PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
The Effect of Cheese Flavor on Consumer Acceptance Of Catfish Macaroni (Pangasius hypopthalmus) By: Umi Kalsum 1), Suparmi 2), Sumarto 2) ABSTRACT

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

The Effect of Corn Flavor on Consumer Acceptance of Catfish Macaroni (Pangasius hyphopthalmus) by: ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

METODE. Bahan dan Alat

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

KAJIAN PENERIMAAN KONSUMEN DAN MUTU NUGGET UDANG REBON (Acetes erythraeus)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

Pengaruh Fortifikasi Jumlah Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Yang Berbeda Pada Tahu Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen

STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KERUPUK ATOM YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN BANDENG (Chanos chanos) Oleh:

JURNAL. STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM:

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BROKOLI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

KAJIAN PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP EMPEK-EMPEK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) DENGAN PENAMBAHAN WORTEL (Daucus carota)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

Keywords : Fish Protein Concentrate, Pangasius hypophthalmus, Hump Banana Nugget, Consumer Acceptance and Chemical Composition

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

METODE. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN

Quality Characteristics of Cryptopterus Catfish Cracker Fortified With White Mushroom (Pleurotus ostreatus) by: ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

THE EFFECT OF ADDITION OF SPINACH FLOUR (Amaranthus sp) ON CONSUMER ACCEPTANCE OF CATFISH BALL. Mychael F Naibaho 1), Dewita Buchari 2), Sumarto 2)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

STUDI PEMBUATAN BISKUIT DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa Striata) Oleh :

METODE. Materi. Rancangan

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

Oleh. Raja Anita Lufhiana 1), Sumarto 2), N. Ira Sari 2) ABSTRAK

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN DALAM PEMBUATAN NUGGET IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophthalmus)

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

Keyword : potato, wheat, characterics, flakes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh. Lily Afriyanti 1), Sumarto 2), Mery Sukmiwati 2) ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

MATERI DAN METODE PENELITIAN

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

ABSTRAK. STUDY ON CONSUMER ACCEPTANCE OF SALTY DRY SQUID (Loligo sp.) NUGGET. By : ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu. 3.2 Bahan dan Alat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Fortifikasi Minyak Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus) dan Minyak Ikan Kerapu (Chromileptes sp) Pada Biskuit

STUDI PEMBUATAN MI INSTAN SAGU DENGAN VARIASI PENAMBAHAN JUMLAH DAGING IKAN PATIN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

THE EFFECT OF ADDING LIMNOCHARIS POWDER (Limnocharis flava) ON THE CATFISH (Pangasius hypopthalmus) ABON QUALITY. By:

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

Sri Nova Mardayanti 1), Mirna Ilza 2), Syahrul 2) ABSTRAK

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. labu ukur, gelas ukur, labu erlenmeyer, alat UV-Vis Auto UV-2600,

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN

SURIMI LIMBAH TUNA LOIN SEBAGAI BAHAN FORTIFIKASI DALAM PEMBUATAN BAGEA SAGU SURIMI WASTE MATERIAL AS TUNA LOIN FORTIFICATION IN MAKING BAGEA SAGO

METODOLOGI PENELITIAN

A STUDY ON CONSUMER ACCEPTANCE OF TILAPIA ABON (Oreochromis niloticus) WITH THE ADDITION WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) Abstract

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Produksi Kelanting MT,

Transkripsi:

