PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

PERAN PEMIMPIN DESA MIYONO DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENYULUHAN PEMBUATAN KOMPOS DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN. (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Pisang adalah nama umum yang

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. wawasan. Di sini jugalah tempat kita membina bangsa kita. Tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan bahan pangan berupa daging khususnya daging sapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

Latar Belakang PENDAHULUAN

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

BAB I. komunikasi membuat berbagai macam informasi dan berita bisa dengan mudah. perkembangan teknologi komunikasi yaitu perkembangan media massa.

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU

BAB I PENDAHULUAN. 1

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK. Kulonprogo, DI. Yogyakarta. Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

Untuk menarik minat konsumen, perusahaan melakukan publik presentasi produk ke khalayak. Frequency Percent Valid Percent

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pembangunan perumahan, maka sangat jelas

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi yang

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat hendaknya dilakukan secara terencana, rasional, optimal,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk dunia bergerak cepat dan terus bertambah. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PUJI ANITASARI J

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

Iklim Perubahan iklim

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

BAB I PENDAHULUAN. hanya buah masih diberi nama. Indonesia memiliki panjang garis pantai

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

Lampiran 3. Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

industri berbahan dasar olahan limbah yang dikenal khalayak umum. Perlu adanya tangan dan ide kreatif seseorang agar limbah yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH B3 PADA SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pembangunan yang benvawasan lingkungan, semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (behavior) masyarakat petani peternak, terjadinya pertumbuhan ekonomi dan pertanian yang berkelanjutan. Kegiatan penyuluhan peternakan mempunyai andil yang cukup penting di Indonesia khususnya di Kabupaten Malang. Luas Kabupaten Malang adalah 4.576 km 2 yang sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi efisiensi jarak yang yang harus ditempuh, waktu dan biaya yang harus digunakan atau dikeluarkan dalam anggaran satu kali kegiatan penyuluhan. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada pemerataan pengetahuan peternak, terutama teknologi baru yang hanya diketahui oleh sebagian peternak, sehingga penerimaan informasi peternakan masih sangat terbatas. Usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Malang menunjukkan prospek yang sangat cerah. Perkembangan usaha peternakan yang semakin pesat tersebut ternyata menimbulkan dampak, yaitu terakumulasinya limbah peternakan berupa kotoran (feses). Potensi limbah peternakan berupa kotoran ternak (feses) di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari satu ekor sapi dewasa menghasilkan feses sekitar 20 kg/hari. Berdasarkan dari data tersebut jika dikonversikan dalam 1

skala industri sapi perah dengan jumlah antara 1500-7000 ekor, maka akan menghasilkan feses sebanyak 30-140 ton per hari atau sekitar 10,9-51,1 ribu ton per tahun. Jumlah yang sekian besar ini hanya dari sebuah industri sapi perah saja, belum terhitung limbah dari usaha berskala menengah dan kecil, serta perorangan yang jumlah peternaknya semakin bertambah. Dewasa ini isu tentang pemanasan global (global warming) menjadi permasalahan yang sangat serius, khususnya di sektor peternakan. Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock s long shadow : Environmental issues and option yang dirilis pada November 2006, menyatakan bahwa peternakan menyumbang paling besar gas rumah kaca kurang lebih sebesar 18%, angka ini melebihi besar gas rumah kaca yang dihasilkan oleh gabungan transportasi di seluruh dunia sebesar 13%. Selain itu peternakan juga melepaskan sebesar 9% kabon dioksida dan 37% gas metana. Selain itu limbah kotoran yang dihasilkan peternakan menyumbang 65% nitrogen oksida dan 64% ammonia yang menyebabkan hujan asam. Pengelolaan limbah kotoran ternak (feses) perlu dilakukan secara tepat. Bila kotoran ternak tersebut tidak dikelola dengan baik, limbah yang dihasilkan akan menimbulkan masalah pada aspek produksi dan lingkungan seperti menimbulkan bau, menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak dan manusia, serta bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan menimbulkan protes dari masyarakat dan pencemaran 2

