PENENTUAN ALTERNATIF LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

dokumen-dokumen yang mirip
Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang

POTENSI SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

Tabel/Table 1.4 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Buah - Buahan Harvest Area, Production and yield Rate of Fruits Tahun/ Year 2013

GROUP I (TGL 24 AGUSTUS S.D 26 AGUSTUS 2015) 1 DINAS PENDIDIKAN - SEKRETARIAT 2 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 3 DINAS KOPERASI, USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BUPATI LUMAJANG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG. 3508

J u m l a h 775, ,00 222, , , ,00

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Tabel / Table Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Besar Planted Areas and Production of Large Holder Estate 2017

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

Dosen Pembimbing : Dr. ALI MASDUQI, ST. MT. oleh : TITIEK SUSIANAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 06 TAHUN 2009

TUGAS AKHIR PW Penentuan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Probolinggo

PANDUAN KEGIATAN JALAN SEHAT 2012 DALAM RANGKA HUT PGRI KE 67 PENGURUS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA KABUPATEN LUMAJANG

KATA PENGANTAR. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Minapolitan Kabupaten Lumajang

Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto

DEDIARTA BINTORO ( ) Dosen Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SETIAWAN, Msc

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

Penetapan Kawasan Sentra Produksi Pengolahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Jember

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

KEC. LUMAJANG. MTsN. Lumajang Jl. Citandui 75 - Lumajang Lumajang

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

PENDAHULUAN BAB LATAR BELAKANG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Jenis Tanaman/ Luas Panen/ Produksi/ Rata-rata No Kinds of Vegetable (Pohon/Rumpun) (Kg) Rate. 1 Jahe 4, ,28

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Luas Masing-Masing Kelurahan di Kawasan Tambak Kecamatan Benowo, Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisa, 2010

LAPORAN KEGIATAN ICMM TH POKJA REVITALISASI PROGRAM KB KABUPATEN LUMAJANG

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

PENDAHULUAN BAB LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

Gambar 1. Kawasan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

Abstrak Kabupaten Jember merupakan salah satu lumbung pertanian bagi Jawa Timur, selain itu sektor pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

ARAHAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

4.1. PENGUMPULAN DATA

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

P R O F I L POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LUMAJANG

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

PENJELASAN TEKNIS TECHNICAL NOTES

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS kabupaten Lumajang. : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Wilayah BPS Kabupaten Lumajang

Transkripsi:

PENENTUAN ALTERNATIF LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG Preview III Tugas Akhir Jum at, 12 Juli 2013 oleh, Rendy Rosyandana Zulkarnaen 3609 100 034 Dosen Pemimbing Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Outline Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Gambaran Umum dan Analisa Kesimpulan

Pendahuluan

Latar Belakang Terdapat Potensi Hasil Produksi Pisang di Kab. Lumajang Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2029 menentapkan Kab. Lumajang pada kegiatan agroindustri Kebijakan RTRW Kab. Lumajang Tahun 2012 2032 mengarahkan Kab. Lumajang pada peningkatan nilai tambah pertanian Kab. Lumajang masih dihadapkan pada beberapa kendala terkait pemanfaatan komoditas pisang yang kurang optimal

Rumusan Masalah Dibutuhkan industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang Pertanyaan Penelitian 1. Kecamatan mana saja yang dapat menjadi penghasil komoditas pisang di Kabupaten Lumajang? 2. Kriteria apa saja yang mempengaruhi penentuan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang? 3. Bagaimana bobot prioritas dari kriteria penentuan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang? 4. Dimana alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang?

Tujuan dan Sasaran Menentukan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang Mengnalisa kecamatankecamatan yang menjadi penghasil komoditas pisang di Kabupaten Lumajang Menganalisa kriteria lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang Menentukan bobot prioritas dari kriteria penentuan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang Menentukan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang

Ruang Lingkup Wilayah Pembahasan membahas mengenai penentuan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang berdasarkan preferensi pelaku industri Substansi teori lokasi dan industri pengolahan pertanian (agroindustri)

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka Teori Lokasi Indikator-indikator yang Mempengaruhi Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan di Kabupaten Lumajang Berdasarkan Teori Lokasi Menurut Sumber Kajian Pustaka Teori Lokasi Alfred Weber, 1909 August Losch, 1939 Soehardi Sigit, 1987 Marsudi Djojodipuro, 1992 Sumber : Hasil Kajian Pustaka, 2013 Teori Industri Pengolahan Pertanian (agroindustri) Indikator-indikator yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi Industri Pengolahan di Kabupaten Lumajang Berdasarkan Teori Pengembangan Agroindustri Menurut Sumber Kajian Pustaka Indikator Pengembangan Agroindustri 1. Bahan baku Soekartawi, 1995 2. Tenaga kerja Imam Santoso, 2006 3. Pasar Sumber : Hasil Kajian Pustaka, 2012 Indikator 1. Bahan baku 2. Fisik tanah 3. Tenaga kerja 4. Pasar 5. Prasarana