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN EFFECT OF FORTIFICATION BLUE GREEN ALGAE (Spirulina) ON MACARONI catfish (Pangasius hyppophthalmus) ACCEPTANCE OF CONSUMER Erwinsyah 1), Suparmi 2), Sumarto 2) Email: erwinsyaher@gmail.com 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi alga hijau biru (Spirulina) pada makaroni ikan patin (Pangasius hyphophthalmus) terhadap penerimaan konsumen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu melakukan percobaan pembuatan makaroni ikan patin dengan jumlah Spirulina berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuannya yaitu M 0 (tanpa Spirulina), M 1 (Spirulina 5 gram), M 2 (Spirulina 10 gram), M 3 (Spirulina 15 gram). Hasil penelitian ini menunjukkan penambahan Spirulina untuk semua perlakuan memiliki tingkat penerimaan konsumen bervariasi berkisar antara 59,37%-83,75% dimana pada perlakuan M 0 (59,37), M 1 (71,87), M 2 (83,75), M 3 (67,12). Makaroni yang terbaik adalah M 2 yaitu dengan penambahan (Spirulina 10 gram) yang memiliki tingkat penerimaan 83,75% dengan karakteristik berwarna hijau muda, aroma ikan dan Spirulina sedikit terasa, dan teksturnya kompak. Perlakuan M 2 memiliki kadar air 9,54%; kadar protein 10,51%; kadar lemak 1,77% dan memiliki daya rehidrasi 63,52%. Kata kunci: Spirulina, Makaroni, Fortifikasi ABSTRACT This study aimed to determine the effect of fortification blue green algae (Spirulina) on macaroni catfish (Pangasius hyphophthalmus) on consumer acceptance. The method used is the experimental method, namely the experiment of making macaroni catfish with a number of different Spirulina. This study used a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. The treatments that M 0 (without Spirulina), M 1 (Spirulina 5 grams), M 2 (Spirulina 10 grams), M 3 (Spirulina 15 grams). The results of this study showed the addition of Spirulina for all treatments have acceptance of consumer ranged from 59.37% -83.75% where the treatment M 0 (59.37), M 1 (71.87), M 2 (83.75), M 3 (67.12). The best macaroni is that with the addition of M 2 (Spirulina 10 grams) which has a 83.75% acceptance level with the characteristics of a light green color, the aroma of fish and Spirulina little felt, and compact texture. Treatment of M 2 has a water content of 9.54%; protein of 10.51%; fat of 1.77% and 63.52% rehydration capacity. Keywords: Spirulina, Macaroni, Fortification

PENDAHULUAN Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang terdapat di berbagai perairan umum seperti rawarawa, danau, dan kolam budidaya. Ikan patin ini termasuk ikan yang telah dibudidayaka dan dikembangkan baik dalam area kolam maupun keramba. Provinsi Riau merupakan salah satu daerah sentra produksi ikan patin, dimana produksi ikan patin budidaya pada tahun 2010 adalah sebesar 20.855,55 ton, dan pada tahun 2011 produksi ikan patin meningkat menjadi 26.991,33 ton, dengan presentase kenaikan 29,42 % (Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Provinsi riau, 2012). Makaroni merupakan bahan makanan yang dibuat dari campuran tepung terigu dengan telur, dicetak berbentuk buluh pita dan dikeringkan dengan atau tanpa bahan tambahan. Makaroni dapat dipadukan ke dalam berbagai jenis makanan. Selain bentuknya unik dan rasanya enak, makaroni juga mengandung nilai gizi tinggi dan dilihat dari nilai gizinya, keistimewaan makaroni adalah kaya akan karbohidrat (terutama pati) dan protein yang dapat memenuhi kebutuhan gizi manusia. Salah satu penyebab makaroni menjadi populer adalah bentuk makaroni dan ukurannya tersedia dalam ratusan model/jenis dan cara memasak atau menggunakan produk sejenis ini tidak terhitung jumlahnya. Meskipun sebagian besar produk makaroni hanya dibuat dari semolina dan air, tetapi produk makaroni dapat dibentuk dalam berbagai bentuk yang menghasilkan berbagai variasi makanan (Karpetitem, 2009). Pada makaroni ikan patin yang telah dilakukan oleh (Suparmi, 2012), menyatakan bahwa makaroni dengan penambahan daging ikan patin sebanyak 200 gram atau 20% adalah yang terbaik dengan karakteristik produk bewarna kuning pudar, aroma ikan terasa, rasa ikan mulai terasa dan teksturnya keras. Sedangkan nilai proksimatnya adalah dengan kadar air 12,29%, kadar protein 18,67%, kadar lemak 1,84%, dan daya rehidrasi 39,78%. Pada penelitian ini dilakukan fortifikasi alga hijau biru (Spirulina) pada makaroni ikan patin. Fortifikasi merupakan penambahan zat gizi mikro (vitamin dan/atau mineral) pada bahan makanan dalam proses pengolahan untuk meningkatkan nilai gizi pangan yang bersangkutan. Penambahkan Spirulina kedalam makaroni untuk memperkaya kandungan gizi makaroni ikan patin yaitu protein, sebagai flavour untuk membuat produk tersebut berbeda dari rasa dan aromanya, dan juga sebagai pewarna alami agar menambah daya tarik konsumen. Spirulina adalah mikroalga berukuran kecil, berwarna hijau, berbentuk spiral yang dapat hidup di perairan tawar dan laut. Mikroalga ini termasuk kelompok alga hijau biru (Cyanobacteria). Alga hijau biru ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan, pakan, suplemen, dan pangan fungsional.

