BAB III PENUTUP. dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang. negara yang melanggar aturan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Organisasi internasional regional ASEAN didirikan pada tanggal 8

PENEGAKAN YURISDIKSI TERITORIAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN ASEAN PHYSICAL CONNECTIVITY

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

KASUS AMBALAT : KONFLIK WILAYAH ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA ( )

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

(archipelagic state) dan sekaligus negara pantai yang memiliki banyak pulau

BAB III PENUTUP. bahwa upaya Indonesia dalam menangani masalah illegal fishing di zona

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PULAU BATU PUTEH (PEDRA BRANCA) ANTARA MALAYSIA- SINGAPURA MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL TAHUN 2008

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

KONSEP NEGARA KEPULAUAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL (UNCLOS 1982) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA NIGER GESONG ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. berkelahi di laut dan saling bakar kapal-kapal penangkap ikannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

III. METODE PENELITIAN

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

DAFTAR PUSTAKA. Ak, Syahmin, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT.

xii hlm / 14 x 21 cm

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGATURAN HUKUM TERHADAP BATAS LANDAS KONTINEN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI GOSONG NIGER

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUNCI SOAL ULANGAN HARIAN II TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU

BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

SILABUS. Mata Kuliah : Hukum Pidana Internasional Kode Mata Kuliah : HKIn 2081 SKS : 2 : Ir. Bambang Siswanto, S.H., M.Hum

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

Heni Susila Wardoyo, S.H., M.H

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EFEKTIVITAS PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTER) BAGI ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

PERANANDANKEDUDUKANPEMERINTAHPUSAT DANDAERAHDALAMPENGEMBANGAN WILAYAHPERBATASANLAUT 1

BAB I PENDAHULUAN. terbesar pertama di dunia disusul Madagaskar diurutan kedua. Hal ini juga

Hukum Laut Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONFLIK PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Kasus: Sengketa Blok Ambalat) Moch Taufik

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

APEK HUKUM WILAYAH NEGARA INDONESIA

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

MEMAKSIMALKAN PERAN TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA 1976 (TAC) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wahyono S. Kusumoprojo, Beberapa Pikiran Tentang Kekuatan dan Pertahanan di Laut,

BAB I. Potensi Konflik Laut Tiongkok Selatan

TINJAUAN YURIDIS KEDAULATAN NEGARA ATAS PENGELOLAAN PULAU- PULAU KECIL OLEH ORANG ASING

PENGATURAN HUKUM HAK LINTAS DAMAI MENURUT KONVENSI HUKUM LAUT 1982 DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA 1 Oleh: Monica Carolina Ingke Tampi 2

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

I PENDAHULUAN. Hukum Internasional mengatur tentang syarat-syarat negara sebagai pribadi

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan mengenai peran ASEAN dalam menyelesaikan konflik, terutama konflik Indonesia dan Malaysia berkaitan dengan permasalahan klaim Blok ambalat, maka dapat disimpulkan bahwa ASEAN selama ini belum mampu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antar negara anggotanya. Hal ini disebabkan karena ASEAN masih memegang prinsip-prinsip lama yang sudah tidak sesuai lagi untuk dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang menjadi penghalang bagi ASEAN untuk menyelesaikan konflik. Selain itu tidak berfungsinya High Council dalam menyelesaikan konflik yang terjadi, hal ini dikarenakan tidak adanya sanksi tegas yang dibuat untuk negara yang melanggar aturan. Dengan demikian, para pihak yang berkonflik memakai Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan konflik yang dihadapi. Karena ada rasa ketidakpercayaan dari negara anggota yang berkonflik untuk memakai ASEAN sebagai alat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Sehingga lebih mengandalkan Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan konflik, karena Mahkamah Internasional dianggap lebih berpengalaman, 58

netral, dan memiliki sanksi yang tegas. Namun, dalam penyelasaian konflik melalui Mahkamah Internasional akan merugikan salah satu pihak. Padahal kemungkinan besar apabila konflik dapat diselesaikan secara baik-baik oleh ASEAN kemungkinan salah satu Negara dirugikan cenderung lebih kecil terjadi. Dan dengan tidak memakai Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan konflik maka tujuan dari ASEAN dimana menjaga stabilitas dan keamanan tanpa campur tangan pihak asing dapat terwujud. B. SARAN ASEAN merupakan salah satu organisasi internasional regional di kawasan Asia Tenggara. Salah satu tujuan utama berdirinya ASEAN adalah untuk menciptakan suasana aman dan kondusif di wilayah Asia Tenggara. Demi tercapainya tujuan tersebut ASEAN bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik dan persengketaan yang terjadi antar anggotanya. Karena, adanya konflik yang terjadi antar anggota ASEAN sendiri merupakan ancaman bagi terciptanya tujuan tesebut. Dengan tanggung jawab yang besar tersebut, diharapkan ASEAN dapat memiliki peraturan yang dapat diterapkan kepada anggotanya sehingga konflik-konflik internal dalam anggota ASEAN dapat dihindarkan. ASEAN seharusnya segera membentuk dan merancang peraturan yang khusus dan mengikat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antar anggotanya. Sehingga, apabila ada permasalahan atau konflik 59

