BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. 86%-nya menderita penyakit periodontal (Arif, 2013). Menurut (Carranza, dkk., 2006), actinomycetemcomitans merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme spesifik atau kumpulan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: TIURMA SITOMPUL NIM:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah mikroorganisme yang ditemukan pada plak gigi, dan sekitar 12

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

Keywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat gunamemperolehgelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : JOCELYN NIM :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme memegang peranan penting pada perkembangan penyakit pulpa dan jaringan periapikal.dari sekitar 500 spesies bakteri yang dikenal sebagai flora normal mulut, hanya sebagian kecil saja yang dapat diisolasi dari pulpa terinfeksi. Di dalam satu penelitian yang memeriksa gigi utuh yang saluran akarnya terinfeksi, lebih dari 90% bakterinya adalah bakteri anaerob obligat. 1 Suatu penelitian dengan menggunakan teknik sampling anaerob, menunjukkan bahwa selain Streptococci, Lactobacilli dan Actinomyces, spesies obligat anaerob seperti Fusobacterium, Peptostreptococcus, Eubacterium, Propionibacterium, Veillonella, Wolinella, Prevotella dan Porhyromonas merupakan bakteri yang mendominasi saluran akar. 2 Menurut Sundqvist (1994) bakteri yang paling banyak ditemukan pada saluran akar adalahfusobacterium nucleatum yaitu 48%. 3 Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri gram negatif obligat anaerob, tidak membentuk spora dan nonmotil. 4 Mikroorganisme di dalam saluran akar dapat tumbuh tidak hanya sebagai sel planktonik, tetapi juga dapat membentuk suatu biofilm yang terdiri dari jaringan kompleks dari berbagai mikroorganisme. Pembentukan biofilm didalam saluran akar dimulai setelah mikroorganisme kontak dengan tanduk pulpa dan morfologi saluran akar yang begitu kompleks juga mendukung pembentukan biofilm. 5 Kemampuan patogenesis Fusobacterium nucleatum tidak hanya sebagai bakteri tunggal namun dapat dikaitkan dengan keberadaan bakteri lain. Pada suatu penelitian menunjukkan bahwa pada ph 8,2 Fusobacterium nucleatum dapat melekat dan membentuk suatu lapisan biofilm yang homogen. 6 Kemampuan Fusobacterium nucleatum untuk melekat dengan spesies bakteri lain berhubungan dengan beberapa hal, diantaranya adalah kemampuannya mengumpulkan glukosa dalam bentuk glukan interseluler

yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Hal ini memungkinkan bakteri lain untuk mendekati permukaan Fusobacterium dan selanjutnya berikatan dengan dinding sel Fusobacterium. 4 Adanya kombinasi dari F. nucleatum, Prevotella spp, dan Porphymonas spp dapat menjadi risiko terjadinya flare-up endodonti. 2 Interaksi koagregasi antara E. Faecalis dan F. nucleatum meningkatkan kemampuan mikroorganisme tersebut untuk hidup berdampingan dalam komunitas mikroba dan berkontribusi terhadap infeksi endodonti. 3 Untuk mengeliminasi bakteri penyebab infeksi saluran akar perlu dilakukan perawatan saluran akar, dimana tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah menghilangkan bakteri sebanyak mungkin dari saluran akar dan menciptakan lingkungan dimana organisme yang tersisa tidak dapat bertahan hidup. 7 Perawatan saluran akar membutuhkan penggunaan bahan medikamen saluran akar untuk mengeliminasi mikroorganisme yang tidak dapat dicapai dengan teknik preparasi chemo-mechanical, yang kemungkinan dapat disebabkan oleh karena anatomi pulpa yang begitu kompleks sehingga beberapa mikroorganisme dapat bermigrasi ke ramifikasi, isthmus, delta saluran akar, dan tubulus dentin setelah dilakukan preparasi chemo-mechanical. 7 Syarat dari bahan medikamen saluran akar adalah harus memiliki aktivitas antimikroba, bersifat biokompatibel, dapat mengeliminasi bakteri yang tidak tereliminasi pada prosedur eliminasi, dan dapat mengontrol atau mencegah nyeri setelah perawatan. 8 Medikamen saluran akar yang digunakan dalam perawatan endodonti dapat dibagi atas beberapa kelompok besar yaitu golongan fenol, aldehida, halida, steroid, kalsium hidroksida, antibiotik dan kombinasi. 8 Kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi sejak tahun 1920 hingga saat ini. Kalsium hidroksida memiliki keunggulan yaitu memiliki efek antimikroba, dapat mempertahankan aktivitas antimikrobanya untuk waktu yang lebih panjang, dapat menghambat resorpsi tulang dan menghidrolisis lipopolisakarida (LPS) yang umumnya dimiliki oleh bakteri gram negatif. 7-9 Selain memiliki kelebihan kalsium hidroksida juga memiliki kekurangan yaitu memiliki efek antimikroba yang berkerja lambat hingga memerlukan waktu