Sintesa Kajian Pustaka Sintesa Kajian Pustaka Indikator Variabel Bahan Baku Kuantitas bahan baku pisang Kontinuitas bahan baku pisang Jarak dengan sumber bahan baku pisang Fisik Tanah Topografi Penggunaan lahan Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja Pasar Ketersediaan pasar Prasarana Ketersediaan pelayanan jaringan listrik Ketersediaan pelayanan jaringan telepon Ketersediaan pelayanan jaringan air bersih Ketersediaan pelayanan jaringan jalan Sumber : Penulis, 2013 Lanjutan

Metode Penelitian

Metode Penelitian Variabel Penelitian Indikator Variabel Definisi Operasional Bahan Baku Kuantitas bahan baku pisang Jumlah bahan baku komoditas pisang yang tersedia Kontinuitas bahan baku pisang Tingkat kontinuitas komoditas pisang berdasarkan ketersediaan dalam beberapa tahun terakhir Jarak dengan sumber bahan baku Jarak antara lokasi industri pengolahan pisang dengan sumber bahan baku. Fisik Tanah Topografi Ketinggian tanah yang mendukung pembangunan industri pengolahan pada kisaran < 1000 mdpl Penggunaan lahan Kesesuaian penggunaan lahan dalam peraturan daerah untuk industri pengolahan pisang Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja Jumlah penduduk yang mencari pekerjaan setiap kecamatan yang lebih dari rata-rata pencari kerja kabupaten. Pasar Ketersediaan pasar Jumlah unit dan skala pelayanan pasar di Kabupaten Lumajang untuk memasarkan hasil dari industri pengolahan pisang Prasarana Ketersediaan pelayanan jaringan listrik Ketersediaan pelayanan jaringan telepon Ketersediaan pelayanan jaringan air bersih Ketersediaan pelayanan jaringan jalan Tersedianya pelayanan jaringan listrik yang mendukung industri pengolahan pisang Tersedianya pelayanan jaringan Telepon yang mendukung industri pengolahan pisang Tersedianya pelayanan jaringan air bersih yang mendukung industri pengolahan pisang Ketersediaan jaringan jalan dengan kondisi yang baik untuk aksesibilitas antara industri pengolahan pisang, sumber bahan baku, dan pasar Sumber : Hasil Kajian Pustaka, 2013

Perumusan Masalah Potensi Produksi pisang di Kab. Lumajang merupakan komoditas unggulan Adanya arahan RTRW Provinsi Jatim dan RTRW kab. Lumajang yang menetapkan Kab. Lumajang sebagai agroindustri Potensi melimpah namun belum dioptimalkan Belum adanya lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang Studi Literatur Terkait Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Lanjutan Tahap penelitian Studi Literatur Teori Lokasi Weber, 1909 Losch, 1939 Sigit, 1987 Djojodipuro, 1992 Teori Pengembangan Agroindustri Soekartawi, 1995 Imam Santoso, 2006 Pengumpulan Data Survey Survey Primer Survey Sekunder Analisai Kecamatan Penghasil Bahan Baku Komoditas Pisang di Kab. Lumajang LQ, Kontinuitas Analisa kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kab. Lumajang analisa Deskriptif Analisa Bobot Prioritas kriteria Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kab. Lumajang AHP Analisa Penarikan Kesimpula n Analisa Penentuan alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kab. Lumajang Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang Di Kabupaten Lumajang Teknik Overlay

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survey primer dan sekunder. Survey Primer Survey Sekunder Lanjutan Data dan Sumber Data No. Jenis Data Sumber Instansi Penyedia Data 1. Data hasil produksi buah-buahan (pisang) Kabupaten Lumajang Tahun 2011 dan Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang data hasil produksi buah-buahan (pisang) Kabupaten Lumajang 3-5 yahun kebelakang Tanaman Buah-buahan 2. Data kependudukan dan tenaga kerja Kabupaten Lumajang Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang Tahun 2011 3. Data kondisi fisik Kabupaten Lumajang a. Kondisi Topografi b. Penggunaan Lahan 4. Data pelayanan jaringan listrik Kabupaten Lumajang 5. Data pelayanan jaringan telepon Kabupaten Lumajang 6. Data pelayanan jaringan air bersih Kabupaten Lumajang 7. Data pelayanan jaringan jalan Kabupaten Lumajang Sumber : Penulis, 2013 Dalam Angka Tahun 2012 RTRW Kaabupaten Lumajang Tahun 2012-2032 Standar teknis pelayanan jaringan listrik Standar teknis pelayanan jaringan telepon Standar teknis pelayanan jaringan air bersih RTRW Kaabupaten Lumajang Tahun 2012-2032 Kabupaten Lumajang BAPPEDA Kabupaten Lumajang PT. PLN (Persero) unit Kabupaten Lumajang PT. Telkom Kabupaten Lumajang PDAM Kabupaten Lumajang BAPPEDA Kabupaten Lumajang

