PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PERENCANAAN PENGELOLAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI PADA DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

Disampaikan pada Peningkatan Kompetensi Pengelola di Bidang Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi Semarang, 25 Oktober 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN SOSIAL UNTUK KOMUNITAS BUDAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI KEMENDAGRI)

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

1 Petunjuk Teknis Bantuan Sosial Komunitas Budaya KATA PENGANTAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

1 Petunjuk Teknis Fasilitasi Komunitas Budaya di Masyarakat KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBINAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG

Disajikan oleh: Dr. FAUZI, M.Ag. (Dosen FTIK IAIN Purwokerto)

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

ARAH KEBIJAKAN DIREKTORAT KETAHANAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

CETAK BIRU NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Festival Trowulan Majapahit (FTM) 2014, Keselarasan Keberagaman Indonesia. Tarian Gayatri Rajapatni

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BIDANG KEBUDAYAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

PROFIL ORGANISASI MAJELIS LUHUR KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME I N D O N E S I A MAJELIS LUHUR KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

Transkripsi:

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT A. Pendahuluan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang masyarakatnya terdiri dari beraneka ragam suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keragaman tersebut mencakup bahasa, sistem kepercayaan, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, kekerabatan, berbagai macam perangkat nilai, norma, aturan-aturan dalam sebuah kelompok sosial atau golongan sosial, yang dianut oleh masyarakat atau kesatuan sosial yang berbeda-beda. Adapun salah satu kesatuan sosial yang hingga kini keberadaannya masih ada dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia adalah komunitas adat Sebagai bagian dari keragaman masyarakat dan kebudayaan di Indonesia, keberadaan komunitas adat sesungguhnya merupakan sub-sub etnik atau sukubangsa dan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang khas yang menempati suatu wilayah tertentu yang eksistensinya belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Di Jawa Timur misalnya, wilayah ini tidak hanya dihuni oleh suku bangsa Jawa dan Madura saja, tetapi juga di huni oleh suku Tengger, Using, Bawean, dan Pendalungan. Di Jawa Tengah ada komunitas Sedulur Sikep, komunitas Dayeuhluhur, komunitas Pitu, dan komunitas Jalawastu, sedangkan di Jawa Barat ada Kampung Naga, Kampung Urug, Kampung Kuta, Sinaresmi, Ciptagelar, Kampung Cikondang, dan sebagainya. Setiap komunitas adat biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya kesadaran bahwa anggotanya berasal dari keturunan atau tradisi tertentu (2) mempunyai wilayah tertentu (3) adanya interaksi antar anggota komunitas dan (4) adanya pengakuan dari luar komunitas. Atas dasar hal ini, maka yang dimaksud dengan komunitas adat adalah kesatuan social yang menganggap dirinya memiliki ikatan geneologis atau memiliki ikatan geneologis dengan kelompok, kesadaran wilayah

sebagai daerah teritorial dan adanya identitas soaial dalam interaksi yang berdasarkan nilai-nilai, norma dan aturan-aturan adat, baik tertulis maupun tidak tertulis. Menurut data yang berhasil dihimpun oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), bahwa pada tahun 2015 di Indonesia ada sekitar 2349 komunitas masyarakat adat yang keberadaannya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Persebaran sub-etnik dalam wilayah geografis yang luas di seluruh Indonesia menjelaskan kesulitan komunikasi yang luar biasa yang dihadapi dalam berbagai proses social dan politik. Perbedaan ini juga menunjukkan cara pandang yang berbeda dalam berbagai hal, memperlihatkan berlakunya sistem nilai yang berbeda-beda antara komunitas satu dengan komunitas lainnya, dan juga menegaskan adanya tingkah laku sosial, ekonomi dan politik yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia, kondisi masyarakat yang sangat majemuk (plural society) sebagaimana tersebut di atas merupakan salah satu ciri yang dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia, akan tetapi apabila tidak dikelola dengan baik sesungguhnya dapat menjadi sumber disintegrasi bangsa. B. Pengelolaan Komunitas Adat Sebagaimana diketahui bahwa proses nasionalisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah pada masa Orde Baru telah menyebabkan pengabaian terhadap keberadaan kebudayaan yang sangat beragam, baik berupa budaya materi yang begitu kaya di berbagai tempat, institusi-institusi local yang berfungsi dengan baik sebagai bagian dari kemampuan penataan social, maupun ideology dan nilai-nilai kearifan lokal. Dengan cara ini, pemerintahan Orde Baru bukan saja gagal menemukan kebudayaan nasional, tetapi juga telah melahirkan resistensi yang sangat besar dari berbagai daerah. Resistensi ini bagaimanapun turut menyumbang pada proses reformasi system pemerintahan dewasa ini dengan memberi ruang yang lebih besar untuk demokrasi dan pembagian kekuasaan serta sumber daya. Perubahan system pemerintahan ini dapat

