IV. METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani Lestari, Kalimantan Timur. Waktu penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. B. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Pita diameter untuk mengukur diameter pohon 2. Pita meter untuk mengukur luas keterbukaan areal 3. Kompas untuk menentukan arah rintis dan menentukan arah batas petak contoh penelitian 4. Hagameter 5. Karpet plastik, kantung plastik, paku, pisau dan parang 6. Patak, tali dan cat untuk menandai batas petak penelitian 7. Tally sheet, alat tulis dan kalkulator 8. Daftar nama pohon daerah 9. Sasak, kertas koran dan alkohol untuk pembuatan herbarium 10. Kamera foto dan film negatif 11. Peta areal kerja HPH PT. Kiani Lestari
31 12. Peta tat a letak pohon plot permanen 13. Peta keterbukaan areal plot permanen 14. Data pengukuran plot permanen tahun 1993. c. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Data Sekunder Data yang dikumpulkan mengenai keadaan umum lokasi yaitu a. Letak dan luas areal b. Keadaan lapangan, iklim dan tanah c. Keadaan hutan, yang meliputi tipe hutan, potensi dan jenis pohon utama yang terdapat d. pengusahaan hutan, yaitu sistem pemanenan kayu, volume produksi dan jenis kayu yang dipanen. 2. Data Primer Data primer dikumpulkan dengan cara mengadakan pengukuran langsung di plot permanen yang telah dibuat tahun 1993, yang meliputi : a. 1 plot permanen hutan primer (virgin forest) b. 3 plot permanen hutan bekas tebangan tahun ke-1 c. 4 plot permanen hutan bekas tebangan, masingmasing pada areal bekas tebangan tahun ke-5, 10, 13 dan '17. Luas masing-masing plot permanen satu hektar dan desrln bentuk plot permanen dapat dilihat pada gambar 1.
32 ~------------------- 100 m --------------------1 UTARA IV III 21 22 23 24 25 -------- -------- --------- --------- -------- jalur 5 16 17 18 -------- -------- --------- 19 20 --------- -------- jalur 4 100 m -----11- -----12- ------13- -------- -------- --------- ------14- -----15- T j1r3 10 --------- -------- l. m 6 7 8 -------- -------- --------- 9 10 --------- -------- jalur 2 1 2 3 -------- -------- --------- 4 5 --------- -------- j alur 1 I II +-- 20 m -+ p -------------- ------------------- ~ jalan hutan Gambar 1. Desain plot permanen Keterangan : 1,2,,25 - P I,..., IV Nomor urut sub petak ukuran 20m x 20 m Ti tik pasti berupa papan nama plot penelitian di tepi jalan hutan Pal batas pada tiap sudut petak contoh penelitian Jalur stratifikasi tegakan 10m x 100m
33 Subpetak-subpetak di dalam petak eontoh utama dibuat berdasarkan perkembangan tingkat vegetasi yaitu : a. Untuk tingkat pohon, subpetak ukuran 20 x 20 m 2~banyak 25 buah pada jalur 1 sampai 5. Intensitas sampling 100 % dari petak utama. b. Untuk tingkat tiang, subpetak ukuran 10 x 10 m sebanyak 20 buah pada jalur 2 dan 4. Intensitas sampling 20 % dari petak utama. e. Untuk tingkat paneang, subpetak ukuran 5 x 5 m sebanyak 20 buah pada jalur 2 dan 4. Intensitas sampling 5 % dari petak utama. d. Untuk tingkat semai, subpetak ukuran 2 x 2 m sebanyak 20 buah pada jalur 2 dan 4. Intensitas sampling 0.8 % dari petak utama. Desain subpetak-subpetak tersebut dapat dilihat pada gambar 4. 2.1. Pengukuran Diameter Pengukuran diameter dilakukan dengan mengukur diameter pohon pada ketinggian 130 em (dbh) atau 20 em di atas banir, yaitu pada tanda paku bekas pengukuran sebelumnya, dengan menggunakan pita diameter. Pohon yang diukur adalah pohon yang berdiameter 10 em ke atas.