minimal satu minggu, memiliki efek yang kurang baik pada jaringan periodontal ketika digunakan sebagai medikamen saluran akar selama perawatan saluran akar rutin, dapat menghambat proses perlekatan gingival fibroblastdan beberapa bakteri ditemukan resisten terhadap kalsium hidroksida salah satunya adalah Fusobacterium nucleatum. 9-11 WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Obat herbal telah diterima secara luas hampir di seluruh negara di dunia. Afrika, Asia, dan Amerika menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Obat herbal secara umum dinilai lebih aman dibandingkan dengan obat modern, hal ini dikarenakan efek samping yang ditimbulkan oleh obat herbal lebih sedikit dari obat modern. 12 Salah satu tumbuhan herbal yang masih dalam penelitian adalah daun Afrika (Vernonia amygdalina). Daun Afrika (Vernonia amygdalina)yang dikenal dengan sebutan South Africa leafdi Malaysia merupakan salah satu tanaman herbal yang telah sering digunakan sebagai obat tradisional seperti obat diabetes, bronkitis,malaria, campak, diare,demam, batuk dan schitosomiasis.daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki kandungan yang memiliki aktivitasbiologis antara lainanthraquinones (0.08± 0.001),Tannins (1.55± 0.81), Flavonoids(0.17 ± 0.004), Alkaloids (2.95± 0.40), Saponins (2.85± 0.39), Cardiac glycosides (1.10 ± 0.03), Triterpenes (0.54 ± 0.02). 13 Aktivitas biologis yang terdapat dalam daun Afrika( Vernonia amygdalina) dapat berperan sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antiinflamasi,analgesikantioksidan, antikanker dan antidiabetes. 14 Daun Afrika (Vernonia amygdalina) juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi sakit gigi dan rematik dikarenakan aktivitas analgesik yang dimilikinya. 15 Aktivitas antibakteri pada Vernonia amygdalina diduga karena memiliki kandungan Flavanoids, Anthraquinones, Tannins, dan Saponins.Pada suatu penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari akar danbatang Vernonia amygdalina yang digunakan sebagai chewing stick di Nigeria menunjukkan aktivitas bakterisida

terhadap bakteri anaerob rongga mulut seperti B. oralis, B. melaninogenicus, B. gingivalis, dan B. asaccharolyticuspada konsentrasi < 10%.Ekstrak air dari akar Vernonia amygdalina juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus gordoni, Porphyromonas nigrescens, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum dan P. aeruginosa dengan kadar hambat minimum 100mg/ml. 14 Aktivitas antibakteri dari ekstrak daun Afrika (Vernonia amygdalina) lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak batang dan akar. 16 Pada penelitian yang dilakukan oleh Ilondu et al(2009) menunjukkan bahwa pada ekstrak air daun Afrika(Vernonia amygdalina) dengan konsentrasi 50%, 40%, 30%, 20%, 10% memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan jamur. 17 Pada penelitian Anibijuwonet al(2012), ekstrak etanol Vernonia amygdalinaterhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menunjukkan hasil KHM 30mg/ml dan KBM 50mg/ml dan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan hasil KHM 45mg/ml dan KBM 125mg/ml. 18 Pada penelitiantula et al(2012), ekstrak etanol daun Afrika memiliki daya antibakteri terhadapshigella sp,staphylococcus aureus, Salmonella thypi, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa yang menunjukkan KHM pada konsentrasi 150mg/ml efektif terhadap bakterishigella sp, E.coli, P. mirabilis, K. pneumonia, P. aeruginosa, pada konsentrasi 175 mg/ml efektif terhadap bakteri S.thypi, dan pada konsentrasi 125 mg/ml efektif terhadap bakteri S.aureus. 16 Pada penelitian terdahulu menyatakan bahwa ekstrak etanol lebih menunjukkan efektivitas daripada ekstrak air. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sule dan Agbabiaka terhadap bakteri Escherichia coli, Klebsiella sp., Salmonella sp.,dan Shigella sp. menunjukkan bahwa ekstrak airdaun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki daya hambat yang lebih kecil dibandingkan ekstrak etanol. 19 Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa daun Afrika (Vernonia amygdalina) dapat dijadikan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar karena memenuhi beberapa persyaratan bahan medikamen saluran akar yaitu mempunyai daya antibakteri, bersifat biokompatibilitas dan dapat mengurangi rasa nyeri. Namun

hingga saat ini belum ada penelitian mengenai daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika(Vernonia amygdalina) terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum yang merupakan salah satu bakteri yang ada di dalam saluran akar. Untuk itu perlu dilakukan pengujian daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum sehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar. Pengujian daya antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode dilusi untuk mencari nilai KHM dan KBM yang mempresentasikan daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap Fusobacterium nucleatum. Kultur bakteri diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam karena pada suhu dan waktu tersebut Fusobacterium nucleatum dapat tumbuh dengan optimal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan sebagai berikut: Apakah ada daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap Fusobacterium nucleatum dengan mencari konsentrasi minimal ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang dapat menghambat dan membunuh Fusobaterium nucleatum. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap Fusobacterium nucleatum dengan mencari konsentrasi minimal ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang dapat menghambat dan membunuh Fusobaterium nucleatum.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pengembangan ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar. 2. Menambah informasi dalam bidang kedokteran gigi mengenaidaya antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) 3. Pengembangan material kedokteran gigi yang berasal dari alam dan bersifat lebih biokompatibel, mudah didapat dan harga yang terjangkau dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan gigi di masyarakat.