PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP.

dokumen-dokumen yang mirip
ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN

IV. INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

A. PERKEMBANGAN IUPHHK-HA. 1. Jumlah HPH/IUPHHK-HA per Bulan Desember 2008 sebanyak 312 unit dengan luas ha.

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

KEBIJAKAN REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN KHUSUSNYA INDUSTRI KEHUTANAN DAN HASIL YANG DICAPAI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL

Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2009 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI OLEH DIREKTUR JENDERAL BUK SEMINAR RESTORASI EKOSISTEM DIPTEROKARPA DL RANGKA PENINGKATAN PRODUKTIFITAS HUTAN

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.9/Menhut-II/2012 TENTANG RENCANA PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI (RPBBI) PRIMER HASIL HUTAN KAYU

Lampiran I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.24/Menhut-II/2009 TANGGAL : 1 April 2009

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. KEHUTANAN. Industri. Bahan Baku. Hasil Hutan Kayu. Pemenuhan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.16/Menhut-II/2007 TENTANG RENCANA PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI (RPBBI) PRIMER HASIL HUTAN KAYU

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan

1. Jumlah HPH/IUPHHK-HA sampai dengan tanggal 28 Pebruari 2009 (data terakhir) sebanyak 308 unit dengan luas areal izin ha.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan telah mencapai 2 juta ha per tahun pada tahun 1996 (FWI & GWF,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 43/Menhut-II/2009 TENTANG

Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati:

BAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.35/Menhut-II/2008 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Izi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hutan Desa Oleh: Arief Tajalli dan Dwi P. Lestari. Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengumuman Hasil Sertifikasi Legalitas Kayu pada IUIPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimantan Barat oleh SUCOFINDO ICS

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia.

Sintesis Penelitian Integratif 25. Bogor, 19 Maret 2015

Latar belakang pembangunan HTI LOGO. Latar Belakang Pembangunan HTI. Meningkatkan produktivitas kawasan hutan yg kurang produktif

Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 01/VI-BPPHH/2010 Tanggal : 7 Januari 2010

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.80/Dik-2/2011. T e n t a n g

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food and

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : P.55/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN

LUAS KAWASAN (ha)

I. INVESTOR SWASTA. BISNIS: Adalah Semua Aktifitas Dan Usaha Untuk Mencari Keuntungan Dengan

KATA PENGANTAR. Kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini kami ucapkan terima kasih.

PENGUMPULAN DATA KEHUTANAN

RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL (RKTN)

Draft Legalitas: Versi Anyer 28 September 2005

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

Kota, Negara Tanggal, 2013

Membuka Kebuntuan Program HTR

2 Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi serta dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi saat ini, maka penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal d

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

this file is downloaded from

2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Sanksi Administratif. Pemegang Izin. Pengenaan. Pencabutan.

Form. Surat Keputusan Pembaharuan IUI

KONSEP. Revisi Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2014 jo. PermenLHK Nomor P.95/Menhut-II/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman.

POSTUR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PRODUK KEHUTANAN

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

MENTERI KEHUTANAN, MEMUTUSKAN :

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

PROGRAM : PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN USAHA KEHUTANAN (Renstra Ditjen PHPL )

Industri Pengolahan Kayu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 17/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEMEGANG IZIN USAHA INDUSTRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 300/Kpts-II/2003 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 18 TAHUN 2007

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja.

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia. menurunkan bahan baku IPK

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

M E M U T U S K A N :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.100, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan. Prosedur. Hutam Produksi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 252 / 17 / VI /2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.26/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

ANALISIS DAMPAK VPA TERHADAP PERDAGANGAN KAYU INDONESIA

RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA UD MUHAMMAD SYIFA RHIDONI

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 24-34

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 251 / 17 / VI /2015 TENTANG

Industri Kayu. Tonny Soehartono

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MARI DUKUNG! I M P L E M E N T A S I P E N U H. oleh Agus Justianto

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Butir Penting Penyempurnaan Peraturan Standar dan Pedoman Pelaksanaan SVLK

RESUME HASIL VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA UD SULAIMAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011 1

A. Dasar Kebijakan 1. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 6/2007 jo. PP 3/2008 3. Empat Pilar Strateji Pembangunan Ekonomi KIB II (pro-poor, pro-jobs, progrowth & pro-environment): 1) Pertumbuhan ekonomi 7% pada 2014 2) Penurunan pengangguran hingga tinggal 5% 3) Pengurangan kemiskinan hingga tinggal 8% 4) Perbaikan kualitas lingkungan hidup, ketahanan energi. dukung ketahanan pangan dan 4. 6 (enam) Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2011) Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan Misi : Bagaimana hutan dan industri kehutanan meningkat, memberi lapangan kerja, sekaligus memperbaiki kualitas Lingkungan Hidup idup. 2

