NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERKAWINAN DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA SUAMI ISTRI

dokumen-dokumen yang mirip
Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGUNGKAPAN DIRI DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA SUAMI YANG MENJALANI HUBUNGAN LONG DISTANCE RELATIONSHIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

1. Pendahuluan KOMITMEN PADA PERKAWINAN (STUDI KASUS PADA PERKAWINAN GURU DI PURWOKERTO)

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami) SKRIPSI

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB III METODE PENELITIAN. datanya berbentuk angka angka dan dianalisa menggunakan statistik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

Perbedaan Cinta (Intimacy, Passion, Commitment) Ditinjau dari Lamanya Usia Perkawinan pada Istri yang Bekerja

PENDAHULUAN. Dalam setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai tugas. perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, termasuk pada

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

PERAN REGULASI EMOSI DALAM KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI USIA DEWASA AWAL

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERKAWINAN DAN KUALITAS PERKAWINAN PADA SUAMI ISTRI Oleh: Ghina Fitria 12320182 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERKAWINAN DAN KUALITAS PERKAWINAN SUAMI ISTRI Ghina Fitria Hepi Wahyuningsih INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan pada pasangan suami istri. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah akan ada hubungan positif antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan pada pasangan suami istri. Subjek dalam penelitian ini adalah 100 orang subjek yang terdiri dari 44 suami dan 56 istri dengan rentang usia 18-63 tahun. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu skala komitmen perkawinan Sternberg s Tringular Love Scale (STLS) yang mengacu pada teori Sternberg (1988) dengan nilai α=0,865. Dan skala kualitas perkawinan The Indonesian Moeslim Marital Quality Scale (IMMQS) dari Wahyuningsih (2013) dengan nilai α=0, 772. Metode analisis data dari Spearman. Hasilnya menunjukan ada hubungan positif antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan pada pasangan suami istri (r=0,520). Kata kunci: marital commitment, marital satisfaction, couples

PENGANTAR Kualitas perkawinan adalah hal yang sangat penting bagi pasangan suami istri. Karena dengan kualiats perkawinan yang baik maka pasangan suami istri akan merasa bahagia dengan pernikahannya. Pentingnya kepuasan pernikahan ini juga dipertegas oleh Lavenson, Carstensen, dan Gottman (1994) dalam penelitiannya menunjukan bahwa kepuasan bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Dengan kata lain, pasangan dari pernikahan yang puas memiliki tingkat kesehatan mental dan fisik lebih baik dari pasangan yang merasa puas dengan pernikahannya. Kualitas perkawinan dan kepuasan perkawinan merupakan kedua istilah yang mencerminkan hal yang sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fincham dan Rogge (2010) bahwa istilah kualitas perkawinan, kepuasan perkawinan, penyesuaian perkawinan, keberhasilan perkawinan, dan persahabatan sering digunakan secara bergantian, namun pada kenyataannya istilah tersebut merupakan kualitas dari hubungan. Meskipun demikian, sejumlah realitas menunjukan bahwa pasangan suami istri yang menikah tidak banyak yang mengalami kualitas perkawinan yang tinggi dalam perkawinannya. Seperti data yang dilansir oleh (DREAM.CO.ID) kementrian agama menemukan temuan meningkatnya perceraian dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Dari dua juta pasangan menikah, sebanyak 15 hingga 20 persennya bercerai, sekitar 300.000 sampai 400.000 pasangan bercerai. Sementara jumlah kasus perceraian yang diputus Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia pada 2014 mencapai 382.321 naik sekitar 131.023 kasus

