Pengaruh Polutan Air Sungai Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Pada Baja AISI1045 dan Stainless steel 304 di Sungai Bokor Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH UNSUR UNSUR KIMIA KOROSIF TERHADAP LAJU KOROSI TULANGAN BETON : I. DI DALAM AIR RAWA

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

2.1 PENGERTIAN KOROSI

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

ANALISA KOROSI BAUT PENYANGGA OCEAN BOTTOM UNIT (OBU) RANGKAIAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI PADA PERAIRAN PELABUHAN RATU.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Pengaruh Korosi Tulangan Balok Beton Bertulang Terhadap Kuat Lentur Berbasis Waktu Dengan Menggunakan Software LUSAS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Yusuf Nur Afandi, Sumarji. Alumni Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember 2

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh ph, Kecepatan Putar, dan Asam Asetat terhadap Karakteristik CO 2 Corrosion Baja ASME SA516 Grade 70

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5 % NaCl DAN 0,1 M HCl

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

Hasil dan Pembahasan

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PELAPISAN BAJA DENGAN SILIKA SECARA ELEKTROFORESIS UNTUK MENCEGAH KOROSI

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

Lingga Bayu Permadi S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN TINGKAT KOROSIFITAS AIR DI PERAIRAN PEMBANGKIT LISTRIK AIR WADUK CIRATA

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN DAN PENAMBAHAN KONSENTRASI NaCl (PPM) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA LATERIT

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA.

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

STUDI EFEKTIFITAS LAPIS GALVANIS TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DI DALAM TANAH (UNDERGROUND PIPE) SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA LAJU KOROSI DUPLEX SS AWS 2205 DENGAN METODE WEIGHT LOSS

PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT. Intisari

Beberapa unsur paduan dalam baja tahan karat :

PENGARUH PH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU KOROSI STAINLESS STEEL AISI 304 DAN AISI 316

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI LAPISAN HASIL HOT DIP GALVANIZING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP TEMPERATUR KRITIS PEMBENTUKAN FILM FeCO3 PADA KOROSI CO2

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

ANALISA LAJU KOROSI PADA STAINLESS STEEL 304 MENGGUNAKAN METODE ASTM G31-72 PADA MEDIA AIR NIRA AREN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan

Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

Transkripsi:

Pengaruh Polutan ir Sungai Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Pada aja ISI1045 dan Stainless steel 304 di Sungai okor Surabaya IC Farid Hadi Prasetyo 1 dan udi gung Kurniawan 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. rief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: budiagungk@gmail.com bstrak - aja karbon adalah material yang banyak diaplikasikan manusia dalam kehidupan sehari hari pada bidang konstruksi khususnya konstruksi dalam bidang irigasi baja sering digunakan untuk jembatan dan pintu air sungai. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh polutan pada air sungai terhadap laju korosi dan karakteristik dari baja ISI 1045 dan SS 304. Dari hasil pengujian XRD pada ISI 1045 diketahui produk korosi yang terbentuk selama immersi selama 90 hari di lingkungan air sungai bokor Surabaya adalah FeS dan Fe 2 (SO 4 ) 3, sedangkan dari uji SEM EDX diketahui bahwa produk korosi dari ISI 1045 setelah pencelupan 90 hari mengandung S, Ca dan O dan terjadi uniform corrosion. Dengan menggunakan uji Weight loss, diketahui laju korosi tertinggi pada ISI 1045 terjadi pada hari ke - 30 dengan nilai 14,402 mpy dan nilai laju korosi tertinggi dengan metode tafel pada kondisi malam hari dengan nilai 18.38 mpy. Dari hasil pengujian XRD dan SEM pada stainless steel 304 tidak ditemukan produk korosi yang terbentuk selama perendaman 90 hari. Dengan menggunakan uji Weight loss, laju korosi tertinggi pada stainless steel 304 terjadi pada hari ke - 60 dengan nilai 0,0261 mpy dan nilai laju korosi tertinggi dengan metode tafel pada kondisi malam hari dengan nilai 1.6 mpy Kata kunci : laju korosi, air sungai, polusi S I. PENDHULUN ungai adalah system pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Peratutan Menteri Pekerjaan Umum 1989). Dalam perkembanganya, sungai di Surabaya telah mengalami banyak pencemaran yang di sebabkan oleh polusi dari industri, pertanian dan limbah rumah tangga. Pengaruh polusi limbah terhadap kualitas air sungai sangat besar karena dapat mengubah ph air menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari kualitas air normal. Seperti yang terjadi pada air sungai Surabaya pada tahun 2010 yang tercemar oleh limbah industri sebesar 60 %, limbah rumah tangga 30 % dan limbah pertanian 10 %. Pada tahun 2007 lembaga pemerhati lingkungan ecoton, melakukan survey di sungai Surabaya terkait dengan menurunya kadar oksigen terlarut (DO) dalam air yang disebabkan oleh pencemaran pabrik gula di Mojokerto. Dengan adanya polusi tersebut dapat menyebabkan korosi pada baja yang berada pada daerah aliran sungai. Korosi adalah penurunan mutu atau perusakan suatu logam karena bereaksi dengan lingkungannya. Reaksi ini menghasilkan oksida logam, sulfida logam atau hasil reaksi lainnya. Dengan bereaksi ini sebagian logam akan hilang dan menjadi suatu senyawa yang lebih stabil (Fontana, 1987). erdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistyoweni W bahwa kualitas air yang telah terpolusi mengandung NO - 2-3, SO 4 dan Cl - akan mempengaruhi laju korosi dari baja. Disamping itu nilai ph dan dissolved oxcygen juga berpengaruh terhadap karakteristik dan laju korosi dari baja.dari tugas akhir ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang karakteristik dan laju korosi dari baja plain karbon dan baja tahan karat terhadap lingkungan air sungai yang telah terpolusi oleh limbah rumah tangga dan industri. II. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dengan merendam spesimen ISI 1045 dan stainless steel 304 yang telah ditimbang dan diukur dimensinya selama 90 hari di sungai bokor Surabaya yang tercemar dan uji elektrokimia. Dengan pegecekan secara visual yang