Lanjutan Populasi Dalam penelitin ini yang menjadi populasi yaitu seluruh pelaku industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang. Responden Penelitian No. Nama Pemilik Alamat 1 Sariana Ds. Wonorejo Kec. Kedungjajang Lumajang 2 Mariam Dusun Gondang RT.02 RW.09 Ds. Krasak, kec. Kedungjajang 3 Sulasmi Ds. Dawuhan Lor RT.06 RW.02 Kec. Sukodono Lumajang 4 Ngadi Ds. Dawuhan Lor RT.06 RW.02 Kec. Sukodono Lumajang 5 Mery Jalan Kapten Suwandak Lumajang 6 Mahendar Jalan Stail Lumajang 7 Anwar Jalan Semeru No. 6 Banjarwaru Kec. Lumajang 8 Dini Jalan Kapten Kyai Ilyas Lumajang 9 Ifa Jalan Seruji Gg. Senyum No. 2 Lumajang 10 Fauzah Jalan Kapten Suwandak No. 79 Lumajang 11 As at Ds. Srebet Kec. Sumbersuko Lumajang 12 Siti Aminah Ds. Senduro, Kec. Senduro 13 Abdul Rohman Ds. Kandangan, Kec. Senduro 14 Ulil Jl. Kyai Ghozali Gg. 6 No. 30 Lumajang 15 Darmila Ds. Sumbersuko, Kec. Sumbersuko Sumber : Penulis, 2013, diolah dari Disperindag Kab. Lumajang 2013

Metode Analisa Data Lanjutan 1. Analisa Kecamatan Penghasil Bahan Baku Komoditas Pisang LQ Analisa Pertumbu han Kecamatan Penghasil Bahan baku 2. Analisa kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kab. Lumajang 3. Analisa Bobot Prioritas Faktor Penentuan AlternatifLokasi Industri Pengolahan Pisang di Kab. Lumajang Analisa deskriptif Analitical Hirarchy Prosess (AHP) Kriteria lokasi industri pngolahan Bobot Kriteria Input Overlay Peta Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kab. Lumajang 4. Analisa Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Overlay- Wighted Sum Peta-peta

Gambaran Umum dan Analisa

Gambaran Umum Administratif dan Geografis

Lanjutan Topografi Penggunaan Lahan

Jumlah Penduduk yang Mencari Pekerjaan Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Lumajang 2011 No. Kecamatan Jumlah pencari Kerja (jiwa) 1 Tempursari 1,052 2 Pronojiwo 613 3 Candipuro 1,205 4 Pasirian 1,326 5 Tempeh 1,430 6 Lumajang 1,373 7 Sumbersuko 660 8 Tekung 629 9 Kunir 1,000 10 Yosowilangun 1,093 11 Rowokangkung 659 12 Jatiroto 874 13 Randuagung 1,181 14 Sukodono 968 15 Padang 668 16 Pasrujambe 675 17 Senduro 835 18 Gucialit 453 19 Kedung jajang 844 20 Klakah 995 21 Ranuyoso 982 Kab. Lumajang 19,515 Sumber : Kabupaten Lumajang Dalam Angka 2012 Lanjutan

Lanjutan Lokasi Pasar Jaringan Listrik

Lanjutan Jaringan Telepon Jaringan Air Bersih

Jaringan Jalan Lanjutan

Pertanian Komoditas Pisang Hasil Produksi Komoditas Pisang Kabupaten Lumajang Tahun 2009-2011 No. Kecamatan Produksi (Kw) 2009 2010 2011 1 Tempursari 31,328 134,476 109,892 2 Pronojiwo 4,543 15,752 13,425 3 Candipuro 3,075 18,136 20,436 4 Pasirian 3,239 12,680 13,120 5 Tempeh 6,282 24,948 11,089 6 Lumajang 3,235 5,024 1,773 7 Sumbersuko 6,127 13,038 13,034 8 Tekung 158 652 2,790 9 Kunir 2,376 15,226 15,330 10 Yosowilangun 8,660 1,276 1,680 11 Rowokangkung 7,581 16,548 25,901 12 Jatiroto 1,315 4,081 596 13 Randuagung 4,272 5,040 7,295 14 Sukodono 1,021 2,412 2,689 15 Padang 31,634 14,528 15,610 16 Pasrujambe 147,376 530,540 575,000 17 Senduro 192,167 198,526 270,000 18 Gucialit 34,075 116,854 110,047 19 Kedungjajang 3,281 18,054 13,213 20 Klakah 7,377 22,854 20,678 21 Ranuyoso 27,271 8,698 17,578 Kab. Lumajang 526.393 1.179.343 1.261.176 Sumber : Kabupaten Lumajang Dalam Angka 2010-2012 Lanjutan

Analisa 1. Analisa Kecamatan Penghasil Bahan Baku Komoditas Pisang Data hasil produksi pisang Kab. Lumajang Tahun 2009-2011 LQ Mengidentifikasi komoditas unggulan dari masing-masing kecamatan Analisa Pertumbuhan mengidentifikasi pertumbuhan hasil produksi pisang tahun 2009-2011 Kecamatan Penghasil Bahan baku

