15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang atlet yang berprestasi memang diperlukan suatu sistem yang melingkupi atlet, pelatih, sarana latihan, dan kondisi kesehatan yang optimum. Menangani suatu tim memang lebih sulit daripada sebuah olahraga individu, karena di dalamnya melibatkan banyak orang yang memiliki berbagai tingkat kesadaran dan kedisiplinan baik dalam kesehatan maupun latihan. Untuk itu perlu sekali penanganan dan pengembangan dari pakar kesehatan agar olahraga tersebut dapat berhasil (Hapsari, 2009). Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga menunjukkan bahwa gizi dan latihan fisik secara bersama-sama menghasilkan prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet masih sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan lebih dalam, persoalan gizi ini tidak kalah penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi kurang, latihan berat pun akan menjadi kurang bermanfaat. Hal ini bukan saja disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam pengaturan makanan. Makanan yang sesuai dengan selera belum tentu memenuhi
16 kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan prestasi dan stamina yang maksimal (Widiastuti. dkk, 2008). Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional seperti sepakbola menuntut tenaga ahli yang terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif kebutuhan zat gizi dari para pemainnya. Peranan ahli gizi dalam kegiatan olahraga telah dikembangkan sejak lima tahun yang lalu di Inggris dan semakin dibutuhkan untuk mengatur karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan zat gizi mikro dalam rangka menjaga kesehatan, adaptasi latihan, dan meningkatkan performa selama sesi latihan dan perlombaan. Bahkan Federasi Sepakbola Dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasannya gizi sangat berperan dalam keberhasilan suatu tim. Survei yang dilakukan di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pemain sepakbola masih kurang tepat. Sebagian dari masalah ini dikarenakan asupan zat gizi tambahan (suplemen) yang berlebihan. Seorang atlet yang baik harus makan makanan tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak, dan cukup vitamin dan mineral serta cairan (Hapsari, 2009). Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif sama. Permainan sepakbola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat, dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang prestasinya cukup besar (Depkes RI, 2002).
17 Kebutuhan gizi atlet meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Kebutuhan akan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman dibandingkan gula sebab diserap perlahan dalam sistem pencernaan, mengeluarkan energi besar ke pembuluh darah dan hanya sedikit gula darah meningkat. Ini lebih bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh (Khomsan, 2008). Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati (Depkes RI, 2002). Secara umum kebutuhan protein adalah 0,8 sampai 1,0 gram/kg BB/hari, tetapi bagi mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Penelitian membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur meningkatkan kebutuhan protein. Atlet dari olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi 1,2-1,7 gram protein/kg BB/hari (kurang lebih 100-212% dari yang dianjurkan) dan atlet endurance memerlukan protein 1,2-1,4 gram/kg/bb/hari (100-175% dari anjuran). Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein (Irianto, 2007). Lemak merupakan sumber energi yang paling tinggi. Walaupun begitu, para atlet tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak berlebihan. Karena energi lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun bertanding. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan olahraga yang lama mempunyai efek melindungi pemakaian glikogen (glycogen sparing
18 effect) dan memperbaiki kapasitas ketahanan fisik (endurance capacity) (Irianto, 2007). Untuk memenuhi akan kecukupan zat gizi mikro, sebagian atlet mengkonsumsi suplemen makanan. Kebutuhan pemakaian suplemen berkembang seiring dengan banyaknya gangguan kesehatan yang terjadi karena terganggunya keseimbangan fungsi tubuh. Akibatnya seperti mudahnya terjadi infeksi, alergi dan gangguan lain yang akhirnya muncul sebagai gejala penyakit. Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik dimana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang membuat sel-sel bekerja secara optimal (Yuliarti, 2008). Banyak masyarakat umum termasuk para atlet memiliki keyakinan bahwa untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar mampu bekerja atau berprestasi optimal, diperlukan makanan/minuman tertentu termasuk suplemen, yang sering dikenal dengan nama minuman kesehatan. Sebetulnya hingga saat ini belum ada bukti faktual yang menyatakan bahwa penggunaan suplemen dapat meningkatkan prestasi secara nyata, karena pemakaian suplemen lebih banyak disebabkan, karena atlet tersebut menderita defisiensi zat gizi tertentu dan adanya efek pikologis atau sugesti dengan memakan suplemen tertentu atlet merasa lebih siap dan kuat sehingga memacu stamina dan prestasinya (Irianto, 2007). Menurut pakar kesehatan gizi klinis Fakultas Kedokteran UI, Dr Samuel Oetoro yang disadur oleh Lefina (2009) minuman energi atau suplemen bila dikonsumsi sesuai takaran atau aturan, dapat membantu meningkatkan stamina dan meningkatkan konsentrasi.
19 Dengan stamina yang baik, prestasi atlet nasional akan lebih berpeluang untuk ditingkatkan, dan mungkin saja impian kita untuk menyaksikan tim sepakbola nasional berlaga di ajang World Cup empat atau delapan tahun mendatang dapat menjadi suatu kenyataan (Hidayat, 2007). Untuk mencapai prestasi yang optimal, para pemain sepakbola memiliki beberapa karakteristik seperti bentuk tubuh yang ideal yaitu, sehat, kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepakbola harus mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas rata-rata. Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak (Depkes RI, 2002). Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan pemain sepakbola di Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) di samping teknik permainan dan daya tahan tubuh para pemain. Survei awal menunjukkan adanya konsumsi suplemen dari setiap pemain Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina di Kecamatan Pangkalan Susu dengan presentase 48% dari pemain yang berjumlah 56 orang yang berumur lebih dari 15 tahun. Jenis suplemen yang biasa yang dikonsumsi berupa minuman antara lain Hemaviton, Extra Joss dan M 150. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efek penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina pada atlet sepakbola di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu Tahun 2010.
20 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola yang dikonsumsi di Divisi Utama Persatuan Sepakbola Langkat (PSL) Bapor Pertamina Pangkalan Susu. 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan lain dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi atlet sepakbola. 2. Untuk mengetahui stamina atlet sepakbola sesaat sebelum pemberian suplemen. 3. Untuk mengetahui stamina atlet sepakbola sesaat setelah pemberian suplemen. 4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat konsumsi energi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 5. Untuk mengetahui efek suplemen extra joss terhadap stamina atlet sepakbola. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi institusi terkait agar lebih memperhatikan kebutuhan gizi atlet sepakbola. 2. Sebagai informasi bagi tempat latihan dan atlet sepakbola tentang tingkat konsumsi makanan yang baik agar tercapai prestasi yang optimal.