dibandingkan tahun 2010 sebanyak 251.208 kasus, sementara dalam persentase berdasarkan data Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, dalam lima tahun terakhir terjadi kasus gugat cerai mencapai 59 persen hingga 80 persen. Selain itu, kasus di kota Sukabumi menurut Kementrian Agama pada tahun 2014 kasus perceraian hanya di kisaran 30 hingga 35 kasus setiap bulannya dari 450 pernikahan, namun kini pada tahun 2015 perceraian meningkat rata-rata hingga kisaran 60 kasus tiap bulannya (kemenag.go.id). Selain masalah perceraian, kualitas perkawinan yang rendah juga ditandai dengan seringnya pasangan suami istri mengalami pertengkaran atau cekcok dalam perkawinannya, karena hal tersebut bisa memicu kepada tindakan kekerasan jika pertengkaran tersebut tidak dapat diatasi. Berdasarkan data Komnas Perempuan, pada tahun 2012, sedikitnya ada 8.315 kasus KDRT dalam setahun. Jumlah itu mengalami peningkatan di tahun 2013 yang mencapai 11.719 kasus atau naik 3.404 kasus dari tahun sebelumnya (Sindonews.com). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas perkawinan yaitu terpenuhinya kebutuhan materil akan memberikan kepuasan fisik dan biologis (dan juga memberikan kepuasan psikologis). Kepuasan fisik dan biologis yang terpenuhi, dapat diwujudkan dalam bentuk sadang, pangan dan papan, dan terawatnya kehidupan rumah tangga. Terpenuhinya kebutuhan seksual ditandai dengan kondisi hubungan seksual yang baik dan keharmonisan pasangan dalam rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan psikologis untuk mencapai kualitas perkawinan adalah rasa aman, kerjasama, saling pengertian, dapat menerima

perasaan, saling menghormati, saling menghargai, dan adanya komitmen. menurut Saxton (Larasati 2012). Menurut Weigel (2003) komitmen pada pasangan suami istri ditemui dalam komunikasinya sehari-hari dan motivasi mempertahankan pernikahan, yang kemudian pasangan mengartikan komitmen sebagai kebersamaan, komunikasi, persahabatan, kepercayaan, kesamaan, menepati janji, dan saling memberikan dukungan. Lalu pasangan yang bermaksud melanjutkan hubungannya akan merasa lebih nyaman untuk menginvestasikan sumber dayanya di masa mendatang. Komitmen adalah bentuk dari adanya kepatuhan pada keputusan yang telah dibuat. Jika individu tidak dapat memelihara komitmen ini, maka dapat dikatakan individu tersebut tidak dapat bertanggungjawab pada keputusan yang telah dibuatnya. Pandangan yang jauh ke depan juga merupakan salah satu faktor dalam membuat suatu komitmen. Jika individu tidak berpikir jauh ke depan sebelum membuat suatu keputusan maka akan mudah bagi seseorang tersebut untuk goyah komitmennya dan merasa tidak cocok dengan keputusan yang telah dibuatnya (A.L. Waterman & S.L. Archer, 1993), dalam hal ini keputusan untuk menikah. Jika komitmen tersebut goyah maka bukan tidak mungkin individu akan mengambil keputusan untuk bercerai. Sejalan dengan hal di atas, Impett dkk (2008) menyebutkan, bahwa komitmen pernikahan dapat menjaga stabilisasi hubungan, termasuk hubungan pernikahan. Komitmen pernikahan merupakan sejauh mana seorang individu

mengalami orientasi jangka panjang terhadap hubungan, termasuk keinginan untuk mempertahankan hubungan untuk lebih baik atau lebih buruk. komitmen dalam perkawinan menjadi hal yang sangat penting bagi kelangsungan perkawinan pasangan suami istri, karena jika salah satu dari pasangan suami istri sudah tidak berkomitmen, maka hal yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka adalah komunikasi yang berkurang, tidak ada tanggung jawab seperti suami menafkahi istri atau istri melayani suami, kurangnya waktu untuk bersama, dan yang paling parah bisa terjadi perselingkuhan yang mengakibatkan perceraian pada pasangan suami istri yang akhirnya saling menyakiti satu sama lain. Hal-hal tersebut menjadi faktor rendahnya kualitas perkawinan yang dirasakan oleh pasangan suami istri. Saat ini komitmen perkawinan menjadi sesuatu yang sangat rentan dan nampaknya menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Indonesia, karena dilihat dari kasus-kasus perceraian yang semakin meningkat setiap tahunnya begitu pula kasus KDRT. Angka perceraian dan KDRT yang semakin meningkat menunjukan adanya permasalahan-permasalahn dalam pernikahan yang semakin kompleks dan menjadi bukti bahwa tidak tercapainya kualitas perkawinan yang diharapkan oleh pasangan suami istri merupakan masalah yang banyak terjadi saat ini.