dilakukan secara berkala tiap 1 minggu dan dilakukan uji weigh loss tiap 30 hari sekali untuk mengetahui laju korosi paling tinggi dalam kurun waktu 90 hari perendaman, uji weight loss dilakukan dengan persamaan : CR = KK.WW DD..TT (1) Dimana : W : erat yang hilang (grams). T : waktu perendaman (jam). : Luas permukaan sampel (cm 2 ). K : Konstanta mils per year (mpy) 3,45 x 10 6. D : erat jenis (g/cm 3 ) untuk ISI 1045 = 7,86 g/cm 3 untuk SS 304 = 7,94 g/cm 3 Dari spesimen perendaman di sungai bokor selama 90 hari juga dilakukan pengujian SEM EDX dan XRD untuk mengidentifikasi produk korosi yang terbentuk pada spesimen ISI 1045 dan stainless steel 304. Gambar. 2. kurva ekstrapolasi dari tafel (Nestor perez, 2004) III. HSIL DN PEMHSN 3.1 Pengamatan Visual Dari pengamatan yang dilakukan selama 90 hari, pada bulan ke - 1 mulai tampak perubahan warna hitam pada baja ISI 1045, warna hitam tersebut adalah korosi yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan air sungai yang terpolusi, korosi yang terjadi pada ISI 1045 adalah jenis korosi merata yang bertambah ketebalanya selama pencelupan seperti pada pengamatan visual. Sedangkan pada stainless steel 304 tidak tampak perubahan secara visual selama 90 hari. Gambar 1 Spesimen awal () SS 304, () 1045 Pengujian elektrokimia menggunakan metode tafel, larutan yang digunakan untuk pengujian tafel adalah air sungai dengan 4 kondisi yakni pagi, siang, sore dan malam yang diambil dari sungai bokor dan diuji kandungannya di uji dilaboratorium pengolahan limbah teknik lingkungan FTSP- ITS. Dari pengujian potensiostat dengan menggunakan alat versastat, akan didapatkan kkurva Log I dan E, yang selanjutnya diinterpolasi untuk mencari i corr dan dimasukan kepersamaan : Dimana : CR K1 i corr CR = KKKK.IIIIIIIIII.EEEE ρρ (2) : Laju Korosi (mm/year) untuk Icorr (μ/cm 2 ). : 3,27 x 10-3 mm g/ μ cm. : Rapat arus saat E corr μ/cm 2 (exchange current density). Ρ : density ( g/ cm 3 ). Untuk ISI 1045 = 7.84 EW Untuk stainless steel 304 = 7.94 : Equivalent Weight. Untuk ISI 1045 = 27.92 Untuk stainless steel 304 = 25.12 Gambar 3 Spesimen 90 hari () SS 304, () 1045 3.2 Pengujian Kandungan ir Sungai Dari hasil uji laboratorium, nilai oksigen terlarut memiliki nilai paling tinggi pada waktu pagi hari jam 07.00 sebesar 6.85 mg/l, sedangkan pada waktu siang, sore dan malam kandungan oksigen yang terlarut dalam air bernilai 0.00 mg/l. ph dari air sungai yang diteliti berkisar antara 6,75 6,9, sehingga tidak terjadi perubahan yang signifikan di waktu pagi, siang, sore dan malam terkait dengan keasaman dari air sungai. Kandungan sulfat cenderung meningkat dari pagi hari sampai sore hari dan turun ketika malam hari, hal ini disebabkan siklus aktifitas dari manusia yang menghasilkan polutan. Kandungan khlorida mempunyai nilai yang fluktuatif dan memiliki nilai puncak pada sore hari yakni 116 mg/l sedangkan nilai yang paling rendah ada pada kondisi malam hari yakni sebesar 96 mg/l. Kandungan CaCO 3 pada pagi hari mempunyai nilai terendah yakni sebesar 28.57 mg/l, sehingga kondisi air sungai pada pagi hari tergolong soft water, kondisi air yang bersifat soft water bersifat lebih agresif terhadap kekorosifan logam karena CaCO 3 tidak jenuh dan tidak membentuk lapisan karbonat yang protektif.

