BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VIII

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VII

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II 1. Nama Mata KuIiah : Filsafat Komunikasi 2. Kode / SKS : FIF 349 / 2 SKS 3. Waktu Pertemuan : 1 x pertemuan (2 x 50

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan


BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FILSAFAT KOMUNIKASI KODE: FIF 349 SEMESTER : V

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

TEORI KOMUNIKASI II KONSTRUKTIVISME & KRITISISME FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL- JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

CRITICAL THEORIES Bagian II

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Filsafati pada Ilmu Komunikasi. Rachmat Kriyantono, Ph.D

BAB III. Metode Penelitian. Seperti halnya ilmu-ilmu sosial yang menjadi induk, ilmu dan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

PARADIGMA METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

TEORI KOMUNIKASI II KONSTRUKTIVISME & KRITISISME FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL- JAKARTA

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI.

Kemampuan Membaca Teks Berita Dengan Menggunakan Model Cooperative Integrated Reading And Composition

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB III METODE PENELITIAN

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam dunia jurnalistik, keberadaan wartawan sebagai peliput berita dan sekaligus

PARADIGMA Penelitian Sosial II

Ideologi terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Ideologi Tertutup 2. Ideologi Terbuka Ideologi dalam arti sempit atau ideologi tertutup adalah gagasan-gagasan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

MODUL 8 SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODE PENELITIAN

Slide 1. MENGEMBANGKAN PERTANYAAN KRITIS MODEL WAYS OF KNOWING HABERMAS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Oleh: Nana Supriatna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan fakta yang terjadi di MAN 1 Sumenep, peneliti

(Bahan Kuliah Metpen, Program S1, S2, dan S3)

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB III METODOLOGI. ada konteks khusus atau dimensi waktu) (Moleong, 2011: 49). Paradigma yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

BAB V PENUTUP. Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

Transkripsi:

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VIII 1. Nama Mata KuIiah : Filsafat Komunikasi 2. Kode/SKS : F1F 349/2SKS 3. Waktu Pertemuan : 1. x pertemuan (2 x 50 menit) 4. Pertemuan : VIII 5. Tujuan Pembelajaran a. Umum Setelah menyelesaikan kuliah ini, rnahasiswa diharapkan mampu :mengerti dan memahami perspektif komunikasi massa. b. Khusus Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat menjelaskan mengenai perspektif komunikasi massa. 6. Pokok Bahasan Topik : Perspektif Komunikasi Massa 7. Substansi: a. Perspektif Positivisme b. Perspektif Kritisisme 8. Uraian Substansi Materi Perkembangan komunikasi massa di beberapa negara pada akhir-akhir ini, sangat dipengaruhi oleh dua perspektif besar yang membahas masalah komunikasi. Dua perspektif ini sesungguhnya tidak berbicara dalam bidang komunikasi saja, tetapi dalam banyak bidang yang keduanya saling bertentangan, misalnya dalam ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Pertentangan tersebut terjadi sangat ekstrim sekitar tahun 1960-an ketika teknoogi komunkasi sedang berkembang pesat. A. Perspektif Positivisme Perspektif Positivisme jelas didasarkan pada pemikiran Positivismeempirik, yang sangat empiris, dan kuantitatif. Penelitian tentang komunikasi pada madzab mi digunakan untuk memecahkan masalah kriminalitas, prostitusi, urbanisasi, dan masalah lain yang terjadi di Amerika Serikat sebagai akibat industrialisasi dan pembangunan. Fungsi penelitian komunikasi ini terutama untuk memenuhi pesanan penyedia dana (sponsor) dan pemerintah dalam rangka menyebarluaskan pesan (propaganda) kapitalisme saat itu. Madzab ini percaya bahwa media massa mempunyai kekuasaan yang mengubah masyarakat, oleh karena itu proses komunikasi yang dibangun

