BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi pelaksanaan pada Tahun yang menggunakan pendekatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro maka dapat ditarik kesimpulan

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAM BELAJAR BAGI PELAJAR DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan memutuskan berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP. 1

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar Negara. sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

RINGKASAN EKSEKUTIF. Penelitian Strategi Implementasi Program Pendidikan Gratis di Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

V. RANCANGAN PROGRAM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB VI PENUTUP. Dalam menganalisis implementasi kebijakan dengan menggunakan teori

BAB IV ANALISIS PROSES SIARAN DAKWAH DI RRI (RADIO REPUBLIK INDONESIA) PRO 2 SEMARANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta,

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN KELUARGA MISKIN DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu berkomunikasi.perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mengakhiri penelitian ini maka diajukan kesimpulan dan saran-saran yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronik yang hampir selalu ada di setiap rumah adalah televisi. Televisi

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

Keterlambatan APBD. Oleh: Andika Novta B., SE.

BAB I PENDAHULUAN. Penyebaran pornografi saat ini erat hubunganya dengan perkembangan teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan daerah otonomi yang ditetapkan oleh Undang undang Nomor. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. internet tidak dapat dipungkiri dalam hal penyediaan informasi global. Di zaman

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi untuk pelaksanaan fungsi birokrasi pemerintah, keberadaan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Glenn Doman dalam bukunya How to Teach your Baby to Read yang dikutip oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 62 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Metro menjadi Kota Pendidikan maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program Jam Belajar Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan singkatan JBM. Jam Belajar Masyarakat adalah suatu kegiatan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang ideal untuk mendorong proses pembelajaran anak dan warga belajar yang berlangsung dalam suasana pembelajaran yang kondusif guna mencapai prestasi secara optimal. (Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Metro, 2012:3). Waktu pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat di wilayah Kota Metro minimal 2 (dua) jam setiap hari yakni antara pukul 18.00 sampai dengan 21.00 WIB. Sedangkan untuk penetapan waktu Jam Belajar Masyarakat di masing-masing wilayah kecamatan diatur lebih lanjut oleh Camat dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kecamatan masing-masing. Program ini juga bukan dimaknai bahwa seluruh masyarakat dalam suatu Rukun Tetangga harus belajar pada jam tersebut namun masyarakat diminta untuk menciptakan suasana efektif belajar dalam jangka waktu 2 (dua) jam dalam sehari. Dalam konteks keluarga, waktu jam belajar masyarakat tidak harus jam malam seperti ditentukan di kebanyakan Program Jam Belajar Masyarakat di berbagai daerah, melainkan dapat diatur sesuai

2 dengan pertimbangan waktu yang tepat dan disepakati setiap anggota keluarganya. Pada intinya, Jam Belajar Masyarakat ini untuk mengontrol konsumsi anak-anak pelajar dan mahasiswa terhadap gencarnya hiburan yang datang dari berbagai media elektronik dan komunikasi saat ini. Anak-anak memang sangat rentan terhadap pengaruh media. Apakah itu media televisi, internet ataupun handphone. Bahkan orang tua juga berperan serta membuka peluang anak terpengaruh televisi. Orang tua yang punya waktu sedikit untuk anakanaknya, anak yang sedang mengalami periode tak tenang (misalnya teror, perceraian dan kematian orang tua), anak yang biasa terkurung dalam rumah, anak yang sering menghabiskan waktunya sendirian di rumah, orang tua yang kecanduan media, dan anak yang terjepit diantara orang tua yang berpisah berpotensi besar terpengaruh. Dampaknya, anak-anak seperti itu akan punya peluang untuk melampiaskan diri mengonsumsi media hiburan terlalu besar. Pengendalian jam belajar masyarakat bagi siswa dan mahasiswa adalah hal yang menjadi persoalan ketika jam belajar banyak disita oleh berbagai media hiburan semacam televisi atau media yang terkoneksi lewat internet dan handphone. Media televisi adalah salah satu media hiburan yang hadir di tengah-tengah keluarga sepanjang 24 jam. Kapan pun membuka channel televisi pasti akan ditemukan stasiun yang tengah melek menawarkan siaran program yang sangat variatif. Semacam ancaman dan tantangan bagi para peserta didik, orangtua dan lembaga atau institusi pendidikan untuk mengatasinya.