KONDISI DAN PERMASALAHAN IPHHK KONDISI INDUSTRI PRIMER ❶ Iklim Usaha Kurang Kondusif Kinerja Industri ❷ Mesin Sudah Tua Boros BB Tidak Efisien dan Daya Saing Produk ❸ Industri Tutup / Berhenti / Mengurangi Produksi PHK Pengangguran KONDISI BB ❶ Potensi HA Pembangunan HT Lamban Bahan Baku ❷ Sumber BB Jauh dari Lokasi Industri Biaya Transportasi Harga BB Kurang Layak ❸ Masih Dijumpai Gangguan Aliran BB ke Industri Biaya Ekonomi KONDISI PASAR ❶ Krisis Ekonomi Global : Permintaan ; Ekspor ; Devisa ❷ Promosi ke Pasar (DN & LN) Belum Optimal ❸ Diversifikasi Produk Sesuai Permintaan Pasar Belum Optimal

B. Sumber Bahan Baku Industri Kehutanan IUPHHK-HA Hutan Alam Izin Lain yang Sah Sumber BB Industri Kehutanan IUPHHK-HT HR Hutan Tanaman HTR Kebun (kayu karet) 4

1. IUPHHK-HA (HPH) Jumlah IUPHHK-HA/HPH sampai dengan triwulan I tahun 2011 sebanyak 284 unit dengan luas areal izin 22.710.256 ha JPT kayu bulat Nasional untuk IUPHHK-HA tahun 2011 telah ditetapkan sebesar 9,1 juta m 3 5

2. IUPHHK-HTI Jumlah IUPHHK-HTI per triwulan I tahun 2011, sebanyak 220 unit, seluas 9.677.935 ha Realisasi penanaman areal HTI triwulan I tahun 2011 seluas 2.028 ha Luas kumulatif tanaman HTI sampai dengan triwulan I tahun 2011 seluas 4.919.290 ha 6

3. Hutan Rakyat (HR) Atau Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah Estimasi potensi HR: Luas : 3.589.343 ha Potensi Standing Stock : 125.627.018 m3 Potensi Siap Panen : 20.937.836 m3/tahun. 7

4. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. IUPHHK-HTR memberikan akses legal kepada masyarakat setempat untuk ikut sebagai pelaku usaha pemanfaatan HP Sampai dengan triwulan I tahun 2011 pencadangan areal HTR telah ditetapkan di 103 kabupaten/kota yang tersebar pada 26 provinsi dengan total luas 650.662,73 ha sampai dengan Bulan Maret 2011 penerbitan IUPHHK-HTR oleh Bupati sebanyak 1.852 unit dengan luas 126.294,95 ha 8

5. Industri Primer Hasil Hutan Kayu Jumlah IPHHK aktif tahun 2011 sebanyak 214 perusahaan, dengan jumlah unit produksi sebanyak 276 unit. Kapasitas izin IPHHK aktif: Plywood/LVL : 8.049.913 m 3 /thn Veneer : 1.851.080 m 3 /thn Kayu Gergajian : 3.158.400 m 3 /thn Serpih Kayu : 7.302.592 m 3 /thn Pulp : 8.623.021 ton/thn 9

Rekap Produksi Nasional Realisasi RPBBI Tahun 2011 IPHHK Kapasitas Izin Produksi > 6000M3/Tahun no. Jenis produksi Satuan kapasitas Unit kapasitas / tahun Realisasi produksi Realisasi penggunaan bb 1Kayu lapis dan atau Laminated Veneer Lumber M3 79 8.049.913,00 1.277.739,43 2.039.997,60 2Veneer M3 52 1.851.080,00 325.413,10 514.443,87 3Kayu Gergajian M3 129 3.158.400,01 339.554,54 640.923,54 4Serpih Kayu M3/Ton/BDT * 10 7.302.592,00 526.268,36 844.326,48 5Pulp Ton 6 8.623.021,00 2.661.891,21 13.038.789,99 Sumber : RPBBI on-line, 12/6/2011