sangat menekankan efek komunikasi. daiam hal ini efek yang ditimbulkan dalam komunikasi sangat diperlukan untuk mengubah persepsi dan mempengaruhi masyarakat Pengikut perspektif ini adalah para pakar dan Amerika Srikat seperti Harold Lasswell, Wilbur Schramm, Paul F. Lazarsfelcl, Daniel Lerner. B. Perspektif Kritisisme Dengan dipelopori oleh Th. Adomo, M. Horkheimer dan W. Benjamin, madzab ini menggunakan teori Komunikasi Kritik dengan menggunakan metode penelitian kritik. Objek penelitian aliran ini adalah peranan media massa dalam kehidupan modern, termasuk didalamnya kecenderungan Positivisme Empirik di Amerika Serikat. Pandangan mendasar teori ini bersifat normatif yang menentang kebebasan nilai dan penyempitan realitas sosial pada penelitian Positivismeempirik. Realitas sosial seharusnya didekati dengan metode kualitatif yang menekankan pentingnya emansipasi manusia. Teori ini semakin mencuat ketika murid Horkheimer dan Adorno yaitu Habermas mengemukakan teori kornunikasinya yang kritis, Dengan mendasarkan pemikiran pada emansipasi manusia sebagai pelaku komunikasi, para pengikut perpsektif kritisisme beranggapan bahwa kehidupan manusia modern di Barat telah menjadi kebudayaan massa (massaculture), sehirigga individu bukan lagi menjadi pencipta kebudayaan tetapi lebih menjadi konsumen dan kebudayaan massa bahwa dalam kebudayaan massa, individu tidak lagi dapat menentukan apakah estetika itu, tetapi media massa-lah yang menciptakan kriteria estetika bagi individu. Penganut perspektif kritisme yang tak lain adalah Madzab Frankfurt sangat menekankan keberadaan emansipasi individu sebagal pelaku komunkasi dan pencipta kebudayaan yang harus diakui eksistensinya, bukan hanya sebagai konsumen pasif yang terombang ambing, hanyut oleh gelombang kebudayaan massa yang sifatnya sangat misterius, sehingga menghilangkan eksistensi individu. C. Perbedaan Perspektif Positivisme dan Kritisisme PERBEDAAN PANDANGAN POSITIVIS PANDANGAN KRITIS FAKTA

Fakta sifatnya riil, diatur kaidah dan hukum tertentu yang bersifat universal. Berita adl refleksi kenyataan, shg berita harus sama dan sebangun dengan fakta yang hendak diliput. Media adalah sarana yang bebas dan netral tempat semua kelompok masyarakat saling berdiskusi yang tidak ada dominasi. Media menggambarkan diskusi apa yang ada dalam masyarakat. Nilai dan ideologi wartawan bearada di luar proses peliputan berita. Wartawan berperan sebagai pelapor. POSISI MEDIA POSISI WARTAWAN Fakta adl hasil proses pertarungan antara kekuatan ekonomi, politik dan sosial yang ada dlm masyarakat. Berita tidak mungkin mrp refleksi dan realitas, karena berita merupakan refleksi dari kepentingan kekuatan kelompok dominan. Media hanya dikuasai oleh kelompok dominan dan menjadi sarana untuk memojokkan kelompok lain. Media hanya dimanfaatkan dan menjadi alat kelompok dominan. Nilai- dan ideologi wartawan tidak dapat dipisahkan dan proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa Wartawan berperan sebagai partisipan dari kelompok yang ada dalam masyarakat Tujuan peliputan berita: pemihakan kelompok sendiri dan. Tujuan peliputan dan penulisan berita:eksplanasi dan menjelaskan apa adanya. atau pihak lain. Tujuan peliputan dan penulisan Tujuan peliputan berita: pemihakan berita:eksplanasi dan menjelaskan kelompok sendiri dan atau pihak apa adanya lain. Penjaga gerbang (gatekeeping) Sensor diri Landasan etis Landasan ideologis Profesionalisme sebagai keuntungan Profesionalisme sebagai kontrol Wartawan sebagai bagian tim untuk Sebagai pekerja yang mempunyai mencari kebenaran. posisi berbeda dalam kelas social HASIL LIPUTAN Liputan dua sisi, dua pihak, dan Mencerminkan ideology wartawan kredibel dan kepentingan social, ekonomi Objektif, menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pemberitaan. Memakai bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran yang beraneka. atau politik tertentu. Tidak objektif, karena wartawan adalah bagian dari kelompok/struktur social tertentu yang lebih besar Bahasa menunjukkan bagaimana kelompok sendiri diunggulkan dan memarjinalkan kelompok lain Sumber : Eriyanto, 2011 Analisis Wacana, LkiS PANDANGAN POSITIVISTIK PERBEDAAN PARADIGMA RISET PANDANGAN KRITIS Eksplanasi, TUJUAN PENELITIAN Kritiksosial, transformasi,