Hasil Perhitungan LQ Hasil Perhitungan LQ Komoditas Pisang Kabupaten Lumajang No. Kecamatan Produksi Keterangan LQ (Kw) 1 Tempursari 109.892 1.33 Unggulan 2 Pronojiwo 13.425 0.22 Non unggulan 3 Candipuro 20.436 0.85 Non unggulan 4 Pasirian 13.120 0.19 Non unggulan 5 Tempeh 11.089 0.36 Non unggulan 6 Lumajang 1.773 0.98 Non unggulan 7 Sumbersuko 13.034 0.80 Non unggulan 8 Tekung 2.790 0.16 Non unggulan 9 Kunir 15.330 0.24 Non unggulan 10 Yosowilangun 1.680 0.03 Non unggulan 11 Rowokangkung 25.901 0.88 Non unggulan 12 Jatiroto 596 0.05 Non unggulan 13 Randuagung 7.295 0.21 Non unggulan 14 Sukodono 2.689 0.59 Non unggulan 15 Padang 15.610 0.71 Non unggulan 16 Pasrujambe 575.000 1.49 Unggulan 17 Senduro 270.000 1.50 Unggulan 18 Gucialit 110.047 1.44 Unggulan 19 Kedungjajang 13.213 0.33 Non unggulan 20 Klakah 20.678 0.60 Non unggulan 21 Ranuyoso 17.578 1.03 Unggulan Kab. Lumajang 1.261.176 Sumber : Hasil Analisa 2013 Lanjutan Kecamatan Pisang Unggulan

Hasil Perhitungan Analisa Pertumbuhan No. Hasil perhitungan kontinuitas Produksi Komoditas Pisang Kabupaten Lumajang Kecamatan Pertumbuhan 2009-2010 % Pertumbuhan 2010-2011 % Rata-rata pertumbuhan 2009-2011 % 1 Tempursari 329.25-18.28 155.49 2 Pronojiwo 246.73-14.77 115.98 3 Candipuro 489.79 12.68 251.24 4 Pasirian 291.48 3.47 147.47 5 Tempeh 297.13-55.55 120.79 6 Lumajang 55.30-64.71-4.70 7 Sumbersuko 112.80-0.03 56.38 8 Tekung 312.66 327.91 320.29 9 Kunir 540.82 0.68 270.75 10 Yosowilangun -85.27 31.66-26.80 11 Rowokangkung 118.28 56.52 87.40 12 Jatiroto 210.34-85.40 62.47 13 Randuagung 17.98 44.74 31.36 14 Sukodono 136.24 11.48 73.86 15 Padang -54.07 7.45-23.31 16 Pasrujambe 259.99 8.38 134.19 17 Senduro 3.31 36.00 19.66 18 Gucialit 242.93-5.83 118.55 19 Kedungjajang 450.26-26.81 211.72 20 Klakah 209.80-9.52 100.14 21 Ranuyoso -68.11 102.09 16.99 Kab. Lumajang 124.04 6.94 65.49 Sumber : Hasil Analisa 2013 Lanjutan Kecamatan Pertumbuhan Pisang

Hasil Kompilasi Analisa LQ dan Analisa Pertumbuhan Hasil perhitungan LQ dan Pertumbuhan Produksi Komoditas Pisang Kabupaten Lumajang No. Kecamatan LQ Rata-rata Kecamatan Pertumbuhan Penghasil 2009-2011 Bahan Baku % 1 Tempursari 1.33 155.49 Ya 2 Pronojiwo 0.22 115.98 Tidak 3 Candipuro 0.85 251.24 Tidak 4 Pasirian 0.19 147.47 Tidak 5 Tempeh 0.36 120.79 Tidak 6 Lumajang 0.98 5.25 Tidak 7 Sumbersuko 0.80 56.38 Tidak 8 Tekung 0.16 320.29 Tidak 9 Kunir 0.24 270.75 Tidak 10 Yosowilangun 0.03-26.80 Tidak 11 Rowokangkung 0.88 87.40 Tidak 12 Jatiroto 0.05 62.47 Tidak 13 Randuagung 0.21 31.36 Tidak 14 Sukodono 0.59 73.86 Tidak 15 Padang 0.71-23.31 Tidak 16 Pasrujambe 1.49 134.19 Ya 17 Senduro 1.50 19.66 Ya 18 Gucialit 1.44 118.55 Ya 19 Kedungjajang 0.33 98.56 Tidak 20 Klakah 0.60 100.14 Tidak 21 Ranuyoso 1.03 16.99 Ya Sumber : Hasil Analisa 2013 Lanjutan Kecamatan Penghasil Bahan Baku Pisang

2. Analisa Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Variabel Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang Analisa Deskriptif Mendeskripsikan kriteria dari masingmasing variabel berdasarkan berbagai standart dan peraturan yang berlaku Kriteria Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang

Hasil Analisa Kriteria Indikator Bahan Baku Lanjutan Analisa Deskriptif Kriteria Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Indikator Bahan Baku Indikator Variabel Kriteria Bahan Baku Kuantitas bahan baku pisang Berdasarkan hasil analisa LQ dalam analisa kecamatan penghasil bahan baku, kriteria kuantitas bahan baku ditinjau dari perhitungan nilai LQ tahun 2011. Apabila nilai LQ > 1 maka komoditas pisang tersebut unggulan, sehingga dapat Kontinuitas bahan baku pisang Jarak Dengan Sumber Bahan Baku Sumber : Hasil Analisa 2013 diasumsikan komoditas pisang memiliki kuantitas yang cukup banyak. Berdasarkan hasil analisa pertumbuhan dalam analisa kecamatan penghasil bahan baku, kriteria kontinuitas bahan baku ditinjau dari tingkat pertumbuhan pertahun mulai tahun 2009-2011. Apabila hasil perhitungan analisa pertumbuhan bernilai positif (+) maka komoditas pisang mengalami pertumbuhan, sehingga dapat diasumsikan komoditas pisang mengalami kontinuitas. Jarak dengan bahan baku dinilai dari kedekatan lokasi dari daerah sumber bahan baku. Berdasarkan Berdasarkan Permenperin No. 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, lokasi industri cenderung ditempatkan mendekati lokasi bahan baku. Dengam mempertimbangkan bahan baku yang mudah busuk atau rusak. Selain itu, pertimbangan yang lain adalah aksesibilitas dari proses pengangkutan bahan baku yang mempengaruhi biaya pengangkutan. Untuk menentukan radius jarak dengan sumber bahan baku maka digunakan jarak yang dihasilkan dari rata-rata dari total jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten untuk melihat kedekatan sumber bahan baku dari pusat kota.

Kecamatan denga kuantitas baku yang memenuhi syarat kecamatan bahan baku adalah kecamatan dengan nilai LQ hasil analisa menunjukkan nilai LQ > 1. Kecamatan denga kontinuitas baku yang memenuhi syarat kecamatan bahan baku adalah kecamatan dengan nilai pertumbuhan hasil perhitungan analisa pertumbuhan bernilai positif (+) Jarak dengan sumber bahan baku yang memenuhi kriteria lokasi industri adalah dalam radius 9,5 km dari lokasi bahan baku (Perkebunan).

Hasil Analisa Kriteria Indikator Fisik Tanah Lanjutan Analisa Deskriptif Kriteria Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Indikator Fisik Tanah Indikator Variabel Kriteria Fisik Tanah Topografi Ketinggian tanah yang mendukung pembangunan industri menurut Permen PU no.41 tahun 2007 adalah ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl Penggunaan lahan Sumber : Hasil Analisa 2013 Berdasarkan Permenperin No. 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, menjelaskan penggunaan lahan yang sesuai untuk kawasan industri dengan ketentuan: 1. Non Pertanian 2. Non Permukiman 3. Non Konservasi

Kondisi topografi yang sesuai tidak lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penggunaan lahan yang sesuai adalah penggunaan lahan yang tidak termasuk dalam penggunaan lahan permukiman, pertanian, dan konservasi.

Hasil Analisa Kriteria Indikator Tenaga Kerja Lanjutan Analisa Deskriptif Kriteria Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Indikator Tenaga Kerja Indikator Variabel Kriteria Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja Berdasarkan ketentuan dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lumajang, menjelaskan ketersediaan tenaga kerja untuk kegiatan industri kecil dan menengah ditinjau dari jumlah pencari kerja tiap kecamatan dengan ketentuan jumlah pencari kerja tiap kecamatan lebih dari rata jumlah pencari kerja kabupaten. Pertimbangan kriteria ini adalah semakin banyak jumlah tenaga kerja yang mencari kerja, maka semakin mendukung kegiatan industri serta dapat mengoptimalkan pendayagunaan Sumber Daya Manusia yang ada. Sedangkan untuk radius jarak pergerakan tenaga kerja menggunakan jarak yang dihasilkan dari rata-rata dari total jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten untuk melihat kedekatan sumber tenaga kerja dari pusat kota. Sumber : Hasil Analisa 2013 Jumlahn tenaga kerja masing-masing kecamatan yang mencari kerja lebih dari rata-rata tenaga kerja yang mencari kerja Kabupaten Lumajang. Jarak yang sesuai untuk pergerakan tenaga kerja dari sumber tenaga kerja menuju lokasi industri adalah dalam radius 9,5 km dari sumber tenaga kerja (Permukiman).

Hasil Analisa Kriteria Indikator Pasar Lanjutan Analisa Deskriptif Kriteria Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Indikator Pasar Indikator Variabel Kriteria Pasar Ketersediaan pasar Menurut Dinas Pasar Kabupaten Lumajang, seluruh pasar di Kabupaten Lumajang termasuk dalam pasar tradisional dengan jangkauan pelayanan lokal (dalam lingkup Kabupaten) mencapai radius 5 km. Sumber : Hasil Analisa 2013 Kriteria ketersediaan pasar adalah jangkauan pelayanan pasar tradisional di Kabupaten Lumajang mencapai jarak jangkauan terjauh sebesar 5 km.