Realisasi Pemenuhan Bahan Baku IPHHK Kapasitas di atas 6.000 m3/tahun Tahun 2011 berdasarkan sumber bahan baku No. KATEGORI SUMBER BAHAN BAKU REALISASI PEMENUHAN BAHAN BAKU (m 3 ) 1IUPHHK Hutan Alam 1.830.178,40 2IUPHHK Hutan Tanaman Industri (HTI) 8.052.219,84 3Ijin Sah Lainnya/IPK (Kayu Hutan Alam) 260.453,97 Pemilik/Pedagang HH Kayu Bulat Dari Asal Usul Yang Sah 4(Kayu Hutan Alam) 48.894,99 5Hutan Rakyat 1.127.220,88 6Impor kayu 5.907,95 7Perkebunan 133.837,71 8IPHH Kayu Lain 154.542,76 9Perum Perhutani 32.481,90 10LC Penyiapan Lahan Penanaman HTI 5.995.183,25 11Stock Kayu Bulat Akhir 31 Desember Tahun Sebelumnya 4.429.135,39 Jumlah 22.070.057,04 Sumber : RPBBI on-line, 12/6/2011

PERKEMBANGAN STRUKTUR PEMENUHAN BB IPHHK KP > 6.000 M3 / TH SELAMA 6 TH TERAKHIR (2005-2010 ) BB 30 ±35.82 HT 25 ±20.50 ±23.46 ±24.67 ±24.50 ±28.82 20 15 10 5 ±11.47 ±11.26 ±7.18 ±7.40 ±5.54 ±6.18 HA 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Th SUMBER BAHAN BAKU (Jt m3) : HA : HUTAN ALAM ( IUPHHK-HA HA / HPH & IPK / ILS ) HT : HUTAN TANAMAN ( IUPHHK-HT HT / HTI, HR, KAYU PERKEBUNAN & PERHUTANI )

Bahan baku dari hutan alam cenderung menurun tahun 2005: 20,50 juta meter kubik tahun 2010: 6,12 juta meter Bahan baku dari hutan tanaman (HTI, HR, dan perkebunan) meningkat: Tahun 2005: 11,47 juta meter kubik Tahun 2010: 35,82 juta meter kubik Hutan tanaman ke depan akan menjadi basis dan tulang punggung industri perkayuan nasional.

KEBIJAKAN 1. Sektor Hulu Kehutanan a) pembinaan dan pengembangan sumber bahan baku berupa intensifikasi pengelolaan hutan (penerapan sistem TPTJ dan Silvikultur Intensif pada areal IUPHHK) b) Pengelolaan LOA melalui pemberian IUPHHK-HT dan HTR c) penyempurnaan tata usaha kayu berbasis teknologi informasi on-line system berdasarkan prinsip lacak balak dan kondisi nyata lapangan d) pengunaan website-online system dalam penyampaian Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) 14

Kebijakan 2. Sektor Hilir Kehutanan a) memanfaatkan kayu-kayu diameter kecil dari Hutan Rakyat, HTI, dan peremajaan kebun untuk meningkatkan daya saing dan menekan penggunaan kayu dari Hutan Alam b) mendorong re-engineering/retooling IPHHK untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas industri 15

Kebijakan 3. Kebijakan Pendukung a) Fasilitas pembiayaan pembangunan HTR dan HTI melalui lembaga keuangan perbankan maupun non bank (BLU-Pusat P2H) b) peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan pelaku usaha kehutanan, melalui pelatihan berbasis kompetensi (SDM) 16

Kebijakan Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepercayaan pasar dan promosi perdagangan kayu legal, Kementerian Kehutanan mengembangkan sistem penjaminan legalitas kayu (Timber Legality Assurance System) atau Standar Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dengan melibatkan para pihak baik dalam penyusunan standar verifikasi legalitas kayu maupun kelembagaannya dengan prinsip good governance, credibility, dan representativeness. SVLK ini telah memenuhi harapan pasar Internasional khususnya memenuhi due care Lacey-Act Amerika Serikat, Green Konyuho Jepang, FLEGT-VPA Uni Eropa dan harapan-harapan pasar dunia lainnya 17

Kebijakan Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha industri, maka sejak tahun 2009, Kementerian Kehutanan memberikan penghargaan Prima Wana Mitra bagi industri dan Kelompok Tani yang giat melakukan inovasi dan kemitraan dalam pengembangan Hutan Rakyat. Tahun 2009 : diberikan kepada 14 industri Tahun 2010 : diberikan kepada 11 industri dan 15 Kelompok Tani. 18

Kunjungan Menteri Kehutanan di Koperasi Alas Mandiri KTI Probolinggo. Wujud nyata kemitraan antara industri dan masyarakat Informasi kayu hutan rakyat anggota Koperasi Alas Mandiri-KTI yang masuk sertifikasi FSC 19

Industri veneer/plywood UD Abioso di Boyolali berbahan baku sengon menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar dan memberikan bantuan bibit TERIMA KASIH 20