BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bentuk nyata dari kinerja pemerintah daerah yaitu dengan adanya berbagai fasilitas yang telah dibangun hingga masyarakat merasa nyaman, aman dan sejahterah atas daerah tersebut. Namun seluruh pembangunan daerah dibutuhkan adanya dana, baik itu bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ataupun Anggaran Pendapatan Belaja Daerah (APBD), dana tersebut dianggarkan untuk kebutuhan daerah selama satu periode tertentu, kemudian anggaran yang sudah di realisasikan dituangkan dalam laporan realisasi anggaran hingga terbentuknya laporan keuangan. Laporan keuangan juga mencerminkan bagaimana kinerja pemerintah daerah, sebab laporan keuangan salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Masyarakat mempercayai laporan keuangan untuk diperiksa oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Dalam hal ini BPK dapat mengungkapkan berbagai kecurangan atau ketidak lengkapan dari transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Kemudian BPK memberikan opini audit ataupun informasi aktual atas kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa. 1

2 Kemudian dalam sebuah organisasi kunci utama keberhasilan yaitu memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten, begitu juga dalam penyusunan laporan keuangan dibutuhkan SDM yang berkompetensi. Hal tersebut bisa dilihat dari pola pikir, pengalaman, latar belakang pendidikan serta kemampuan nyata dalam melaksanakan kewajibannya. Menurut Kadek, Nyoman dan Ni Kadek (2014) menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia sangat diperlukan agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat berkualitas dan bermanfaat dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu sumber daya manusia adalah faktor penting demi terciptanya laporan keuangan yang berkualitas. Keberhasilan entitas bukan hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimilikinya melainkan kompetensi sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan entitas yang bersangkutan. Kompetensi merupakan dasar seseorang untuk mencapai kinerja tinggi dalam menyelesaikan kinerjanya. Sumber daya manusia yang tidak memiliki kompetensi tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaanya secara efisien, efektif, dan ekonomis. Dalam hal ini pekerjaan yang dihasilkan tidak akan tepat waktu dan terdapat pemborosan waktu serta tenaga. Dengan adanya kompetensi sumber daya manusia maka waktu pembuatan laporan keuangan akan dapat dihemat. Hal ini karena sumber daya manusia tersebut telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hal-hal yang harus

3 dikerjakan, sehingga laporan keuangan yang disusun dapat diselesaikan dan disajikan tepat pada waktunya. Semakin cepat laporan keuangan disajikan maka akan semakin baik dalam hal pengambilan keputusan (Mardiasmo, 2002: 146) Menurut Purwaniati dan Imam (2008) menyatakan bahwa sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 17 2003 tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Peran internal audit sangatlah penting dalam pelaksanaan keuangan daerah. Dimana peran internal audit dapat memberikan jasa konsultasi untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), agar penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah dan tersaji secara wajar. Menurut Lusi (2014) menyatakan bahwa rendahnya kualitas laporan keuangan juga dipengaruhi oleh peran auditor internal pemerintah yang dalam hal ini adalah peran Inspektorat sebagai pengawas intern di pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 2008 peran Inspektorat adalah melakukan pengawasan intern, yaitu seluruh proses kegatan audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap

4 penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Ni Made, dkk (2014) mengemukakan bahwa otonomi daerah merupakan bagian dari demokrasi dalam menciptakan sebuah sistem akuntansi di daerah. Tetapi hal itu harus disesuaikan dengan kewenangan pemerintah pusat dan daerah, termasuk kewenangan keuangan guna melakukan pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik dan budaya, diperlukan suatu informasi akuntansi yang akurat yaitu berupa laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dalam LKPD 2013 Audited DKI Jakarta menyatakan bahwa, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Anggaran 2013 merupakan konsolidasian dari Laporan Keuangan SKPD-SKPD selaku entitas akuntansi sebanyak 745 SKPD/UKPD dan selanjutnya menjadi 48 entitas akuntansi penggabung. Laporan keuangan SKPD merupakan gabungan dari UKPD dibawahnya. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD kota Administrasi/Kabupaten merupakan gabungan dari Kecamatan-Kecamatan dan Kelurahan, Suku Dinas Suku Dinas dan Unit Pelayanan Teknis menginduk pada Dinas-dinas, khusus untuk Dinas Kesehatan selain menggabungkan laporan keuangan Suku Dinas Suku Dinas juga Laporan Keuangan BLUD Puskesmas, sedangkan untuk Laporan Keuangan Biro-Biro menginduk pada SKPD Sekretaris Daerah. Hal ini diatur dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 924 2013 tentang Entitas