Penelitian ini ditujukan untuk untuk mengetahui pengaruh fortifikasi alga hijau biru (Spirulina) pada makaroni ikan patin (Pangasius hypophthalmus) terhadap penerimaan konsumen. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan pada pembuatan makaroni adalah Daging ikan patin, tepung terigu, garam, air, cuka, telur, bawang merah, bawang putih dan Spirulina bubuk komersil yang diperoleh dari jawa. Bahan kimia yang digunakan untuk analisa adalah H 2 SO 4, Cu kompleks, Aquades, indikator pp, NaOH 50%, H 3 BO 3 (2%), HCl (0,1 N), indikator campuran (metilin merah-biru), dietil ether dan bahan kimia lainnya. Alat-alat yang digunakan adalah pisau, ember, baskom, blender (mesin penggiling daging), timbangan, ekstruder (alat pencetak), oven pengering, dan kamera dokumentasi. Alat yang digunakan dalam analisa kimia adalah labu kjehdhal, labu lemak, cawan porselin, oven, soxhlet, desikator, erlenmeyer, dan timbangan analitik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu melakukan percobaan pembuatan makaroni ikan patin dengan jumlah Spirulina yang berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuannya yaitu M 0 (tanpa Spirulina), M 1 (Spirulina 5 gram), M 2 (Spirulina 10 gram), M 3 (Spirulina 15 gram) dengan ulangan sebanyak 3 kali dan satuan percobaan pada penelitian ini adalah makaroni ikan patin dengan berat 200 gram sebanyak 12 unit. Formulasi bahan dalam pembuatan makaroni ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Formulasi bahan dalam pembuatan makaroni Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) yang dimodifikasi (Suparmi, 2012) Bahan M 0 M 1 M 2 M 3 Tepung terigu 1000 g 1000 g 1000 g 1000g Daging ikan patin 200 g 200 g 200 g 200 g Garam 5 g 5 g 5 g 5 g Air 370 g 370 g 370 g 370 g Cuka 5 g 5 g 5 g 5 g Telur 3 butir 3 butir 3 butir 3 butir Bawang merah 1 g 1 g 1 g 1 g giling Bawang putih giling 1 g 1 g 1 g 1 g Spirulina - 5 g 10 g 15 g M 0 : Formulasi Dasar Makaroni Ikan Patin.