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek penelitian ini yaitu suami atau istri, berada di Desa Nyalindung Kabupaten Sukabumi, minimal memiliki 1 anak, bersedia menjadi subjek penelitian ini, dan usia antara 18 63 tahun. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu metode yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut Azwar (2010), kuesioner adalah bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan serta data yang didapatkan dari kuesioner merupakana data yang dapat dikategorikan sebagai data faktual. 1. Skala Kualitas Perkawinan Skala kualitas perkawinan dalam penelitian ini menggunakan skala kualitas perkawinan yang dibuat oleh Wahyuningsih (2013). Skala kualitas perkawinan dari Wahyuningsih (2013) mengungkap 3 aspek yaitu persahabatan, kepuasan terhadap anak, dan keharmonisan. Skala kualitas perkawinan terdiri dari 13 aitem. Skala ini menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban dari setiap pernyataan yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor pada aitem ini yaitu SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Kualitas perkawinan subjek dapat dilihat berdasarkan jumlah skor yang diperoleh subjek dari skala ini. Semakin tinggi

skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula kualitas perkawinan subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula kualitas perkawinan subjek. 2. Skala Komitmen Perkawinan Skala komitmen perkawinan dalam penelitian ini menggunakan skala komitmen yang di buat oleh Stenberg (1988), skala komitmen dari Stenberg (1988). Aspek komitmen perkawinan berjumlah 15 aitem, seluruh item pada Tringular Theory of Love Scale Stenberg merupakan aitem favorable. Pada alat ukur aslinya digunakan skala thurstone yang terdiri dari sembilan angka pilihan jawaban, dari pilihan tidak sama sekali yang tertulis di bawah angka satu, sampai sangat yang tertulis di bawah angka sembilan. Namun untuk kuisioner yang peneliti berikan kepada partisipan, peneliti memodifikasi skala yang ada dengan mengubahnya ke dalam bentul skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban saja, yakni STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (sesuai), SS (sangat sesuai). Modifikasi peneliti lakukan berdasarkan penilaian ahli (expert judgement) yang menyatakan bahwa akan lebih mudah bagi partisipan untuk mengisi kuesioner apabila pilihan jawaban yang ditawarkan dipersempit. Disamping itu, modifikasi juga dilakukan karena pada bentuk skala dengan sembilan angka pilihan jawaban, akan sulit bagi partisipan untuk membedakan pilihan jawaban yang jaraknya berdekatan atau tidak terlalu jauh, dan akan sulit pula bagi partisipan untuk mengetahui perbedaan dari angka-angka pilihan jawaban yang tidak ada keterangn tertulis di bawahnya. Setelah partisipan menuliskan

seluruh jawaban, respon partisipan akan dinilai dengan cara menjumlahkan setiap angka pilihan jawaban yang dituliskan oleh partisipan. Untuk mengukur tingkat komitmen, maka yang dijumlahkan hanya item-item yang mewakili komponen komitmen saja. Hasil Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah suami atau istri dengan total subjek 100 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dijelaskan mengenai deskripsi dari subjek penelitian yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelitian Katergori Kelompok Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Penghasilan Buruh Wiraswasta PNS IRT <Rp 1.000.000,00 >RP 1.000,000,00 Keterangan Laki-laki Perempuan 18-26 27-35 36-44 45-53 54-63 jumlah 44 56 3 31 42 19 5 16 33 11 40 57 persentase 44% 56% 3% 31% 42% 19% 5% 16% 33% 11% 40% 57% 43 43% Berdasarkan data yang diperoleh dari subjek, peneliti menggolongkan subjek dalam lima kategori pada masing-masing variabel yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berikut ini adalah rumus dari norma kategorisasi:

