IDENTIFIKASI CITRA PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN TUGAS AKHIR TKP 477

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA VULKANOLOGI KETEP DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

PERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

POLA KERJASAMA PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUURIP ANTARA KOTA MAGELANG DAN KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR

TAMAN WISATA WADUK WADASLINTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan layak. Masalah kemiskinan menjadi masalah yang cukup serius karena akan

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi, dan tidak ada sikap koheren yang memandang aset tersebut harus

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industri dalam lima tahun terakhir yaitu periode , terdapat kenaikan

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. PT. Globalindo 21 Express atau yang lebih familiar disebut PT. 21 Express ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan dan investasi. Dalam perencanaan nation branding terkait

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi yang memadai, maka pergerakan ekonomi antar wilayah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang inovatif baik bergerak dalam bidang barang ataupun jasa. Dimana kinerja. saing, baik di pasar lokal maupun pasar global.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP REVISIT INTENTION WISATAWAN SAUNG ANGKLUNG UDJO

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DESAIN DAN DIVERSIFIKASI PRODUK IKM KERAJINAN BAMBU DI JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan macam-macam pilihan dan keistimewaannya. mereka dalam kaitannya menghadapi persaingan yang ketat dengan competitor.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. berbatasan langsung dengan ibu kota negara Indonesia, DKI Jakarta yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. ( LKjIP ) DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk bersenang-senang. Di setiap pelosok

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sandang, pangan, maupun papan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

Transkripsi:

IDENTIFIKASI CITRA PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN TUGAS AKHIR TKP 477 OLEH: ARIS MARSUDI L2D 301 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 i

ABSTRAKSI Perubahan yang terjadi di tingkat makro atau mikro seperti regionalisasi dan otonomi daerah, paradigma kebijakan pariwisata serta perubahan motivasi berwisata telah menuntut berbagai Pemerintah Daerah di Indonesia untuk meninjau ulang pendekatan dan cara pandang dalam memasarkan potensi daerah. Adanya perubahan itu dan seiring berlakunya UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, membawa konsekuensi pada suatu daerah agar dapat memasarkan potensi daerahnya termasuk pengelolaan pemasaran obyek-obyek wisatanya. Kewenangan ini diperkuat oleh UU No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Pasal 34 ayat (1) yakni Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang penyelenggaraan kepariwisataan kepada Pemerintah Daerah. Potensi yang besar pada beberapa objek-objek wisata di kebumen, belum begitu dikenal dan diingat calon wisatawan, hal ini salah satunya disebabkan oleh pengemasan citra/image objek wisata tidak jelas dan kuat. Citra pariwisata yang lemah dapat mengakibatkan objek tersebut tidak begitu dikenal wisatawan ataupun wisatawan yang pernah berkunjung tidak mempunyai kesan atas objek kunjungannya. Padahal dalam rangka membangun dan menetapkan citra/merek dibutuhkan aktivitas membangun awareness, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek (Kartajaya, 2005:13). Dalam konteks penelitian ini, akan menitikberatkan pada pencarian variabel yang signifikan dalam mencari dan menetapkan citra pariwisata. Metode pendekatannya melalui identifikasi potensi dasar (keunggulan utama) berdasarkan analisis potensi objek wisata dan karakteristik spesifik. Adapun tahapan analisis adalah dengan menganalisis variabel pembeda produk wisata dan keunggulan dasar objek wisata (analisis skoring). Hasil dari analisis ini kemudian dianalisis SWOT sehingga dapat dirumuskan arahan citra wisata kebumen sesuai dengan preferensi wisatawan dan kebijaksanaan yang ditetapkan kabupaten kebumen (kesimpulan dan rekomendasi). Diharapkan penelitian ini dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh proses pencarian dan menetapkan citra pariwisata sesuai peluang dan potensi yang ada serta arahan pengembangan citra pariwisata yang tepat di Kabupaten Kebumen. Kata kunci: potensi dasar, citra pariwisata, objek wisata kebumen iv

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, daerah dituntut untuk dapat jual potensi daerahnya seiring dengan pelimpahan beberapa wewenang dalam pengelolaan sumber daya alam termasuk objek wisata yang ada di daerah. Undang-Undang ini juga memberi kemungkinan pada suatu daerah untuk bekerjasama dengan daerah lain (regionalisasi) berdasarkan kesamaan geografis, budaya, bahasa dan ikatan emosional. Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan pada pasal 195 UU tersebut, yakni merupakan suatu pola kerjasama antar daerah yang memiliki daya guna yang strategis, antara lain untuk meningkatkan dan mengembangkan komunikasi, koordinasi dan kerja sama antar daerah dalam pelaksanaan pembangunan daerah, pemanfaatan serta pemasaran potensi daerah (Suara Merdeka, 12 Juli 2005). Perubahan di tingkat makro itu, membawa konsekuensi di tingkat mikro (daerah) yakni memaksa berbagai Pemerintah Daerah (Pemda) di Indonesia untuk meninjau ulang pendekatan dan cara pandang dalam memasarkan potensi daerah. Menurut Kartajaya, 2005 upaya membangun merek merupakan satu diantara tiga komponen inti yang diperlukan dalam memasarkan suatu daerah 1. Pariwisata Indonesia sampai sekarang masih merupakan sektor yang prospektif, hal ini tercermin dari masih banyaknya potensi objek wisata yang belum tereksploitasi, sumber daya lokal yang belum maksimal keterlibatannya, kunjungan wisatawan asing yang tidak begitu terpengaruh isu keamanan (travel warning). Selain itu juga keoptimisan pihak pemerintah pusat yakni mentargetkan kunjungan 4 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2005 dan 10 juta pada tahun 2009 serta target 200 juta perjalanan wisata dalam negeri; pemerintah menganggarkan anggaran promosi budaya dan pariwisata serta revitalisasi daerah tujuan wisata (DTW) di luar pulau jawa dan bali; besarnya anggaran promosi pariwisata tahun 2005 antara 90-180 milyar Kompas, 27 Februari 2005. Kepariwisataan di tingkat Propinsi Jawa Tengah telah ditetapkan sebagai salah satu sektor penggerak ekonomi Jawa Tengah untuk lima tahun ke depan. Selain itu juga peningkatan akses pencapaian seperti jalur udara dengan telah dibukanya penerbangan perintis dari Cilacap ke 1 membangun merek tidak lain adalah membangun awareness, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek. (Kartajaya, 2005:13). 1