Gambar 4 Grafik kandungan Cl, CaCO 3 dan SO 4 dalam air sungai pada kondisi pagi, siang, sore dan malam. 3.3 Pengujian Weight Loss Dari pengukuran berat yang dilakukan setelah proses cleaning untuk spesimen ISI 1045 dan stainless steel 304 yang di uji immersi selama 30, 60 dan 90 hari di sungai didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3.1 Laju korosi dari uji weight loss NO Spesimen erat awal erat akhir erat yang (g) (g) hilang (g) 1. S 1 15,374 15,120 0.254 2. SS 1 15.939 15.938 0.001 3. S 2 14,010 13,600 0.41 4. SS 2 14,901 14,900 0.001 5. S 3 12.002 11.516 0.486 6. SS 3 16.672 16.671 0.001 Gambar 6 Grafik laju korosi SS 304 pada pencelupan selama 30 hari, 60 hari dan 90 hari 3.4 Pengujian XRD Pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui produk korosi yang terbentuk dari spesimen. Spesimen yang dipakai untuk pengujian XRD adalah spesimen 1045 dan stainless steel 304 yang telah mengalami immersi selama 90 hari di lingkungan air sungai yang telah terpolusi oleh limbah. Dari gambar 5 dapat diketahui terjadi penurunan laju korosi untuk ISI 1045 dari hari ke - 30 dengan nilai laju korosi sebesar 14.17 mpy menjadi 11.23 mpy pada hari ke 60 dan turun lagi pada hari ke 90 dengan nilai laju korosi sebesar 10.47 mpy. Gambar 7 Grafik hasil XRD ISI 1045 dan SS 304 setelah immersi selama 90 hari di sungai Gambar 5 Grafik laju korosi ISI 1045 pada pencelupan selama 30 hari, 60 hari dan 90 hari Gambar 6 menunjukan laju korosi pada stainless steel 304, laju korosi pada stainless steel 304 pada hari ke - 30 sebesar 0.005 mpy dan meningkat pada hari ke - 60 sebesar 0.026 mpy namun turun pada hari ke 90 menjadi 0.015 mpy. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa laju korosi pada stainless steel 304 memiliki laju korosi maksimal pada 60 hari pertama. Dari hasil pengujian XRD yang telah dilakukan pada spesimen ISI 1045 dengan lama perendaman 90 hari, menghasilkan gambar 7. Setelah menggunakan software match untuk mengidentifikasi, senyawa yang terbentuk pada puncak adalah FeS dan Fe 2 (SO4) 3 dengan 2 theta sebesar 17.62 untuk FeS dan 21.42 untuk Fe 2 (SO4) 3 hasil tersebut kemudian dicocokan dengan PCPDF. Dari PCPDF untuk FeS hasilnya cocok dengan kartu nomor 86-0389, sedangkan untuk Fe 2 (SO4) 3 cocok dengan kartu PCPDF dengan nomor 70-2091. 3.5 Pengujian Potensiostat Dari hasil pengujian potensiostat dengan menggunakan metode tafel maka didapatkan grafik seperti gambar 8.