Tabel 2 Nilai Kategorisasi Persentil Nilai Persentil Komitmen Perkawinan 20 45,00 40 47,00 60 50,00 80 54,00 Tabel 3 Rumus Norma Kategorisasi Persentil Kategorisasi Sangat Rendah Rendah Normal Tinggi Sangat Tinggi Kepuasan Perkawinan 39,00 40,00 43,00 45,00 Rentang Nilai X < P20 P20 X < P40 P40 X < P60 P60 X P80 X > P80 Berdasarkan nilai kategorisasi persentil tersebut, maka subjek penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori pada variabel komitmen perkawinan dan variabel kualitas perkawinan. a.tabel 4 Kategorisasi Subjek Pada Variabel Komitmen Perkawina Variabel Kualitas Perkawinan Rentang Nilai X < 45,00 45,00 X < 47,00 47,00 X < 50,00 50,00 X 54,00 X > 54,00 Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Frekuensi 10 28 15 29 18 Persentase 10% 28% 15% 29% 18% b.tabel 5 Kategorisasi Subjek Pada Variabel Kualitas perkawinan Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Kualitas X < 39 Sangat Rendah 13 Perkawinan 39,00 X < 40,00 Rendah 16 40,00 X < 43,00 Sedang 28 43,00 X 45,00 Tinggi 26 X > 45,00 Sangat Tinggi 17 Persentase 13% 16% 28% 26% 17% Berdasarkan tabel diatas, menunjukan persentase terbesar dari variabel komitmen perkawinan berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 29%. Sementara

itu, pada variabel kualitas perkawinan berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 28%. 1. Uji Asumsi Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya sebaran data pada masing-masing variabel penelitian. Nilai dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Uji Normalitas Variabel (p) Keterangan Komitmen Perkawinan 0,000 Tidak Normal Kepuasan Perkawinan 0,000 Tidak Normal Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa variabel komitmen perkawinan berdistribusi tidak normal. Variabel komitmen perkawinan memperoleh hasil 0,000 (p < 0,05). Sedangkan untuk variabel kepuasan perkawinan juga memperoleh hasil 0,000 (p < 0,05) yang menunjukan bahwa distribusi tidak normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linear apabila p < 0,05 sedangkan dapat dikatakan tidak linear apabila kedua variabel memiliki nilai p > 0,05.

Tabel 7 Uji Linearitas Variabel Koefisien Linearitas (F) Komitmen Perkawinan 38,858 dan Kepuasan Perkawinan (P) Keterangan 0,000 Linear Berdasarkan tabel 12, di dapatkan hasil p = 0,000 (p < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa variabel pada penelitian ini memiliki hubungan yang linear. 2. Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah akan ada hubungan positif antara komitmen perkawinan dan kepuasan perkawinan pada suami istri. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi dari Spearman karena sebaran distribusi data penelitian tidak normal. Kedua varriabel dikatakan berhubungan jika p < 0,05. Hasil uji hipotesis dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 8 Uji Hipotesis Variabel Komitmen perkawinan dan Kualitas Perkawinan R 0,520 r2 0,270 (P) 0,000 Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan positif antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan pada pasangan suami istri. Hal ini dilihat dari hasil p=0,000, sehingga p < 0,05 menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan pada pasangan suami istri.