air. Secara umum inovasi pengolahan limbah peternakan berupa kotoran ternak (feses) sudah banyak dilakukan, seperti pemanfaatan feses sebagai pembuatan pupuk kompos, biogas, campuran pakan lele, pembuatan batu bata, dan gerabah. Pemanfaatan potensi limbah peternakan kotoran sapi dalam bidang bahan konstruksi telah dimulai sejak lama. Suku Sasak di Dusun Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Suku Zulu di Afrika Selatan memanfaatkan limbah kotoran ternak (feses) sebagai bahan material lantai dan pelapis dinding. Hal tersebut dipercaya dapat mendinginkan rumah pada musim kemarau dan menghangatkan rumah pada musim penghujan (Dimas, 2012). Potensi yang besar ini bila diolah bersama dengan limbah kotoran sapi melalui teknologi pembuatan mortar yang benar, diharapkan dapat memberikan bahan alternatif sebagai bahan campuran plesteran yang lebih murah, ramah lingkungan dan jika digunakan dalam pemanfaatan kontruksi pembuatan kandang ternak akan memberikan rasa yang nyaman kepada ternak tersebut. Permasalahan yang dihadapai dalam menyampaikan inovasi tentang pengolahan limbah kotoran sapi menjadi mortar kepada para peternak dihadapkan pada permasalahan keterbatasan tenaga penyuluh. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan inovasi tersebut kepada para peternak. Secara konvensional peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui 3

metode dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (sasaran penyuluhan) itu dengan kesadaran untuk mengadopsi inovasi yang disampaikan. Proses tersebut harus melibatkan interaksi antara penyuluh dan peternak yang memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, di dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, penyuluh harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya (Soesmono, 1975). Penelitian ini memanfaatkan kolaborasi kemajuan teknologi media massa televisi sebagai wadah penyebaran informasi inovasi pengetahuan mengenai pengolahan limbah kotoran sapi menjadi mortar. Penggunaan media tersebut dalam proses penyuluhan peternakan diharapkan akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Informasi yang disampaikan melalui media televisi akan lebih menarik dengan tampilan audio visual yang ditawarkan, lebih interaktif, dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera manusia. Televisi merupakan salah satu media massa yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Penggunaan televisi sebagai media penyuluhan memberikan kelebihan, karena masyarkat sasaran tidak hanya mendengarkan suara penyuluh, tetapi dapat pula melihat dan memperhatikan segala keragaan yang ingin diungkapkan penyuluh, baik melalu suara, gerakan-gerakan, maupun contoh-contoh bahkan 4

demonstrasi-demonstrasi atau percakapan. Media ini memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan. Pada awalnya media penyiaran televisi hanya ditujukan untuk penyiaran gambar (video) dan suara (audio), sehingga proses umpan balik (feedback) antara penyuluh dan sasaran tidak terjadi. Proses yang terjadi hanyalah berupa proses komunikasi satu arah. Akan tetapi, komunikasi massa melalui televisi sekarang ini sudah cenderung dua arah (interaktif). Suatu acara di televisi berupa program talkshow menawarkan sebuah acara yang melibatkan tanya jawab secara langsung dengan pendengar atau pemirsa melalui telepon interaktif. Pada proses tersebut terjadi umpan balik antara pemberi informasi terhadap pemirsa. Pengetahuan yang didapat oleh masyarakat dalam tayangan di televisi merupakan hasil dari mengetahui setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba, dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004). Komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan perubahan, seperti perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku nyata atau ketiganya. Perubahan tersebut dapat diketahui dari tanggapan yang diberikan audiens sebagai umpan balik (Wiryanto, 2000). Perubahan pengetahuan merupakan bentuk transformasi informasi eksternal menjadi satu pola pemikiran untuk membentuk sikap. Menurut Guiltinan (1998), pengetahuan terjadi pada tahap kognitif dimana 5

sebelumnya audiens harus melalui tahap sadar (awareness) terlebih dahulu. Tahap sadar disebabkan oleh adanya perhatian individu terhadap suatu obyek, sedangkan pengetahuan disebabkan oleh adanya pengingatan atau recall terhadap suatu obyek. Siaran televisi berupa penayangan audio visual merupakan sarana persuasi massa, oleh karena itu televisi dapat berperan lebih besar di dalam proses perubahan dan bersikap di dalam masyarakat. Permasalahan kondisi geografis, keterbatasan tenaga penyuluh serta jangkauan lokasi penyuluhan menjadi alasan utama, mengapa penelitian ini menggunakan media penyiaran televisi?. Penelitian ini dilakukan agar peneliti dapat menganalisa tingkat pengetahuan dan sikap peternak sapi perah terhadap pengolahan limbah kotoran sapi menjadi mortar dalam tayangan program Dialog Khusus di Gajayana TV Malang. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengukur perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap peternak tentang pembuatan mortar dari kotoran sapi melalui media televisi dengan dan tanpa dialog interaktif serta, menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan peternak sapi perah terhadap sikap peternak tentang pembuatan mortar dari kotoran sapi. 6

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan para peternak dan membentuk peternak yang mandiri, memberikan alternatif solusi baru bagi peternak dalam memanfaatkan hasil limbah kotoran sapi selain sebagai kompos dan biogas, pemerataan penyebaran informasi ke daerah-daerah binaan yang sulit ditempuh dan dijangkau oleh penyuluh. 7