Dari pengujian SEM EDX, diketahui bahwa terbentuk unsur S, O dan Ca di permukaan ISI 1045 yang telah tertutup oleh produk korosi selama perendaman 90 hari dilingkungan air sungai yang telah terpolusi. Gambar 8 Grafik interpolasi dari ISI 1045 pada lingkungan air sungai pagi hari jam 07.00 Dengan melakukan interpolasi dan menggunakan persamaan 2 pada grafik log I vs E, maka akan di dapatkan laju korosi seperti pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Laju korosi dengan menggunakan uji potensiostat. NO Spesimen i corr (/cm 2 ) CR (mpy) 1. 1045 pagi 2.85 x 10-5 13.03 2. 1045 siang 6.38 x 10-6 2.91 3. 1045 sore 2.26 x 10-5 10.33 4. 1045 malam 4.02 x 10-5 18.38 5. SS 304 pagi 2.01 x 10-6 0.81 6. SS 304 siang 2.16 x10-6 0.87 7. SS 304 sore 2.37 x10-6 0.96 8. SS 304 malam 6.38 x 10-6 1.6 Dari pengujian potensiostat yang dilakukan pada spesimen ISI 1045 dengan kondisi air pagi, siang, sore dan malam, didapatkan bahwa laju korosi tertinggi pada ISI 1045 terjadi pada kondisi malam hari dengan nilai sebesar 18.38 mpy. Dari hasil pengujian air kandungan dari air sungai malam pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai zat korosif dari air sungai malam tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan kondisi air sungai pagi, siang dan malam. Namun pada kondisi air sungai malam memiliki ph yang lebih rendah sebesar 6.85 dan DHL (Daya Hantar Listrik) yang lebih tinggi yakni sebesar 1190 µmhos/cm. Sedangkan pada stainless steel 304 laju korosi paling besar terjadi pada malam hari. 3.5 Pengujian SEM EDX Pada pengujian SEM EDX yang dilakukan pada titik tertentu di spesimen ISI 1045 dengan immersi 90 hari didapatkan hasil seperti pada gambar 9. Gambar 9 () SEM 1045 90 hari () hasil pengujian SEM EDX perbesaran 2000 x Gambar 10. SEM stainless steel 304 perbesaran 1000 x Pada Gambar 10 menunjukan hasil SEM stainless steel 304, pada gambar tersebut menunjukan tidak terjadi pitting corrosion pada stainless steel 304 yang telah ditanam selama 90 hari di air sungai yang terpolusi. IV. KESIMPULN 1. Dari pengujian elektrokimia, laju korosi tertinggi pada ISI 1045 dan stainless steel 304 terjadi pada malam hari dengan nilai 18.38 mpy dan 1.6 mpy. Hal tersebut disebabkan daya hantar listrik (DHL). 2.. Dari hasil pengujian XRD pada ISI 1045 diketahui produk korosi yang terbentuk selama immersi 90 hari adalah FeS dan Fe 2 (SO 4 ) 3, terbentuknya produk korosi tersebut dikarenakan kandungan SO 4 - dalam air sungai. Sedangkan dari uji SEM EDX diketahui unsur yang terbentuk dari produk korosi di permukaan ISI 1045 adalah S, Ca dan O dengan kondisi morfologi dari permukaan terjadi uniform corrosion. Laju korosi tertinggi pada ISI 1045 terjadi pada hari ke - 30 dengan nilai 14,402 mpy. Dengan nilai laju korosi maksimal sebesar 14.17 mpy, maka laju korosi tersebut termasuk dalam kategori good.. Dari hasil pengujian XRD dan SEM pada stainless steel 304 tidak ada produk korosi yang terbentuk selama immersi selama 90 hari. Laju korosi tertinggi pada stainless steel 304 terjadi pada hari ke - 60 dengan nilai 0.026 mpy. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan Cl - pada air sungai tidak menyebabkan rusaknya lapisan passivasi sehingga tidak terjadi pitting corrosion. Dengan nilai laju korosi maksimal sebesar 0.026 mpy, maka laju korosi tersebut termasuk dalam kategori outstanding.

V. DFTR PUSTK [1] Fontana. 1978. Corrosion Engineering 2nd Edition. New York: Mc Graw-Hill ook Company. [2 Perez Nestor.,2004. Electro Chemistry and Corrosion Science. Kluwer cademic Publisher [3] Rose Leema, ntony Nooren,dkk., 2009, Corrosion behaviour of carbon steel in river water in the presence of calcium propionate- Zn 2+ system. [4] W. Sulistyoweni dkk.,2002. pengaruh unsur unsur kimia korosif terhadap laju korosi terhadap laju korosi tulangan beton [5] Melchers R.E., 2007, The effects of water pollution on the immersion corrosion of mild and low alloy steels [6] Prabowo H bambang, Muklimah Lela,. 2009. Pengaruh Kondisi air Terhadap Laju Korosi pada aja Tulangan [7] abolan Robert., 2002. Nace Corrosions Enginner s ook Reference ook Third Edition. NCE International. [8].2003. Standard Practice For preparing, Cleaning, and Evaluated Corrosion Test Specimens. G1 03.nnual ook of STM Standard.