prediksi dan kontrol emansipasi dan penguatan sosial. REALITAS Objective Realism Historical Realism Realitas diatur oleh kaidah dan hukum Realitas yang teramati mrp tertentu yang berlaku universal realitas semu yang terbentuk oleh walaupun kebenaran pengetahuan proses sejarah dan kekuatan sosial, tentang hat tsb hanya dapat dipercaya politik, ekonomi dan budaya secara probabilistik Peneliti berperan sebagai disinterested scientist dan netral Nilal etis dan pilihan moral harus berada diluar proses analisis teks Objektif Analisis teks tidak boleh menyertakan penafsiran individu Intervensionis Pengujian hipotesis dalam struktur hipothetico-deductive method dengan analisis kuantitatif dan tes statistik Kriteria kualitas penelitan : objektif, reliabel dan valid POSISI PENELITI CARA PENELITIAN PeneIiti menepatkan diri sebagai aktivis, advokat dan transformative intellectual Nilai etis dan pilihan moral bahkan keberpihakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari analisis Subjektif Titik perhatian analisis pada penafsiran subjektif peneliti atau teks Partisipatif Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual, dan multilevel analisis yang bisa dilakukan melalul penempatan diri sebagai aktivis/partisipan dalam proses transformasi sosial Kriteria kualitas penelitian Historical Situadness: sejauhmana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi dan po!itik dan teks. Sumber : Eriyanto, 2011 Analisis Wacana, LkiS. Kegiatan Belajar Mengajar : Tahap Kegiatan Pengajaran Kegiatan Mahasiswa Pendahuluan Mengulang materi pada pertemuan pertama Penyajian Menanyakan kepada mahasiswa, jika terdapat materi yang kurang jelas. Menjelaskan tentang pertentangan perspektif positivism dan kritisisme dalam komunikasi massa. Mendengarkan dan memberikan tanggapan atau usul. Mencatat Memperhatikan Memberikan tanggapan/ pertanyaan Memunculkan gagasan dan pengertian baru Media/Alat OHP/Infokus / Laptop OHP/Infokus/ Laptop

Penutupan Menugaskan mahasiswa membaca kembali materi yang telah diajarkan dan membaca bahan pustaka yang relevan dengan bahasan berikutnya sesuai pemahaman mahasiswa Memberikan tanggapan dan masukan OHP/Infokus/ Laptop Evaluasi Mengukur kemampuan mahasiswa melalui pembuatan tugas rangkuman terhadap materi yang telah diberikan, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut: 1. Analisislah fenomena INUL dan gunakan perspektif kritisisme untuk menganalisis fenomena tersebut! 2. Gunakan perspektif positivisme untuk menganalisis keberadaan MTV! Kepustakaan Arthur Asa B., 2000, Media Analisis Techniques, Penerbitan Universitas Atmajaya, Yogyakarta. Burhan Bungin, 2001, Imaji Media Massa, Jendela, Yogyakarta Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, LKis, Yogyakarta. Onong Uchjana, 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bhakti, Bandung. --------------------, 1999, Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek), Remaja Rosdakarya, Bandung. Jurnal Ikatan sarjana Komunikasi, 1999, vol : Ill /April., Remaja Rosdakarya, Bandung.