3 Tabel 1. Pemilik Televisi di Wilayah Kota Metro Kematan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Proyeksi Pemilik Televisi 1. Metro Selatan 14,33 14,254 87% 2. Metro Barat 11,28 25,529 93% 3. Metro Timur 11,78 35,405 95% 4. Metro Pusat 11,71 46,648 99% 5. Metro Utara 19,64 25,214 85% Jumlah 68,74 147,050 89% Sumber: (Data Proyeksi Masing-masing Kecamatan di Kota Metro, 2013). Dari tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa jumlah pemilik pesawat televisi cukup besar. Asumsinya hampir setiap keluarga dipastikan memiliki televisi untuk menjadi media hiburan. Keberadaan media yang satu ini menjadi dilematika tersendiri bagi upaya peningkatan motivasi belajar anak. Karena tayangan-tayangan dari masing-masing stasiun televisi yang ada kadang positif bagi perkembangan anak namun kadang juga ada yang justru bisa merusak motivasi dan karakter anak-anak. Untuk memantau proses JBM berjalan dengan baik, pihak Pemerintah Kota Metro membentuk tim pemantau yang akan bekerja sama dengan lurah dan ketua rukun tetangga (RT). Mereka akan memonitor apakah JBM berjalan dengan baik atau tidak. Jika ternyata tidak berjalan, akan dilakukan berbagai upaya dan pendekatan serta mencari solusi atas persoalan yang ada sehingga pada akhirnya JBM dapat berjalan baik. Program Jam Belajar Masyarakat ini sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

4 dan dikuatkan lagi dengan Keputusan Walikota Metro Nomor 144/KPTS/D- 3/2009 tentang Jam Belajar Masyarakat. Melalui Program Jam Belajar Masyarakat ini Pemerintah Kota Metro Meminta kepada seluruh masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat dengan cara mematikan televisi pada pukul 18.00 21.00 untuk kepentingan belajar anak. Pada perkembangan selanjutnya, efektivitas Program Jam Belajar Masyarakat ini mulai mendapatkan sorotan dan kritikan. Program jam belajar yang dicanangkan Pemerintah Kota Metro, masih dinilai sebagian kalangan, sebatas formalitas belaka. Pasalnya, di lapangan pelaksanaanya masih kurang optimal. (http://lampung.tribunnews.com/2011/06/21/ pencanangan-jambelajar masih-formalitas). Pihak DPRD Kota Metro pada tanggal 8 dan 9 Maret 2013 mengadakan Rapat Dengar Pendapat (hearing) dengan Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Pemuda Olahraga Kota Metro dimana salah satunya mengevaluasi pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat. Pihak legislatif menilai program ini belum dilaksanakan secara efektif oleh masyarakat dan belum didukung oleh kebijakan-kebijakan strategis dari pemerintah. Dari hasil observasi di lapangan bahkan masih banyak anggota masyarakat yang belum mengetahui adanya Program Jam Belajar Masyarakat ini. Hal ini dikarenakan minimnya sosialisasi oleh pemerintah. Sehingga informasi tentang program ini belum bisa menyentuh sampai ke tengah masyarakat dengan baik. Belum banyak langkah-langkah pemerintah untuk menyampaikan informasi pentingnya Jam Belajar Masyarakat. Bahkan

5 sebagian masyarakat menganggap program semacam itu hanya sekedar seremonial untuk pencitraan semata. Komitmen pemerintah untuk mencerdaskan masyarakat belum ditunjukkan dengan tanggung jawab yang sungguh-sungguh. Padahal jika sosialisasi terus menerus dilakukan maka secara perlahan perubahan mindset masyarakat tentang pentingnya Jam Belajar Masyarakat mulai akan terbangun. Beragam bentuk kegiatan sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan: metode penyampaian, segmentasi maupun medianya. Melihat kondisi ini ada dua substansi penting yang menjadi bahan informatif untuk dianalisis. 1. Program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro telah berlangsung selama kurang lebih 4 (empat) tahun sejak pertama kali dicanangkan pada Tahun 2009. 2. Program Jam Belajar Masyarakat merupakan jenis program yang sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannya karena domain pengaturannya ada dalam level keluarga, lingkungan Rukun Tetangga (RT), Lingkungan Kelurahan, dan masyarakat secara umum. Program Jam Belajar Masyarakat Kota Metro ini merupakan kebijakan Walikota Metro yang direpresentasikan oleh dua dokumen, yaitu: 1. Surat Keputusan Walikota Metro Nomor 144/KPTS/D-3/2009 tentang Waktu Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat Kota Metro 2. Buku Petunjuk Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat Kota Metro.