Model matematis yang diajukan berdasarkan Gasperz (1991), adalah sebagai berikut : Keterangan : Y ii Y ii = µ + τ i + ε ii = Nilai pengamatan dari ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i μ = Nilai tengah umum τ i = Pengaruh perlakuan ke-i ε ii =Pengaruh galat ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i Prosedur Penelitian Secara umum pembuatan makaroni terdiri atas tiga tahap, yaitu pencampuran (mixing), ekstruksi (pembentukan makaroni), dan pengeringan. Adapun tahap dan proses pengolahan makaroni ikan patin meliputi : 1. Pembersihan ikan patin. Kepala, ekor dan tulang ikan patin dibuang, daging dibersihkan dan kemudian dicuci dan ditiriskan. Daging tersebut dilumatkan menggunakan mesin penggiling daging. Kemudian daging yang telah dilumatkan ditimbang sebanyak 200 gram. 2. Pencampuran bahan dan pembuatan adonan. 1000 gram tepung terigu ditambah bahan tambahan (telur, garam, bawang putih, bawang merah, cuka, dan Spirulina dicampur semua dengan daging sebanyak 200 gram. 3. Proses ekstrusi Adonan yang sudah dicampur hingga merata sempurna, kemudian dibentuk seperti bentuk elbow dengan menggunakan mesin ekstruder. Setelah selesai dari proses ekstrusi, makaroni yang sudah dibentuk lalu dikeringkan. 4. Pengeringan Proses pengeringan dilakukan menggunakan oven pemanas (bola lampu) dengan kisaran suhu 50-60 0 C. Pengeringan dilakukan selama kurang lebih 13 jam, dan selama pengeringan selalu diperhatikan kondisi letak makaroni agar merata proses pengeringan, untuk mencegah makaroni menjadi kasar dan permukaannya pecah akibat pengeringan terlalu lama. HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Organoleptik Nilai Rupa Hasil uji penilaian organoleptik terhadap makaroni ikan patin yang difortifikasi alga hijau biru (Spirulina) yaitu panelis menyatakan menyukai rupa makaroni ikan patin pada kriteria suka (sangat suka dan suka) dari tingkat penerimaan kesukaan paling tinggi sampai tingkat penerimaan kesukaan terendah, yang secara berurutan yaitu M 2 dengan jumlah 70 orang (87,5%), M 0 dengan jumlah 52 orang (65%), M 1 dengan jumlah 56 orang (70%) dan M 3 dengan jumlah 54 orang (67,5%). Berdasarkan penilaian rata-rata uji organoleptik terhadap rupa makaroni maka didapatkan penilaian pada masing-masing perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai rata-rata rupa makaroni yang dinilai oleh panelis Perlakuan Ulangan(%) 1 2 3 Ratarata(%) M 0 2,713 2,763 2,738 2,738 a M 1 2,825 2,838 2,850 2,838 b M 2 3,075 3,088 3,038 3,067 d M 3 2,863 2,838 2,850 2,850 c Ket : M 0 (Kontrol), M 1 (5 g), M 2 (10 g) dan M 3 (15 g) Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata rupa makaroni sesuai skor sheet penerimaan panelis diperoleh data penelitian yang bervariasi, dengan skor rata-rata penerimaan konsumen tertinggi terdapat pada perlakuan M 2 (3,067), diikuti perlakuan M 3 (2,850), M 1 (2,838) dan skor rata-rata penerimaan panelis terendah pada perlakuan M 0 (2,738). Berdasarkan analisis variansi menunjukkan bahwa fortifikasi alga hijau biru (spirulina) pada makaroni ikan patin memberi pengaruh nyata. Hal ini dilihat dari f hitung > f tabel pada taraf kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak atau hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap rupa makaroni. Untuk melihat perlakuan mana yang berbeda maka dilakukan dengan uji lanjut BNJ. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa makaroni tanpa penambahan spirulina (M 0 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 1, M 2, dan M 3. spirulina 5 gram (M 1 ) berbeda nyata terhadap makaroni M 0, M 2, dan M 3. spirulina 10 gram (M 2 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1, dan M 3. spirulina 15 gram (M 3 ) berbeda nyata dengan M 0, M 1, dan M 2. Uji rupa tertinggi didapatkan pada perlakuan M 2 yaitu makaroni dengan penambahan spirulina 10 gram sebesar 3,067. Nilai rupa pada perlakuan M 2 ini lebih disukai oleh konsumen karena memiliki warna hijau yang cerah dibanding dengan perlakuan lainnya. Warna hijau yang terdapat pada makaroni karena adanya penambahan spirulina. Spirulina ini merupakan mikroalga yang berkoloni besar berwarna hijau dan warna hijau ini berasal dari klorofil dalam jumlah yang tinggi. Nilai Aroma Hasil uji penilaian organoleptik terhadap makaroni ikan patin yang difortifikasi alga hijau biru (Spirulina) yaitu panelis menyatakan menyukai menyukai aroma makaroni ikan patin pada kriteria suka (sangat suka dan suka) dari tingkat penerimaan kesukaan paling tinggi sampai tingkat penerimaan kesukaan terendah, yang secara berurutan yaitu M 2 dengan jumlah 67 orang (83,75%), M 3 dengan jumlah 56 orang (70%), M 1 dengan jumlah 54 orang (67,5%) dan M 0 dengan jumlah 43 orang (53,75%). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan M 2 merupakan perlakuan terbaik.