Hasil Analisa Kriteria Indikator Prasarana Lanjutan Analisa Deskriptif Kriteria Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Indikator Prasarana Indikator Variabel Kriteria Prasarana Ketersediaan pelayanan Jaringan listrik Berdasarkan standart teknis pelayanan jaringan listrik PT. PLN (Persero) unit Kabupaten Lumajang, jangkauan pendistribusian jaringan SUTR 20kV memiliki jangkauan maksimal 60 km dari Gardu induk. Sedangakan untuk jangkauan pendistribusian jaringan tegangan rendah Ketersediaan pelayanan Jaringan telepon Ketersediaan pelayanan Jaringan air bersih 220V jangkauan maksimal 1,5 km dari lokasi trafo menuju pelanggan. Berdasarkan standart teknis pelayanan jaringan telepon PT. Telkom Kabupaten Lumajang, jangkauan pendistribusian jaringan telepon maksimal 7 km dari lokasi BTS menuju pelanggan. Berdasarkan standart teknis pelayanan jaringan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lumajang, jangkauaan pelayanan air bersih maksimal 11 km dari titik sumber mata air. Ketersediaan pelayanan Jaringan jalan Sumber : Hasil Analisa 2013 Berdasarkan Permenperin No. 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, menjelaskan jaringan jalan yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan industri adalah jaringan jalan yang memiliki klasifikasi jalan yang tinggi yaitu jalan arteri dan kolektor dengan jangkauan koridor 5 km.

Lokasi yang terlayani jaringan listrik dalam radius 1,5 km dari titik trofo. Lokasi yang terlayani jaringan telepon dalam radius 7 km dari lokasi BTS.

Lokasi yang terlayani jaringan air bersih dalam radius 11 km dari titik sumber mata air. Jaringan jalan yang sesuai untuk lokasi industri adalah jaringan jalan dengan fungsi jalan arteri dan kolektor, serta radius koridor jalan sejauh 5 km.

3. Analisa Bobot Prioritas kriteria Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Kuisioner AHP dari Responden yaitu pelaku industri pengolahan pisang di kabupaten Lumajang Analisa AHP Menentukan besarnya bobot prioritas dari tiap-tiap kriteria penentuan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang Bobot prioritas dari masing-masing kriteria alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kab. Lumajang

Hasil Analisa AHP Kriteria dari Indikator Bahan Baku Hasil Analisa AHP Kriteria dari Indikator Bahan Baku Indikator Kriteria Bobot Bahan Baku Kuantitas Bahan Baku 0.318 Kontinuitas Bahan Baku 0.572 Jarak Dengan Sumber Bahan Baku 0.110 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Lanjutan Hasil Analisa Kriteria dari Indikator Fisik Tanah Hasil Analisa AHP Kriteria dari Indikator Fisik Tanah Indikator Kriteria Bobot Fisik Tanah Topografi 0.212 Penggunaan Lahan 0.788 Sumber : Hasil Analisa, 2013

Hasil Analisa AHP Kriteria dari Indikator Prasarana Hasil Analisa AHP Kriteria dari Indikator Prasarana Indikator Kriteria Bobot Prasarana Ketersediaan 0.377 Pelayanan Jaringan Listrik Ketersediaan 0.104 Pelayanan Jaringan Telepon Ketersediaan 0.323 Pelayanan Jaringan Air Bersih ketersediaan pelayanan jaringan jalan 0.196 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Hasil Analisa AHP Indikator Hasil Analisa AHP Indikator Indikator Bobot Bahan Baku 0.303 Fisik Tanah 0.064 Tenaga Kerja 0.201 Pasa 0.264 Prasarana 0.168 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Lanjutan

Lanjutan Struktur Hierarki Hasil Pembobotan dalam AHP Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang (1,000) Tujuan Indikator Bahan Baku (0,303) Fisik Tanah (0,064) Tenaga Kerja (0,201) Pasar (0,264) Prasarana (0,168) Kuantitas Bahan Baku Pisang (0,318) Kontinuita s Bahan Baku Pisang (0,572) Jarak Dengan Sumber Bahan Baku Pisang (0,110) Topografi (0,212) Penggunaa n Lahan (0,788) Ketersedia an Tenaga Kerja (1,000) Ketersedia an Pasar (1,000) Ketersedia an pelayanan Jaringan Listrik (0,377) Ketersedia an pelayanan Jaringan telepon (0,104) Ketersedia an pelayanan Jaringan air bersih (0,323) Ketersedia an pelayanan Jaringan jalan (0,196)

4. Analisa Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Analisa Kesesuai Berdasarkan Kriteria Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Poligon to Raster Peta Kriteria Peta Raster Peta Reclass Peta Kesesuaian Reclassify Analisa Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang wighted sum Peta Kesesuaian Overlay Peta Alternatif Lokasi

Lanjutan Analisa Kesesuai Berdasarkan Kriteria Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Bahan Baku Kesesuaian Berdasarkan Kriteria dari Indikator Bahan Baku Indikator Variabel Kriteria Kesesuaian Bahan Kuantitas bahan Hasil analisa (LQ>1) Sesuai Baku baku pisang Hasil analisa (LQ<1) Tidak Sesuai Kontinuitas bahan Hasil analisa nilai pertumbuha positif (+) Sesuai baku pisang Hasil analisa nilai pertumbuha negatif (-) Tidak Sesuai Jarak Dengan Sumber Bahan Baku Radius dekeatan dengan sumber bahan baku Sesuai 9,5 km. Radius dekeatan dengan sumber bahan baku Tidak Sesuai > 9,5 km. Sumber : Hasil Analisa 2013 Kesesuaian Kuantitas Bahan Baku