Setelah melakukan uji hipotesis dan diperoleh hasil yang menujukan bahwa adanya hubungan antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan, selanjutnya Peneliti menggunakan analisis tambahan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kualitas perkawinan ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Hasil analisis yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 9 Hasil analisis tambahan korelasi antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan berdasarkan data demografi Variabel r r 2 (p) Pada responden laki-laki 0,595 0,354 0,000 Pada responden perempuan 0,477 0,227 0,000 Usia di bawah 40 tahun 0,671 0,450 0,000 Usia di atas 40 tahun 0,432 0,186 0,001 Tabel di atas menunjukan peran komitmen perkawinan terhadap kualitas perkawinan bervariasi menurut faktor gender dan usia responden. r 2 =0,354 pada lakilaki dan r 2 =0,227 pada perempuan, yang menunjukan bahwa laki-laki lebih perlu untuk berkomitmen daripada perempuan. Sedangkan hasil analisis yang dilakukan berdasarkan perbedaan usia menunjukan adanya perbedaan tingkat komitmen berdasarkan kategori usia di bawah 40 tahun dan di atas 40 tahun. Hal ini dilihat dari hasil r 2 =0,450 pada kategori usia di bawah 40 tahun dan r 2 =0,186 pada kategori usia di atas 40 tahun, yang menunjukan bahwa pada kategori usia di bawah 40 tahun lebih perlu untuk berkomitmen daripada kategori usia di atas 40 tahun.

Pembahasan Dalam penelitian ini diajukan hipotesis akan ada hubungan positif antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan. Uji hipotesis menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan sehingga hipotesisnya diterima, yang membuktikan bahwa ada korelasi yang artinya semakin tinggi komitmen perkawinan maka semakin tinggi juga kualitas perkawinan yang dirasakan oleh pasangan suami istri. Dengan diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, maka bisa diketahui bahwa komitmen perkawinan berhubungan positif dengan kualitas perkawinan. Dengan adanya komitmen perkawinan yang tinggi maka seseorang akan merasakan kualitas perkawinan yang tinggi pula. Menurut Wieselquist (Wulandarai, 2014) komitmen perkawinan sudah lama dikenal sebagai faktor yang signifikan dalam perkembangan dan stabilitas yang berkelanjutan dalam sebuah perkawinan. Riset menyatakan bahwa komitmen dalam hubungan dekat merupakan prediktor penting dari sejumlah variabel yang menggambarkan aspek positif dalam hubungan personal. Pasangan yang tingkat komitmennya tinggi cendrung lebih baik hati dan suka menolong satu sama lain. Dilihat dari kategorisasi subjek penelitian dapat dilihat bahwa hasil penelitian menemukan 28% atau 28 orang dari 100 subjek memiliki tingkat kualitas perkawinan dalam kategori sedang. Sedangkan 26% atau 26 orang memiliki tingkat kualitas perkawinan yang sangat tinggi, 17% atau 17 orang memiliki tingkat kualitas perkawinan yang sangat tinggi. Sisanya, 16% atau 16

orang memiliki kualitas perkawinan yang rendah, dan 13% atau 13 orang memiliki tingkat kualitas perkawinan yang sangat rendah. Data tersebut menunjukan bahwa tingkat kualitas perkawinan di Desa Nyalindung Kabupaten Sukabumi sebagian besar berada pada kategori sedang. Kemudian penelitian juga melakukan analisis tambahan untuk melihat perbedaan komitmen perkawinan ditinjau dari jenis kelamin dan usia. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat komitmen pada kualitas perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dilihat dari hasil r 2 =0,354 pada laki-laki dan r 2 =0,227 pada perempuan, yang menunjukan bahwa laki-laki lebih perlu untuk berkomitmen daripada perempuan. Sedangkan hasil analisis yang dilakukan berdasarkan perbedaan usia menunjukan adanya perbedaan tingkat komitmen berdasarkan kategori usia di bawah 40 tahun dan di atas 40 tahun. Hal ini dilihat dari hasil r 2 =0,450 pada kategori usia di bawah 40 tahun dan r 2 =0,186 pada kategori usia di atas 40 tahun, yang menunjukan bahwa pada kategori usia di bawah 40 tahun lebih perlu untuk berkomitmen daripada kategori usia di atas 40 tahun. Kemudian, hasil penelitian ini menunjukan bahwa komitmen terbukti tinggi pada perkawinan yang usianya singkat, memiliki perbedaan dengan teori yang dikemukakan oleh Sternberg (1986), dimana dinyatakan bahwa pada hubungan yang masih terjalin sebentar, komitmennya masih rendah. Perbedaan hasil penelitian dengan teori ini mengindikasikan bahwa saat ini, suami atau istri yang baru menikah telah menumbuhkan komitmennya dengan kesetiaan hanya mencintai pasangannya.