6 Setelah mengkaji kedua landasan kebijakan Jam Belajar Masyarakat tersebut dan kemudian dilengkapi dengan data hasil interview serta Focus Group Discussion (FGD) bersama warga, maka ada beberapa masalah terkait dengan rumusan dan pelaksanaan kebijakan tentang program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro, yaitu: 1. Keberadaan rumusan formal dalam Surat Keputusan Walikota Metro No. 144/KPTS/D-3/2009. Dalam rumusan Surat Keputusan tersebut memuat beberapa kekurangan dan kelemahan, yaitu: a. Surat Keputusan Walikota Metro tentang Jam Belajar Masyarakat terbuat terpisah dengan petunjuk teknis pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat yang telah disusun oleh tim Jam Belajar Masyarakat. b. Anggaran pelaksanaan program Jam Belajar Masyarakat hanya dibebankan pada APBD tahun anggaran 2009. 2. Sebagai implikasi dari permasalahan pertama maka munculnya persoalan kedua yaitu legalitas atau dasar hukum dari Buku Petunjuk Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat Kota Metro. Artinya Buku Petunjuk Pelaksanaan Jam Belajar Masyarakat yang ada belum memiliki payung hukum yang jelas dan bagaimana koneksitasnya dengan Surat Keputusan Walikota tersebut. Secara teoritis menurut Mazmanian, Daniel A dan Sabatier (Wahab, 1997:1-2), suatu implementasi kebijakan publik/program ditentukan juga oleh karakteristik kebijakan publik. Karakteristik kebijakan meliputi: (1). Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah

7 kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata. (2). Suatu kebijakan mesti memiliki kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. (3). Kejelasan besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap kebijakan tersebut. Sumberdaya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. (4). Kebijakan publik mensyaratkan kejelasan seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antara berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam implementasi program. (5). Kebijakan harus didukung oleh kejelasan tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. Karakteristik kebijakan publik Jam Belajar Masyarakat Kota Metro belum menampilkan karakteristik kebijakan sebagaimana dijelaskan oleh Mazmanian, Daniel A dan Sabatier di atas, seperti belum ada rincian kejelasan isi secara menyeluruh, yaitu masalah keberlanjutan pendanaan dan koneksitas antar kebijakan. Kemudian, kebijakan Jam Belajar Masyarakat belum memiliki kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. Selanjutnya, keterpautan dan dukungan antara berbagai institusi pelaksana belum ada. Bahkan, dukungan komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan Jam Belajar Masyarakat pun masih rendah. Kenyataan ini yang kemudian mendorong perlunya review terhadap kebijakan Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro agar menjadi kebijakan yang komprehensif dan utuh.

8 Dimensi paling inti dari kebijakan publik adalah proses kebijakan. Di sini kebijakan publik dilihat sebagai sebuah proses kegiatan atau sebagai satu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara sinambung, saling menentukan dan saling membentuk. Dalam bukunya Public Policy, Riant Nugroho (2009, 494-495) memberi makna implementasi kebijakan sebagai cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Ditambahkan pula, bahwa untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu: langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tesebut. Evaluasi pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro ini penting untuk dilaksanakan mengingat program sejenis di beberapa daerah di Indonesia cenderung kurang berjalan efektif. Ada beberapa fenomena yang menggambarkan bahwa pelaksanaan program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro kurang efektif pelaksanaannya, yaitu: 1. Pada waktu jam belajar masyarakat antara pukul 18.00-21.00 justru banyak anggota keluarga yang tengah asyik menonton sinetron di televisi. 2. Saat yang sama juga masih banyak anak-anak pelajar yang menghabiskan waktu bermain playstation, bermain gitar, dan sebagainya. 3. Dapat diungkapkan bahwa secara umum penentuan jam belajar bagi masyarakat saat ini tinggal tulisan saja. Saat ini, susah didapati sekelompok warga yang masih konsisten menerapkan aturan yang