Lanjutan Kesesuaian Kontinuiatas Bahan Baku Kesesuaian Jarak dengan Sumber Bahan Baku

Fisik Tanah Lanjutan Kesesuaian Berdasarkan Kriteria dari Indikator Fisik Tanah Indikator Variabel Kriteria Kesesuaian Fisik Topografi Ketinggian tanah 1000 meter dpl Sesuai Tanah Ketinggian tanah > 1000 meter dpl Tidak Sesuai Penggunaan lahan penggunaan lahan: Rawa, semak belukar, Sesuai padang rumput dan tegalan/lading. penggunaan lahan: Pertanian, perkebunan, Tidak Sesuai dan hutan. Sumber : Hasil Analisa 2013 Kesesuaian Topografi

Lanjutan Kesesuaian Penggunaan Lahan

Tenaga Kerja Lanjutan Kesesuaian Berdasarkan Kriteria dari Indikator Tenaga Kerja Indikator Variabel Kriteria Kesesuaian Tenaga Ketersediaan Jumlah tenaga kerja yang mencari kerja tiap Sesuai Kerja tenaga kerja kecamatan > 929 (rata-rata jumlah tenaga kerja yang mencari kerja kabupaten). Dengan radius pergerakan tenaga kerja 9,5 km. Jumlah tenaga kerja yang mencari kerja tiap Tidak Sesuai kecamatan < 929 (rata-rata jumlah tenaga kerja yang mencari kerja kabupaten). Atau radius pergerakan tenaga kerja > 9,5 km. Sumber : Hasil Analisa 2013 Kesesuaian Ketersediaan Tenaga Kerja

Pasar Lanjutan Kesesuaian Berdasarkan Kriteria dari Indikator Pasar Indikator Variabel Kriteria Kesesuaian Pasar Ketersediaan pasar Radius pelayanan 5 km. Sesuai Radius pelayanan > 5 km. Tidak Sesuai Sumber : Hasil Analisa 2013 Kesesuaian Pelayanan Pasar

Prasarana Lanjutan Kesesuaian Berdasarkan Kriteria dari Indikator Prasarana Indikator Variabel Kriteria Kesesuaian Prasarana Ketersediaan pelayanan Jaringan Radius pelayanan 1,5 km dari lokasi trafo menuju pelanggan. Sesuai listrik Radius pelayanan > 1,5 km dari lokasi trafo Tidak Sesuai menuju pelanggan. Ketersediaan pelayanan Jaringan Radius pelayanan 7 km dari lokasi BTS menuju pelanggan. Sesuai telepon Radius pelayanan > 7 km dari lokasi BTS Tidak Sesuai menuju pelanggan. Ketersediaan pelayanan Jaringan air bersih Radius pelayanan 11 km dari titik sumber mata air. Sesuai Ketersediaan pelayanan Jaringan jalan Sumber : Hasil Analisa 2013 Radius pelayanan > 11 km dari titik sumber mata air Tersedia jalan arteri dan kolektor dengan Radius pelayanan koridor 5 km. Tidak tersedia jalan arteri dan kolektor dengan atau Radius pelayanan koridor jalan arteri dan kolektor 5 km. Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

Lanjutan Kesesuaian Pelayanan Listrik Kesesuaian Pelayanan Telepon

Lanjutan Kesesuaian Pelayanan Air Bersih Kesesuaian Pelayanan Jaringan Jalan

Lanjutan Analisa Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Kesesuaian Lokasi Bahan Baku Overlay (Weigted Sum)

Lanjutan Kesesuaian Fisik Tanah Overlay (Weigted Sum)

Lanjutan Kesesuaian Prasarana Overlay (Weigted Sum)

Lanjutan Kesesuaian Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang Overlay (Weigted Sum)

Lanjutan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Lumajang

Kesimpulan

Kesimpulan Kecamatan yang menjadi penghasil bahan baku pisang di Kabupaten Lumajang adalah Kecamatan Tempursari, Pasrujambe, Senduro, Gucialit dan Ranuyoso. Kriteria lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang adalah: Bahan Baku : Fisik tanah : Tenaga kerja : Pasar : Prasarana : kriteria kuantitas adalah kecamatan dengan nilai LQ > 1. Kriteria kontinuitas adalah kecamatan dengan nilai pertumbuhan positif (+). Kriteria jarak dengan sumber bahan baku adalah 9,5 km. kriteria topografi antara 0-1000 mdpl. Kriteria penggunaan lahan adalah selain permukiman, pertanian dan kawasan konservasi. Kriteria tenaga kerja adalah tersedianya tenaga kerja tiap kecamatan yang mencari kerja dengan jumlah lebih dari rata-rata pencari kerja Kabupaten Lumajang, serta jangkauan pergerakan tenaga kerja 9,5 km. Kriteria pasar adalah ketersediaan pasar dengan jangkauan pelayanan maksimal 5 km. Kiteria pelayanan jaringan listrik dimana jangkauan pelayanan maksimal 1,5 km dari titik trafo. kriteria pelayanan jaringan listrik dimana jangkauan pelayanan maksimal 7 km dari lokasi BTS. kriteria pelayanan jaringan air bersih dimana jangkauan pelayanan maksimal 11 km dari titik sumber mata air. kriteria pelayanan jaringan jalan adalah jalan dengan fingsi jalan arteri dan kolektor dengan jangkauan koridor maksimal 5 km.