Berdasarkan penilaian rata-rata uji organoleptik terhadap aroma makaroni ikan patin didapatkan penilaian pada masing-masing perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai rata-rata aroma makaroni ikan patin yang dinilai oleh panelis. Perlakuan Ulangan(%) 1 2 3 Ratarata(%) M 0 2,563 2,550 2,600 2,571 a M 1 2,788 2,800 2,788 2,792 c M 2 2,950 2,925 2,850 2,908 d M 3 2,675 2,700 2,738 2,704 b Ket : M 0 (Kontrol), M 1 (5 g), M 2 (10 g) dan M 3 (15 g) Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aroma makaroni sesuai skor sheet penerimaan panelis diperoleh data penelitian yang bervariasi, dengan skor rata-rata penerimaan konsumen tertinggi terdapat pada perlakuan M 2 (2,908), diikuti perlakuan M 1 (2,792), M 3 (2,704) dan skor rata-rata penerimaan panelis terendah pada perlakuan M 0 (2,571). Berdasarkan analisis variansi menunjukkan bahwa fortifikasi alga hijau biru (spirulina) pada makaroni ikan patin memberi pengaruh nyata. Hal ini dilihat dari f hitung > f tabel pada taraf kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak atau hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap rupa makaroni. Untuk melihat perlakuan mana yang berbeda maka dilakukan dengan uji lanjut BNJ. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa makaroni tanpa penambahan spirulina (M 0 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 1, M 2 dan M 3. spirulina 5 gram (M 1 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 2, dan M 3. spirulina 10 gram (M 2 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1, dan M 3. spirulina 15 gram (M 3 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1, dan M 2. Uji aroma tertinggi didapatkan pada perlakuan M 2 yaitu makaroni dengan penambahan spirulina 10 gram sebesar 2,908. Pada perlakuan M 2 lebih disukai oleh konsumen karena aroma ikan dan spirulina tidak begitu terasa pada makaroni. Sedangkan pada perlakuan M 0 aroma ikan terasa pada makaroni, pada M 1 aroma ikan terasa dan spirulina sedikit terasa pada makaroni, dan pada M 3 memiliki aroma spirulina kuat terasa pada makaroni. Aroma spirulina hampir mirip dengan rumput laut. Nilai Rasa Hasil uji penilaian organoleptik terhadap makaroni ikan patin yang difortifikasi alga hijau biru (Spirulina) yaitu panelis menyatakan menyukai rasa makaroni ikan patin pada kriteria suka (sangat suka dan suka) dari tingkat penerimaan kesukaan paling tinggi sampai tingkat penerimaan kesukaan terendah, yang secara berurutan yaitu M 2 dengan jumlah 60 orang (75%), M 1 dengan

jumlah 59 orang (73,75%), M 3 dengan jumlah 48 orang (60%) dan M 0 dengan jumlah 42 orang (52,5%). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan M 2 merupakan perlakuan terbaik,menurut tingkat kesukaan pada rasa. Berdasarkan penilaian rata-rata uji organoleptik terhadap rasa makaroni ikan patin maka didapatkan penilaian pada masing-masing perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai rata-rata rasa makaroni ikan patin yang dinilai oleh panelis. Perlakuan Ulangan(%) 1 2 3 Ratarata(%) M 0 2,625 2,675 2,663 2,654 b M 1 2,825 2,838 2,838 2,833 c M 2 2,888 2,838 2,850 2,858 d M 3 2,625 2,575 2,575 2,592 a Ket : M 0 (Kontrol), M 1 (5 g), M 2 (10 g) dan M 3 (15 g) Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata rasa makaroni sesuai skor sheet penerimaan panelis diperoleh data penelitian yang bervariasi, dengan skor rata-rata penerimaan konsumen tertinggi terdapat pada perlakuan M 2 (2,858), diikuti perlakuan M 1 (2,833), M 0 (2,654) dan skor rata-rata penerimaan panelis terendah pada perlakuan M 3 (2,592). Berdasarkan analisis variansi menunjukkan bahwa fortifikasi alga hijau biru (spirulina) pada makaroni ikan patin memberi pengaruh nyata. Hal ini dilihat dari f hitung > f tabel pada taraf kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak atau hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap rupa makaroni. Untuk melihat perlakuan mana yang berbeda maka dilakukan dengan uji lanjut BNJ. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa makaroni tanpa penambahan spirulina (M 0 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 1, M 2, dan M 3. spirulina 5 gram (M 1 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 2 dan M 3. spirulina 10 gram (M 2 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1, dan M 3. spirulina 15 gram (M 3 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1, dan M 2. Uji rasa tertinggi didapatkan pada perlakuan M 2 yaitu makaroni dengan penambahan spirulina 10 gram sebesar 2,858. Pada perlakuan M 2 lebih disukai oleh konsumen karena rasa ikan dan spirulina tidak begitu terasa pada makaroni. Sedangkan pada perlakuan M 0 rasa ikan terasa pada makaroni, pada M 1 rasa ikan terasa dan spirulina sedikit terasa pada makaroni, dan pada M 3 memiliki rasa spirulina kuat terasa pada makaroni. Rasa spirulina hampir mirip dengan rumput laut.