antar anggota dapat diselesaikan oleh ASEAN sendiri tanpa ada campur tangan pihak ketiga. ASEAN sebagai organisasi regional dalam menyelesaiakan konflik harus memiliki sanksi yang tegas, sebagai suatu kekuatan dalam menghukum Negara anggota yang cenderung memicu konflik, karena dengan adanya sanksi yang tegas maka setiap Negara anggota akan lebih dapat mematuhi segala peraturan dalam organisasi, karena selama ini ASEAN hanya menuntut kesadaran dari Negara anggota. Selain itu, ASEAN juga harus meninggalkan prinsip non intervensi yang selama ini dianut oleh ASEAN padahal prinsip ini seringkali menghalangi upaya ASEAN dalam menyelesaikan konflik. Apabila konflik terlalu sering terjadi dan tidak dapat diatasi maka akan menghambat perkembangan ASEAN, terutama menghalangi terwujudnya komunitas ASEAN 2015. ASEAN diharapkan untuk segera melakukan pembahasan mengenai peraturan tersebut. Selain dapat mempermudah menyelesaikan konflik yang terjadi antar anggota ASEAN, ketentuan peraturan tersebut juga akan mewujudkan cita-cita ASEAN untuk mencapai suasana yang aman dan kondusif di kawasan Asia Tenggara. 60

Daftar Pustaka : Buku: AK. Syahmin SH., 1998, Masalah- Masalah Aktual Hukum Organisasi Internasional. Penerbit CV. ARMICO, Bandung. Alma Manuputy, dkk., 2008, Hukum Internasional,. Penerbit Rech-ta, Depok. Djalinus Syah,Drs, 1995, Mengenal ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya, Penerbit Kreasi Jaya Utama, Jakarta. Huala Adolf, S.H., 1991. Aspek Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.. Lexy J. Maleong, 1991, Metode Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosda Karya, Bandung. Merrills J.G. 1986, Penyelesaian Sengketa Internasional, Penerbit TARSITO, Bandung. Mirza Satria Buana,S.H., 2007. Hukum Internasional Teori dan Praktek, Penerbit Nusamedia, Bandung. P. Joko Subagyo, SH, 1993, Hukum Laut Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Sefriani, SH., M.Hum., 2009, Hukum Internasional : Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Graha Ilmu, Yogyakarta. 61

Website: http://asean-community.com/?p=283 Fungsi Organisasi ASEAN. http://www.aseansec.org/1212.htm. ASEAN Declaration, http://hukumania.blogspot.com/2009/06/masalah-ambalat-dalam-sudutpandang.html,. http://www.icj.com.case concerting sovereignty over Pulau Sipadan-Ligitan (Indonesia-Malaysia), Summary of the Judgement of 17 December 2002. http://e.jurnal.ac.id /2011/ASEAN Institute for Peace and Reconciliation./ http://tegerbangun366.blogspot.com/2011/06/asean-dan-konflik-negaraanggotanya.html. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/pembentukan-asean/, www.wikipediaindonesia.com. ASEAN dan AMBALAT. Peraturan Perundang-undangan Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) 1976 United Nations Convention on the Law of the Sea 1982. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 1985 ini mengenai Ratifikasi Konveksi Hukum Laut Internasional (UNCLOS).. Undang-Undang Nomor 4/Prp/ Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Eksklusif Indonesia. Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia Malaysia 1969. 62

Kamus : http//kamusbahasaindonesia.org. Purwono Sastro Amijoyo, Robert C. Cunningham, 2007, Kamus Inggris- Indonesia Indonesia-Inggris, Grand Media Pustaka, Semaran 63

Lampiran Peta Blok Ambalat dan Garis Batas Wilayah Laut Indonesia dengan Malaysia: Peta Wilayah Blok Ambalat yang menjadi sengketa: 64