berjalan dengan baik apabila pengelolaan hakekat keragaman kebudayaan dapat dipahami dengan baik. Sementara itu, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adat sebagai bagian dari keragaman kebudayaan di Indonesia mencakup pengembalian kedaulatan persekutuan politik komunitas adat untuk mengatur kehidupan sosialekonomi, hukum adat, kedaulatan atas pengelolaan dan penguasaan tanah, kekayaan alam dan sumber-sumber lainnya, serta hak-hak berkebudayaan. Oleh karena luasnya cakupan yang perlu dilakukan dalam kaitannya dengan pengelolaan masyarakat komunitas adat, maka penanganannya dilakukan oleh berbagai kementerian/lembaga dengan istilah yang berbeda-beda, seperti Kementerian Sosial menggunakan istilah komunitas adat terpencil, Kementerian Lingkungan Hidup menggunakan istilah masyarakat hukum adat, Kementerian Dalam negeri menggunakan istilah masyarakat adat. Adapun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Permendikbud No. 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggunakan istilah komunitas adat. Komunitas adat dikenal sebagai masyarakat yang sangat mencintai dan menjunjung tinggi tradisi. Ketakutan mereka terhadap bencana alam, kematian, kelaparan, walat, bendu, kutukan (taboo) dan hal-hal lain yang mengancam kehidupannya telah menumbuhkan berbagai tradisi yang hingga kini masih tetap hidup (the living traditions). Tradisi tersebut dikukuhkan dengan seperangkat nilai-nilai yang terkandung dalam sistem religi atau kepercayaan asli mereka yang antara lain terwujud dalam upacara adat. Oleh karena itu, keberadaan komunitas adat biasanya terikat oleh tradisi yang menghargai pola-pola hubungan yang selaras dan serasi dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan uraian di atas, maka pengelolaan keragaman kebudayaan yang dilakukan oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkaitan

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam aspek-aspek tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun, dan hingga kini masih tetap menjadi kerangka acuan dalam kehidupan komunitas adat, seperti system kepercayaan, upacara adat, kesenian tradisional, dan lain-lain. Adapun Pengelolaan Komunitas Adat yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengacu kepada Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang salah satunya adalah melestrikan dan memperkukuh kebudayaan Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelestarian Tradisi, bahwa yang dimaksud dengan Pelestarian adalah upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan suatu kebiasaan dari kelompok masyarakat pendukung kebudayaan yang penyebaran dan pewarisannya berlangsung secara turun-temurun. Pelindungan yang dimaksud dalam Permen tersebut adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugihan, atau kepunahan kebudayaan yang berkaitan dengan bidang tradisi berupa ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya termasuk harkat dan martabat serta hak budaya yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun proses alam. Pelindungan dapat dilakukan dengan cara penyelamatan, seperti inventarisasi dan menggali nilai-nilai luhur; pengamanan seperti pencegahan dan penanggulangan; penetapan HAKI dan Wardun (UNESCO); dan internalisasi nilai. Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya berupa perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai aturan dan norma yang berlaku pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan orisinalitas. Pengembangan dapat dilakukan melalui kegiatan revitalisasi, pemberdayaan, pengkajian/penelitian, dan kemitraan.

Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya budaya untuk kepentingan pendidikan, pariwisata, agama, deplomasi, ekonomi kreatif, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka Pengelolaan Komunitas Adat pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada komunitas adat untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana dengan kelompok msyarakat lainnya. Upaya tersebut harus memperhatikan potensi sosial-budaya, aspirasi dan peran serta komunitas adat. Potensi sosial-budaya ini dapat diketahui dengan baik apabila didukung dengan hasil penelitian dan pendokumentasian atas berbagai potensi sosial-budaya yang ada. Hal ini berarti perlu adanya pemetaan tentang keberadaan komunitas adat di Indonesia sehingga pengelolaan komunitas adat dapat dilakukan dengan baik. Sebagai langkah awal untuk memetakan keberadaan komunitas adat tersebut, Subdirektorat Komunitas Adat, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi telah merintis kegiatan inventarisasi komunitas adat yang pelaksanaannya antara lain dilakukan oleh para peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), balitbang Kemendikbud dan Perguruan Tinggi. Kegiatan ini telah berlangsung dari tahun 2012 2014, sedangkan komunitas adat yang telah berhasil diinventarisir semuanya berjumlah 42 komunitas adat. Mengingat kegiatan ini bersifat penulisan yang hanya dapat dilakukan lembaga penelitian, maka kami mengharapkan agar kegiatan ini dapat berlanjut sehingga hasilnya dapat kami manfaatkan sebagai bahan untuk pemetaan komunitas adat di Indonesia. Dalam kaitannya dengan pelindungan, maka kegiatan inventarisasi aspek-aspek tradisi yang ada dalam kehidupan komunitas adat menjadi penting untuk dilakukan. Pengelolaan Komunitas Adat dapat dilakukan dengan baik apabila kita dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu, Subdirektorat Komunitas Kepercayaan, Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi telah melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menginventarisir permasalahan-