Nilai tekstur Hasil uji penilaian organoleptik terhadap makaroni ikan patin yang difortifikasi alga hijau biru (Spirulina) yaitu panelis menyatakan menyukai tekstur makaroni pada kriteria suka (sangat suka dan suka) dari tingkat penerimaan kesukaan paling tinggi sampai tingkat penerimaan kesukaan terendah, yang secara berurutan yaitu M 2 dengan jumlah 71 orang (88,75%), M 1 dengan jumlah 61 orang (76,25%), M 3 dengan jumlah 57 orang (71,25%) dan M 0 dengan jumlah 53 orang (66,25%). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan M 2 merupakan perlakuan terbaik. Berdasarkan penilaian rata-rata uji organoleptik terhadap tekstur makaroni ikan patin maka didapatkan penilaian pada masing-masing perlakuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai rata-rata tekstur makaroni yang dinilai oleh panelis. Perlakuan Ulangan(%) 1 2 3 Ratarata(%) M 0 2,700 2,688 2,663 2,683 a M 1 2,913 2,938 2,913 2,921 c M 2 3,088 2,975 2,963 3,088 d M 3 2,888 2,888 2,825 2,867 b Ket : M 0 (Kontrol), M 1 (5 g), M 2 (10 g) dan M 3 (15 g) Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tekstur makaroni sesuai skor sheet penerimaan panelis diperoleh data penelitian yang bervariasi, dengan skor rata-rata penerimaan konsumen tertinggi terdapat pada perlakuan M 2 (3,088), diikuti perlakuan M 1 (2,921), M 3 (2,867) dan skor rata-rata penerimaan panelis terendah pada perlakuan M 0 (2, 683). Berdasarkan analisis variansi menunjukkan bahwa fortifikasi alga hijau biru (spirulina) pada makaroni ikan patin memberi pengaruh nyata. Hal ini dilihat dari f hitung > f tabel pada taraf kepercayaan 95%. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak atau hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap rupa makaroni. Untuk melihat perlakuan mana yang berbeda maka dilakukan dengan uji lanjut BNJ. Hasil uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa makaroni tanpa penambahan spirulina (M 0 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 1, M 2, dan M 3. spirulina 5 gram (M 1 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 2, dan M 3. spirulina 10 gram (M 2 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1 dan M 3. spirulina 15 gram (M 3 ) berbeda nyata dengan perlakuan M 0, M 1 dan M 2. Uji tekstur tertinggi didapatkan pada perlakuan M 2 yaitu makaroni dengan penambahan spirulina 10 gram sebesar 3,088. Pada perlakuan M 2 lebih disukai konsumen karena memiliki tekstur yang kompak atau tidak mudah pecah. Sedangkan pada perlakuan M 0 memiliki tekstur kasar, pada perlakuan