5 Akuntansi dan Entitas Akuntansi Penggabung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Apabila informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) memenuhi kriteria karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan dalam PP No. 71 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yaitu releven, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami hal tersebut menyatakan bahwa Pemerintah Daerah mampu mewujudkan transparasi dan akuntanbilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Tempo.Co (2015) menurut Harry Azhar Azis laporan keuangan pemerintah daerah memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP) meningkat, walapun opini tersebut meningkat tidak sebaik di kementrian hal tersebut dilihat berdasarkan data pada 2009 opini WTP diberikan kepada 15 dari 504 daerah atau sekitar 3 persen namun pada 2013 membaik yaitu diberikan kepada 153 dari 456 atau sekitar 33 persen dari keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang khususnya pada Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 medapat pernyataan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dan tahun 2011 2012 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Pengecualian (WTP-DPP). Untuk hasil pemeriksaan LKPD dari tahun anggaran 2013-2014 memperoleh opini WDP (http//:www.bpk.go.id).

6 Kompas.com (2015) BPK menyebutkan, terdapat permasalahan dalam pengelolaan keuangan Provinsi DKI Jakarta, sehingga pada tahun 2014 BPK hanya memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian Permasalahan tersebut dibacakan oleh anggota V BPK Moermahadi Soerdja Djanegara, dalam Rapat Paripurna DPRD Provinsi DKI Jakarta perihal penyampaian laporan hasil pemeriksaan BPK, di Gedung DPRD DKI. Disamping itu BPK memberikan rekomendasi pada temuan pemeriksaan atas laporan keuangan tahun anggaran 2013 agar Pemprov DKI menerapkan mekanisme penggunaan uang persediaan, dengan menggunakan sistem revolving fund, namun belum dilaksanakan sehingga BPK masih menemukan pencatatan belanja pada 15 SKPD senilai Rp 268,87 miliar tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban. Hal ini menunjukkan bahwa lemahnya peran internal audit pada pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta atas laporan keuangan yang disajikan, sebab BPK telah menemukan berbagai permasalahan. Meskipun telah disajikan secara wajar untuk semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah dengan memberikan pembinaan kepada Kepala SKPD berserta entitas SKPD sebagai pengelolaan keuangan daerah, agar laporan keuangan yang dihasilkan SKPD tersebut dapat memberikan informasi yang berkulitas.

7 Tempat Penelitian dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena peneliti tertarik dengan opini BPK-RI terhadap Provinsi LKPD DKI Jakarta yang pada lima tahun terakhir tidak konsisten untuk memperoleh opini. Opini tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan daerah yang perlu diperbaiki dan tercermin dari masih adanya temuan dan rekomendasi dari BPK. Tabel 1.1 : Opini Audit BPK No Entitas Pemerintah Daerah 2010 2011 1 Prov. DKI Jakarta WDP WTP- DPP Sumber : IHPS I 2015 (Diolah oleh Penulis) 2012 WTP- DPP 2013 WDP 2014 WDP Berdasarkan pengungkapan latar belakang maka akan diajukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD Provinsi DKI Jakarta. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan fenomena yang terjadi pada latar belakang penelitian maka disusun permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

8 2. Apakah Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 3. Apakah Peran Internal Audit Berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Mengacu pada rumusan masalah maka penulis memperoleh tujuan dan manfaat dalam penelitiannya, sebagai berikut : 1. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris, antara lain : a. Untuk menguji dan menganalisis Pemahaman Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah b. Untuk menguji dan menganalisis Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah c. Untuk menguji dan menganalisis Peran Internal Audit Berpengaruh Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2. Kontribusi Penelitian Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap berbagai pihak, antara lain :

9 a. Bagi Pemerintah Daerah, Penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau saran dalam meningkatkan nilai-nilai kualitas informasi keuangan pemerintah daerah. b. Bagi Masyarakat, Sebagai bentuk informasi bentuk pelaksanaan atau pengelolaan antara dana APBD dengan realisasi sesuai atau tidak dengan manfaat yang masyarakat dapatkan. c. Bagi Akademis, Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan untuk penulis sekaligus memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Serjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana.