pasisia, (4) Diseso Bayang, (5) Kasihan Ombak, (6) Patah Bacinto, (7) Lingka Suaso, (8) Rintang-Rintang Cinto, (9) Janji Baganggam dan (10) Ginyang. b. Analisis Data Pada bagian ini akan dianalisis aspek yang barkaitan dengan bagian penelitian, yaitu stilistika album Ratok Minang Zalmon yang meliputi aspek makna idiom.

c. Pembahasan Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsurunsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Di dalam sehari-hari terkadang manusia tidak berkata terus terang, hal ini terjadi karena mengharapkan sesuatu, mengejek, membandingkan dan menasehati. Salah satu lirik lagu Zalmon Album Ratok Minang Idiom banyak digunakan dalam tulisan-tulisan karya seseorang. Salah satu pengunaan idiom yaitu pada lirik lagu. Dalam hal ini, dapat dilihat dari lirik-lirik lagu Minang yang dinyanyikan oleh Zalmon. Data yang ditemukan di dalam lirik lagu Zalmon Album Ratok Minang berjumlah 24 data idiom, diantaranya idiom dengan bagian tubuh ditemukan sebanyak 15 idiom, Idiom dengan nama-nama benda alam ditemukan 9 idiom. Sedangkan idiom dengan nama warna, idiom dengan nama binatang, idiom dengan tumbuhtumbuhan dan kata bilangan tidak ditemukan karena tidak terdapat pernyataan yang sesuai dengan definisi dan ciri-ciri dari sebuah makna idiom yang bersangkutan. E. PENUTUP a. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa idiom pada lirik lagu Zalmon Album Ratok Minang ditemukan sebanyak 25 idiom, yang berbentuk idiom dengan bagian tubuh sebanyak 15 idiom, idiom dengan kata indera 1 idiom, idiom dengan benda-benda alam 9 idiom. Dari empat idiom yang ditemukan mempunyai makna yang berbeda-beda, dan idiom yang ditemukan tersebut sudah pernah didengar dan digunakan di dalam masyarakat. Sedangkan idiom dengan nama warna, idiom dengan nama binatang, idiom dengan tumbuhtumbuhan dan idiom dengan kata bilang tidak ditemukan karena tidak terdapat pernyataan yang sesuai dengan definisi dan ciri-ciri dari sebuah makna idiom yang bersangkutan. F. Ucapan Terima Kasih terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd, sebagai pembimbing satu yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Romi Isnanda, S.Pd, M.P.d sebagai pembimbing dua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, motivasi, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2011. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press. Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media. Wulandari, Purwanti. 2013. Aneka Makna dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Citra Aj. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia EdisiKedua.Jakarta: Balai Pustaka. Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia. Manaf, Ngusman Abdul. 2008. Semantik Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: SUKABINA offset. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Sitaresmi, Nunung dan Mahmud Fasya. 2011. Pengantar