M 1 memiliki tekstur agak kompak, dan pada perlakuan M 3 memiliki tekstur kompak. Secara keseluruhan tekstur makaroni ikan patin dengan penambahan spirulina bertekstur kompak tetapi konsumen lebih menyukai tekstur M 2. Analisa Kimia Hasil analisa kimia berupa kadar air, kadar lemak, kadar protein dan uji daya rehidrasi dengan nilai rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisa kimia pada makaroni ikan patin Parameter Kimia Perlakuan (%) M 0 M 1 M 2 M 3 Kadar Air 12,53 10,64 9,54 9,27 Kadar Lemak 2,72 2,16 1,77 1,55 Kadar Protein 6,92 8,53 10,51 11,14 Daya Rehidrasi 58,97 62,74 63,25 70,49 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat nilai analisa kimia untuk setiap perlakuan kadar air yaitu M 0 (12,53), M 1 (10,64), M 2 (9,54), dan M 3 (9,27). Nilai untuk setiap perlakuan kadar lemak adalah M 0 (2,72), M 1 (2,16), M 2 (1,77), dan M 3 (1,55). Nilai untuk setiap perlakuan kadar protein adalah M 0 (6,92), M 1 (8,53), M 2 (10,51), dan M 3 (11,14). Nilai untuk setiap perlakuan rehidrasi adalah M 0 (58,97), M 1 (62,74), M 2 (63,25), dan M 3 (70,49). Kadar air makaroni ikan patin dengan penambahan Spirulina dapat dilihat pada Tabel 6. Kadar air tertinggi adalah pada perlakuan M 0 yaitu dengan nilai 12,53%, sedangkan terendah adalah pada perlakuan M 3 yaitu sebesar 9,27%. Kadar protein makaroni ikan patin dengan penambahan Spirulina dapat dilihat pada Tabel 6. Kadar protein tertinggi adalah pada perlakuan M 3 yaitu dengan 11,14%, sedangkan terendah adalah pada perlakuan M 0 yaitu sebesar 6,92%. Kadar lemak makaroni ikan patin dengan penambahan Spirulina dapat dilihat pada Tabel 6. Kadar lemak makaroni ikan patin tertinggi adalah pada perlakuan M 0 yaitu dengan nilai 2,72%, sedangkan terendah adalah pada perlakuan M 3 yaitu sebesar 1,55%. Daya rehidrasi makaroni ikan patin dengan penambahan Spirulina dapat dilihat pada Tabel 6. Daya rehidrasi makaroni ikan patin tertinggi adalah pada perlakuan M 3 yaitu dengan nilai 70,49%, sedangkan terendah adalah pada perlakuan M 0 yaitu sebesar 58,97%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan Spirulina pada makaroni ikan patin berpengaruh nyata terhadap tingkat penerimaan konsumen. Makaroni ikan patin yang dihasilkan untuk semua perlakuan memiliki tingkat penerimaan konsumen bervariasi berkisar antara 59,37% - 83,75% dimana untuk perlakuan M 0 (59,37), M 1 (71,87), M 2 (83,75), dan M 3 (67,12). Makaroni yang sangat disukai oleh konsumen adalah makaroni ikan patin pada perlakuan M 2 yaitu dengan penambahan Spirulina 10 gram yang memiliki tingkat penerimaan 83,75%

dengan karakteristik berwarna hijau muda, aroma ikan dan Spirulina sedikit terasa, rasa ikan dan Spirulina sedikit terasa, dan teksturnya kompak. Perlakuan M 2 memilki kadar air 9,54%; kadar protein 10,51%; kadar lemak 1,77% dan memiliki daya rehidrasi 63,52%. Saran Hasil penelitian dapat disarankan untuk membuat makaroni ikan patin dengan penambahan Spirulina 10 gram (M 2 ) yang merupakan perlakuan terbaik. Untuk penelitian lanjutan dapat disarankan untuk menentukan kemasan yang baik dan menentukan masa kedaluarsa makaroni ikan patin dengan penambahan Spirulina. DAFTAR PUSTAKA Dinas Perikanan Tingkat I Riau, 2012. Laporan Tahunan Dinas Perikanan Tingkat I Riau. Pekanbaru- Riau. Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung. 472 hal. Karpetitem, 2009. Bentuk makaroni yang memikat. http://kamissore.blogspot.com Suparmi, 2012. Laporan Penelitian Strategis Nasional Studi Pembuatan Makaroni Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Sebagai Produk Unggulan Daerah. Universitas Riau. 46 hal.