34 Hasil pengukuran dituliskan pad a karpet plastik, dibungkus kantong plastik dan dipakukan tepat disamping pengukuran tahun lalu. Pohon yang diukur sesuai dengan nomor urutnya dan apabila terdapat pohon baru yang meneapai diameter 10 em atau lebih pada tahun pengukuran ini, maka diberi nomor baru dengan memberi nomor pohon didekatnya ditambah huruf a, b, atau c. 2.2. Data Pohon-pohon yang Mati Pohon-pohon dieatat nomor, berdiameter 10 em up yang mati jenis, diameter dan sebab-sebab kematiannya. 2.3. Keterbukaan Areal/Tanah Keterbukaan tanah adalah luas tanah yang terbuka akibat penebangan pohon dan penyaradan. Parameter yang diukur adalah arah, panjang dan lebar jalan sarad dan penebangan pohon. luas areal yang terbuka akibat Skema pengukuran sisa keterbukaan tanah akibat penebangan dan penyaradan seperti pada gambar 2 dan 3 berikut :
35 v 1 Gambar 2. Skema Pengukuran Keterbukaan Tanah Akibat Penebangan Pohon Keterangan a arah pengukuran ( 0) P tunggak pohon 1, 2, 3.. nomor titik d jarak antar titik Gambar 3. Skema Pengukuran Keterbukaan Tanah Akibat Penyaradan Keterangan a arah pengkuran (0) p panjang (m) 11, 2,.. n lebar (m) jalan sarad tegak lurus terhadap sisi jalan sarad 1, 2,... n nomor titik 1-, 2-... n-: nomor titik yang berseberangan tegak lurus satu sama lain
36 2.4. Analisis vegetasi Untuk dapat melihat perkembangan tingkat vegetasi, maka dilakukan analisis vegetasi pada jalur rintis di dalam plot permanen penelitian. Analisis vegetasi pada plot penelitian dilakukan dengan sistem jalur seperti terlihat pad a Gambar 4. Parameter yang diukur adalah : 1. Untuk tingkat pohon dan tiang meliputi nama spesies, diameter setinggi dada atau 20 em di atas banir dan jumlah tiap spesies. 2. Untuk tingkat paneang dan semai, hanya nama spesies, jumlah spesies dan jumlah individu tiap spesies. 20 m -----1 UTARA 10 m 1 ---- 10 m ----1-5 m -1 EJb ----- -- - ~b c b c ; j1r 2,4 -------- Gambar 4. Subpetak-subpetak untuk penelitian ting kat Pohon, tiang, paneang dan semai
37 Keterangan : a Subpetak penelitian tingkat semai, 2m x 2m b Subpetak penelitian tingkat pancang, Sm x Sm c Subpetak penelitian tingakat tiang, 10m X 10m d Subpetak penelitian tingkat pohon, 20m x 20 m Kriteria permudaan yang digunakan adalah kriteria permudaan berdasarkan pedoman teknis TPTI (Anonymous, 1990) sebagai berikut : a. Tingkat semai (seedling) yai tu permudaan yang tingginya mencapai 1.5 meter. b. Tingkat pancang (sapling) yaitu permudaan yang tingginya lebih dari 1.S m dan berdiameter kurang dari 10 cm. c. Tingkat tiang (poles) yaitu pohon muda yang berdiameter antara 10-19 cm. d. Tingkat pohon (tree) yaitu pohon-pohon yang berdiameter minimal 20 cm. 2.5. stratifikasi Tajuk Jalur di dalam plot permanen yang digunakan untuk anal isis stratifikasi tajuk adalah jalur 3 yang berukuran 10 x 100 meter (Gambar 1). Pengamatan dilakukan terhadap pohon berdiameter 10 em up. Parameter yang diamati adalah : - Tata letak pohon - Jenis pohon - Diameter pohon (DBH atau 20 em di atas banir) - Tinggi pohon sampai cabang pertama - Bentuk percabangan utama
38 - Bentuk tajuk - Bentuk dan ukuran proyeksi tajuk di lantai hutan - Batas terendah tajuk D. ANALISA DATA 1. Potensi Tegakan Potensi tegakan pad a plot-plot permanen dihitung berdasarkan volume pohon dari persamaan yang merupakan hubungan volume dan diameter pohon hasil pengukuran 1993. 2. Riap Diameter Tahunan Berjalan Untuk menghitung riap diameter tahunan berja- Ian dari tegakan tinggal dan hut an primer, maka masing-masing tegakan dipisahkan dalam kelompok jenis, masing-masing adalah Kelompok Komersial Dipterocarpaceae (D), Kelompok KOJJJlllersial Non Dipterocarpaeae (ND) serta Kelompok Non Komersial (NL) dan berdasarkan kelas diameter. Dihi tung dengan rumus (Elias, 1994; pers com.) ADi = dimana AD l D 1 D 1 l- Riap diameter (em) pada tahun ke-i setelah penebangan Diameter pohon pada tahun ke-i setelah penebangan Diameter pohon pada tahun ke-i-1 setelah penebangan
39 3. Perkiraan Riap Diameter Tahunan Rata-Rata Berdasar hasil pengukuran diameter tegakan bekas tebangan pada tahun ke-o, I, 5, 6, 10, II, 13, 14, 17 dan tahun ke-18, dilakukan pendugaan dan perkiraan terhadap riap tahunan rata-rata dengan mengasumsikan bahwa pengukuran diameter pada masing-masing tegakan dilakukan seeara periodik pada waktu yang berbeda, pada tegakan yang sarna. Riap diameter tahunan rata-rata tegakan tinggl seeara keseluruhan dihitung dengan menggunakan rumus (Elias, 1994; pers com.) AD = 5 dimana AD Riap diameter tahunan rata-rata tegakan tinggal = Riap diameter tahun berjalan, 1 tahun setelah penebangan (em) = Riap diameter tahun berjalan, 6 tahun setelah penebangan (em) ADll AD14.i.D 18 = Riap diameter tahun berjalan, II tahun setelah penebangan (em) = Riap diameter tahun berjalan, 14 tahun setelah penebangan (em) = Riap diameter tahun berjalan, 18 tahun setelah penebangan (em)
40 4. Keterbukaan Tanah/Areal Luas tanah/areal yang masih terbuka dan yang sudah tertutup vegetasi dipetakan pada kertas milimeter blok dengan skala 1 : 200, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus (Elias, 1994; pers com.) : K ; L P 10 000 m 2 x 100% Keterangan : K Keterbukaan tanah/areal (%) L P Luas tanah/areal yang terbuka akibat kegiatan penebangan/penyaradan th 1994 Luas tanah/areal yang sudah tertutup vegetasi 5. Analisis Vegetasi Untuk mengetahui gambaran ten tang komposisi dan struktur tegakan, dilakukan perhitungan terhadap parameter yang meliputi nilai penting, indeks dominansi dan keanekaragaman. Pengolahan data hasil ana1isa vegetasi meliputi a. Nilai penting Nilai penting digunakan untuk menentukan dominasi jenis dalam suatu tegakan. Nilai penting merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Realatif (DR), dimana (Soerianegara Indrawan, 1988)
41 1. Kerapatan = Jumlah dari individu Luas petak contoh Kerapatan Relatif (%)= (KR) Kerapatan dari suatu spesies Kerapatan seluruuh spesies 2. Dominasi = Jumlah luas bidang dasar Luas petak contoh Dominasi Relatif (%) (DR) Dominasi dari suatu spesies Dominasi dari seluruh spesies 3. Frekuensi = Jumlah plot contoh ditemukan suatu spesies Jumlah seluruh plot Frekwensi Relatif (%) = (FR) Frekwesi dari suatu spesies Frekwensi dari seluruh spesies 4. Nilai Penting (NPJ = KR + DR + FR b. Indeks Dominansi Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis dominan. Apabila dominansi lebih terkosentrasi pada suatu spesies, maka ni lai indeks dominansinya akan meningkat dan sebaliknya apabila beberapa spesies mendominasi secara bersama-sama maka
42 nilai indeks akan menurun, at au rendah. Untuk menentukan indeks dominansi dipergunkan rumus Simpson da1.ijjii Misra (1980) sebagai berikut : c -:-i-f Keterangan : ni nilai penting masing-masing spesies N total nilai penting C Indeks dominasi c. Indeks Keanekaragaman Keragaman jenis adalah parameter yang berguna untuk membandingkan 2 (dua) komunitas, terutama, untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik atau untuk mengetahui tingkat suksesi atau kestabilan. Indek keanekaragaman jenis dihitung menggunakan rumus (Margalef, 1968 dalam Misra, 1980). [ ni ] [ ni ] n H = - Z; i=l N log e N Keterangan : H ni N e 2 Indeks keanekaragaman Nilai penting masing-masing spesies Total nilai semua spesies
43 d. Koefisien Kesamaan Komunitas Koefisien kesamaan komunitas digunakan untuk menunjukan komposisi jenis dari dua contoh yang dibandingkan. Rumusnya adalah (oosting, 1956; Bray dan Curtis, 1957 dan George-smith, 1964 daiam Soerianegara dan Indrawan, 1988) dimana : C (IS) C = 2 W x 100 a + b = Koefisien kesamaan komunitas W Jumlah jenis yang sama dan nilai yangberbeda dari jenis yang terdapat dalam 2 tegakan yang dibandingkan a Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan pertama b = Jumlah jenis kedua nilai kuntitatif dari semua yang tedapat pada tegakan Nilai koefisien komunitas ini berkisar antara 0 100, makin dekat pada nilai 100 maka dua tegakan yang dibandingkan adalah makin sama. 6. stratifikasi Tajuk Stratifikasi tajuk disajikan dalam suatu diagram/gambar yang menggambarkan proyeksi tegakan dari atas (proyeksi tajuk-tajuk pada lantai hutan) dan proyeksi tegakan dari muka atau samping.
44 7. Penutupan Tajuk Atas Lantai Hutan Luas penutupan tajuk dinyatakan dalam persen, yang dihitung dengan cara (Elias, 1994; pers com. ) Penutupan tajuk pada lantai hutan dimana h T L x 100% h T L Jumlah luas proyeksi tajuk pada lantai hutan (m2) Luas lantai hutan petak contoh (Luas jalur stratifkasi ; 10x100 meter) 8. Natalitas dan Mortalitas Tingkat Natalitas dan Mortalitas dihitung dengan rumus (Elias, 1994; pers com.) : h Et+i - h Et+(i-1) N x 100% h Et+(i-1) h Et+(i-1) - h Et+i M x 100 % h Et+(i-1) dimana M h N Et+1 Persen natalitas semai Persen mortalitas semai at au pohon/tiang Jumlah sernai at au pohon/tiang pada tahun ke-i setelah pemanenan kayu h Et+(i-1) Jumlah semai at au pohon/tiang pada tahun kei-1 setelah pemanenan kayu