Lanjutan Bobot prioritas kriteria penentuan alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang dari hasil analisa AHP adalah: Nilai bobot kriteria dari indikator bahan baku : Bobot kritera kontinuitas bahan baku pisang (0,621), Bobot kriteria kuantitas bahan baku pisang (0,270), Bobot jarak dengan bahan baku (0,110) dengan nilai inkonsistensi 0,00. Nilai bobot kriteria dari variabel fisik tanah : Bobot kritera topografi (0,212), Bobot kriteria penggunaan lahan (0,788), dengan nilai inkonsistensi 0,00. Nilai bobot kriteria dari variabel prasarana : Bobot kritera ketersediaan pelayanan jaringan listrik (0,376), Bobot kritera ketersediaan pelayanan jaringan telepon (0,105), Bobot kritera ketersediaan pelayanan jaringan air bersih (0,323), Bobot kritera ketersediaan pelayanan jaringan jalan (0,196), dimana hasil analisa dengan nilai inkonsistensi 0,00. Nilai bobot dari variabel : Bobot variabel bahan baku (0,299), Bobot variabel fisik tanah (0,065), Bobot variabel tenaga kerja (0,202), Bobot variabel pasar (0,264), Bobot variabel prasarana (0,171), dimana hasil analisa dengan nilai inkonsistensi 0,00.

Lanjutan Alternatif lokasi industri pengolahan pisang di Kabupaten Lumajang terdapat di Kecamatan Ranuyoso tepatnya di Desa Ranuyoso, Ranubedali, Sumberpetung, Meninjo, Tegalbangsri, Wonoayu, Wateswetan, Waterkuon, Panawungan dan Jenggrong, di Kecamatan Tempursari tepatnya di Desa Pundungsari dan Desa Kaliuling, selain itu di Kecamatan Pasrujambe tepatnya di Desa Kertosari.

Daftar Pustaka Adisasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta : Graha Ilmu. Andri, Kuntoro Boga. 2009. Perbaikan Rantai Pasok Pisang Mas Kirana Dari Wilayah Agropolitan Seroja Di Lumajang, Jurnal Peniliti Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian BPTP Jawa Timur. Jawa Timur. Arief, Machyaruddin Muhizar. 2008. Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Jagung Berdasarkan Preferensi Pelaku Industri Kabupaten Jombang. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2028. Lumajang : Pemda Kabupaten Lumajang. Badan Perencanaan Provinsi Jawa Timur. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan Provinsi Jawa Timur 2011, Surabaya : Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Badan Perencanaan Provinsi Jawa Timur. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur 2009. Surabaya : Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2011. Kabupaten Lumajang Dalam Anggka 2011. Surabaya : Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Farikha, Nida. 2007. Model Pengembangan Industri Pengolahan Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan Di Kabupaten Jombang. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Lanjutan Irawan, Andi. 2007. Kewirausahaan UKM Pemikiran dan Pengalaman. Yogyakarta : Graha Ilmu. Kountur. Ronny. 2005. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : Penerbit PPM. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Paryono, Petrus. 1994. Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta : Andi Offset Rustiadi, Ernan. 2007. Agropolitan : membangun ekonomi perdesaan. Bogor : Crestpent Press. Salikin, Karwan. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta : Kanisius. Santoso, Imam. 2006. Pengantar Agroindustri. Malang : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Shiddiq, Diar. 2011. Analisis multikriteria spasial Dalam penentuan ketersediaan lahan sawah Di kabupaten cianjur. Tesis Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut Pertanian Bogor. Sigit, Soehardi. 1987. Pengantar Ekonomi Perusahaan Praktis. Yogyakarta : Armurrita Soekarawi. 1995. Pembangunan Pertanian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Soetrisno, Loekman. 2002. Paradikma Baru Pembangunan Pertanian. Yogyakarta : Kanisius. Suyanti. 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya

Lanjutan Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Tarigan, Herlina. 2007. Peningkatan Nilai Tambah Melalui Pengembangan Agroindustri Pisang di Kabupaten Lumajang, Jurnal Ekonomi Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Tarigan, Robinson, 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara. Thoha, Mahmud. 1998. Dampak Persetujuan Putaran Uruguai-GATT terhadap Industri Kecil dan Menengah. Jakarta : UI press. Wibowo, Adi. 2009. Model Perencanaan Wilayah Terbangun dengan SMCA (Studi Kasus Di Kota Serang), Jurnal Peniliti Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta. Yogiswara, Yoko. 2007. Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Padi Kabupaten Jember. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.