9 memiliki nilai sangat berarti ini. (Hasil survei Maarif Institut, di Operasional Room Pemkot, Rabu (11-1).-Lampung Post). Bagi Kota Metro sendiri, Program Jam Belajar Masyarakat ini memiliki arti yang strategis di bidang pendidikan, yaitu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kecerdasan masyarakat. Upaya serius Pemerintah Kota Metro ini dapat dimaklumi karena melihat kondisi peningkatan pendidikan di Kota Metro berdasarkan indikator pendidikannya cenderung berjalan lambat. Hal ini bisa dicermati dari tabel Indikator Pendidikan Kota Metro di bawah ini: Tabel 2. Indikator Pendidikan Kota Metro Uraian 2007 2008 2009 Angka Melek Huruf (Persen) Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Sumber : (Kota Metro dalam Angka, 2009) 97,26 97,26 97,36 9,80 9,80 9,80 Menurut informasi tabel 2, memang dari segi melek huruf masyarakat Kota Metro cenderung tinggi dan terus meningkat walaupun berjalan perlahan. Namun, di sisi rata-rata lama sekolah di Kota Metro dapat dikatakan masih rendah, yaitu rata-rata warga hanya menyelesaikan pendidikannya selama 10 tahun yang artinya rata-rata masyarakat Kota Metro hanya menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat SLTA. Keberadaan Program Jam Belajar Masyarakat diharapkan dapat memacu motivasi warga untuk meningkatkan jenjang pendidikan. Dari

10 147.050 jiwa jumlah penduduk Kota Metro yang berada di tingkatan pendidikan dasar (SD) jumlahnya berkisar 20,32%. Jumlah ini cukup potensial sebagai obyek untuk peningkatan motivasi belajar masyarakat. Karena posisi level pendidikan di Sekolah Dasar merupakan dasar pembentukan karakter dan budaya yang cukup kuat bagi perkembangan anak pada fase-fase berikutnya. Jika dari kecil sudah terbentuk budaya belajar yang positif dalam diri anak-anak maka ketika sudah menapaki usia remaja anak akan memiliki karakter belajar yang lebih kuat lagi. Adapun data penduduk Kota Metro berdasarkan tingkat pendidikannya sebagaimana tersaji dalam data berikut: Tabel 3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Metro Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Lk Pr Jumlah 1. Tidak Punya Ijazah 15.35 16.02 15.68 2. Sekolah Dasar 19.52 21.15 20.32 3. SLTP Sederajat 17.32 21.67 19.46 4. SMU Sederajat 29.14 21.48 25.38 5. SMK Sederajat 7.00 6.08 6.55 6. D-1/D-2/D-3 2.79 6.07 4.40 7. D-4/S-1/S-3 8.88 7.53 8.21 Jumlah 100.00 100.00 100.00 Sumber: (Metro dalam Angka 2012) Guna mendukung visi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan dan agar Program Jam Belajar Masyarakat (JBM) yang telah dilakukan tetap konsisten dengan tujuan, prosedur dan berhasil dengan baik, saat ini perlu dilakukan

11 penilaian oleh pihak eksternal untuk mengkaji berbagai aspek yang berhubungan dengan Program Jam Belajar Masyarakat yang telah dilaksanakan tersebut. Kemudian, melalui studi ini diharapkan juga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan, kemajuan-kemajuan, dan kemudian disusun rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat Kota Metro di masa akan datang. Untuk itu diperlukan data dan informasi sebanyak mungkin mengenai kondisi pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro, khususnya di lingkungan Kelurahan di Kota Metro setelah diberlakukan Program Jam Belajar Masyarakat. B. Perumusan Masalah Dari uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui capaian/pelaksanaan (achievement) Program Jam Belajar Masyarakat di Kota Metro pada tahun 2010 2013. 2. Untuk mengukur kemajuan (progress), yang terkait dengan tujuan Program Jam Belajar Masyarakat. 3. Untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat.

12 4. Untuk melihat efektivitas Program Jam Belajar Masyarakat atau melihat perbedaan yang dicapai program tersebut. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna secara teoritis maupun praktis yaitu: 1. Secara Teoritis: Penelitian ini merupakan salah satu kajian terhadap kebijakan publik (public policy) khususnya yang berkaitan dinamika kebijakan, analisis kebijakan dan manajemen kebijakan. 2. Kegunaan Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi Pemerintah Kota Metro dalam proses evaluasi Jam Belajar Masyarakat (JBM).