Papalia, Olson, Feldman (2007) yang menyatakan bahwa kepuasan pernikahan juga di pengaruhi oleh faktor usia, menurut teori perkembangan Santrock (1995) usia 20-40 tahun tergolong dewasa muda (young), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya sehingga komitmen sangan dibutuhkan pada usia ini. Meskipun dalam uji hipotesis penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Dalam skala komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan terdapat item-item yang bersifat personal, sehingga subjek enggan menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dialami, karena takut kerahasiaannya diketahui oleh orang lain atau karena ingin terlihat kehidupan perkawinannya baik-baik saja. Kedua, skala

diisi tanpa adanya pengawasaan langsung dari peneliti, karena skala ditinggal dan diambil pada hari berikutnya. Saran Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian mengajukan saran berdasarkan hasil yang diperoleh, sebagai berikut: 1. Bagi Subjek Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pentingnya komitmen dalam perkawinan karena dengan komitmen suami maupun istri akan merasakan kebahagiaan dalam pernikahannya. Karena suami ataupun istri akan peduli terhadap pasangannya, bertanggung jawab, saling percaya, dan tidak akan membiarkan ada orang lain merusak hubungan mereka. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, seperti pemilihan subjek penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2010). Metode penelitian (edisi 4). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Fishman FD and Rogge R (2010) Understanding relationship quality: Theoretical challenges and new tools for assessment. Journal of Family Theory & Review 2: 227-242. Larasati A. (2012) Kepuasan perkawinan pada istri ditinjau dari keterlibatan suami dalam menghadapi tuntutan ekonomi dan pembagian peran dalam rumah tangga. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol 1, No. 03, Desember Lavenson, R. W., Carstensen, L.L., & Gottman, J.M (1994). The influence of age and gander on affect, phsychology, and their interrelations: A study of long-term marriages. Journal of Personality and Social Psychology, 67, 56-68. Monks, F. J., Knoers, A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Papalia, D.E. and Olds, S.W. and Feldman, R.D., (2007). Human development. Tenth edition. New York : McGraw Hill International Edition. Santrock, W. J., 1995. Life span development. Jilid 1 Edisi ke 5. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sternberg, R. J., (1986). A tringular theory of love. Psychologycal Review, 93, 119-135. Sternberg, R. J., (1988). The triangle of love: intimacy, passion, commitment. New York: Basic Book, Inc. Wahyuningsih H. (2013). The Indonesian moeslim marital quality scale: Development. validation, and realibility, publisher at Osaka, japan Wulandari, D.A. (2014). Komitmen pada perkawinan ditinjau dari kepuasan dalam perkawinan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP. Purwokerto, 6 September 1601200.html.diunduh 05-26-2016 jam 11:55 WIB http://www.dream.co.id/news/angka-perceraian-meningkat-lima-tahun-terakhir- http://bimasislam.kemenag.go.id/post/berita/awas-angka-perceraian-di-kotasukabumi-meningkat-tajam#. diunduh 05-26-2016 jam 12:18 WIB http://daerah.sindonews.com/read/919676/22/angka-kdrt-di-indonesia-meningkatini-sebabnya-1415099048. Diunduh 06-02-2016 jam 21:45 WIB