permasalahan yang dihadapi oleh komunitas adat, yaitu Dialog Pemberdayaan Komunitas Adat. Namun demikian, kegiatan ini belum merepresantasikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh komunitas adat di Indonesia, karena pelaksanaannya hanya bersifat parsial. Diharapkan kegiatan ini nantinya dapat dilaksanakan secara nasional sehingga dapat menghasilkan rekomendasi sebagai bahan perumusan kebijakan dalam rangka Pengelolaan Komunitas Adat di Indonesia. Selain itu, Subdirektorat Komunitas Adat, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi juga telah memfasilitasi Komunitas adat dalam bentuk kegiatan, seperti Gelar Tradisi Komunitas Adat dan Pemberdayaan Masyarakat Tradisi Pesisir. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) melestarikan dan mengembangkan aspek-aspek tradisi sebagai bagian integral dari kebudayaan nasional: (2) meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap upacara adat sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa Indonesia: (3) menumbuhkembangkan sikap saling menghormati dan tolerensi antarsesama anak bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain fasilitasi dalam bentuk kegiatan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi juga memberikan fasilitas berupa bantuan untuk pelestarian tradisi, yaitu Fasilitasi terhadap Komunitas Budaya di Masyarakat (FKBM) dan Revitalisasi Desa Adat (RDA). Adapun tujuan dari pemberian fasilitasi tersebut adalah untuk revitalisasi, pemberdayaan dan meningkatan kualitas keberadaan komunitas budaya atau desa-desa adat di Indonesia dalam rangka pelestarian kebudayaan serta penguatan karakter dan jatidiri bangsa. Fasilitasi Komunitas Budaya mulai dilaksanakan sejak tahun 2012, sasarannya tidak hanya Komunitas Adat saja, tetapi juga komunitas yang peduli dengan pelestarian tradisi, seperti Sanggar Seni dan Organisasi Penghayat Kepercayaan. Sejak fasilitas ini dikucurkan hingga saat ini jumlah komunitas budaya yang telah menerima bantuan berkisar 1560 komunitas budaya. Sedangkan Revitalisasi Desa Adat melai dilaksanakan sejak tahun 2013, sasarannya adalah masyarakat adat yang memiliki kekuatan identitas budaya, memiliki kegiatan budaya yang khas dan dilakukan secafra rutin, serta memiliki

pola danaktivitas hidup yang khas, yang diperoleh secara turun-temurun. Sejak kegiatan ini dilaksanakan hingga saat ini sudah 295 desa adat yang mendapatkan bantuan revitalisasi desa adat. Sebagai salah satu unit kerja yang ada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi juga telah mensosialisasikan nilai-nilai multi kultur melalui kegiatan Jejak Tradisi Nasional (Jetranas) untuk peserta didik sekolah lanjutan tingkat atas dan Pengemasan Seri Pengenalan Budaya untuk peserta didik tingkat dasar. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkembangkan sikap saling menghormati dan tolerensi antarsesama anak bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. C. Harapan Pengelolaan Komunitas Adat ke Depan Pada tanggal 7 11 Agustus 2016, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) telah menyelenggarakan kegiatan Pekan Masyarakat Adat Nusantara di Museum Nasional. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS). Adapun tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut adalah Pendidikan, Kebudayaan, dan Spiritualitas Masyarakat Adat. Dengan memperhatikan tema tersebut, masalah pendidikan komunitas adat sesungguhnya telah tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana pada pasal 5 ayat 3 disebutkan bahwa: warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, maka harapan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi ke depan adalah mengelola sistem pendidikan bagi komunitas atau masyarakat adat terpencil.

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT Oleh: Subdit Komunitas Adat

Makalah, disampaikan dalam Peningkatan Kompetensi Pengelola Bidang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Oktober 2016 di Semarang