2 Jakarta, pembukaan jalur tembus pantura dengan jalan selatan lewat Banjarkebuka dan pembukaan beberapa jalur kereta wisata yang melewati daerah sekitar Kebumen 2. Karakteristik objek-objek wisata potensial di Kebumen cukup unik dan alami. Kondisi objek-objek wisata Kebumen yang demikian merupakan fenomena alam yang terjadi dari proses alamiah berjutaan tahun, seperti Objek Wisata Kawasan Karts di Gombong Selatan (Gua Jatijajar, Gua Karangbolong dan Gua Petruk), Waduk Sempor, Laboratorium Geologi LIPI Karangsambung, Waduk Serbaguna Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Krakal. Pariwisata di Kabupaten Kebumen pada dasarnya memiliki ciri tersendiri, yang membedakan dari Kabupaten lain. Meskipun pemerintah Kabupaten Kebumen sudah melaksanakan berbagai program promosi pariwisata namun hasilnya belumlah optimal. Posisi Kebumen sebagai kabupaten yang tergabung dalam lembaga kerjasama promosi produk wisata java promo 3 belum jelas tentang apa perbedaan objek wisata Kebumen dengan objek lain dan apa citra pariwisata Kebumen yang dikenal dan diingat wisatawan diantara antara anggota lainnya. Berdasarkan adanya beberapa perubahan di tingkat makro dan mikro di bidang pemerintahan, kondisi kepariwisataan di tingkat nasional yang masih prospektif dan kepariwisataan daerah yang cukup potensial, maka dalam konteks penelitian ini akan digunakan metode pendekatan branding guna mendapatkan citra (image) pariwisata yang tepat dikembangkan di Kebumen. Pendekatan citra pariwisata (branding) ini penting dilakukan, karena komponen wisata ini merupakan salah satu variabel awal yang menggambarkan persepsi wisatawan pada suatu Daerah Tujuan Wisata (objek wisata Kebumen). Sedangkan persepsi awal ini, dapat menjadi salah satu indikator atas tingkat ketenaran atau tingkat dikenalnya suatu objek wisata dibenak wisatawan yang pernah berkunjung. Menurut Kartajaya, 2005:173 menilai bahwa brand sebagai value indicator potensi suatu daerah. Sehingga dalam konteks kepariwisataan daerah berarti kesan atau tingkat dikenalnya suatu objek wisata. Jika suatu daerah memiliki brand yang kuat atau dikenal luas, maka daerah ini berpotensi besar untuk dikenal atas beberapa potensi lain yang dimilikinya. Peran citra pariwisata dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai salah satu variabel yang mendukung program promosi potensi suatu objek wisata. Potensi yang dapat dijadikan sebuah citra pariwisata yang kuat dan jelas adalah yang berdasarkan pada keunggulan dasar objek wisata (fisik atau visual) serta dukung kebijaksanaan pemerintah daerah. 2 Jalur kereta api wisata jawa tengah meliputi Pekalongan-Semarang, Semarang-Surakarta, Surakarta- Wonogiri, Purwokerto-Cilacap, Semarang Magelang dan Borobudur-Parakan (rel belum siap digunakan) Kompas, 03 Februari 2005. 3 Java Promo beranggota 13 Kabupaten/kota yakni Kabupaten Bantul, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Sleman, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan Kota Yoyakarta)

3 Selain dukungan kebijakan dari pemda tersebut juga diperlukan seorang kepala daerah yang mempunyai jiwa marketer (pemasar) sekaligus jiwa intrepreneurship (kewirausahaan) yang tinggi. Pendekatan yang diterapkan untuk memajukan daerahnya pun pendekatan pemasaran dan kewirausahaan bukan pendekatan politik. Pemerintah di daerah terutama dalam era orda sekarang ini, idealnya mampu bersaing secara global. Dalam konteks itulah, perlunya eksploitasi dan pengembangan local genius (kearifan-kearifan lokal) sehingga suatu daerah memiliki keunggulan komparatif (comparative advanture). Daerah yang bersangkutan juga harus berani mengeluarkan positioning statement yang berfungsi tidak hanya sekedar slogan kosong, melainkan harus diikuti secara konsisten dengan aktiitas yang sesuai. Terkait dengan menciptakan kepuasan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang bukan hanya monopoli perusahaan melainkan semua aspek dalam kehidupan ini termasuk pemerintahan yang baik (good governance), maka sekarang tiaptiap daerah harus mampu mengaktualisasikan potensi dan kearifan-kearifan lokal untuk mencapai keunggulan kompetitif yang optimal. Suara Merdeka, 29 April 2006 4. Beberapa cara untuk mengkomunikasikan citra suatu daerah dapat ditembuh dengan slogan, pengambilan posisi citra (image positioning), dan simbol secara visual. Slogan adalah ungkapan/pernyataan singkat yang merefleksikan visi menyeluruh tentang suatu daerah. Bila diintegrasikan dengan rencana pemasaran strategik, slogan ini dapat bermanfaat untuk menumbuhkan antuasias, otimisme, momentum dan ide-ide baru (Kuncoro M, 2004:291-292). Sedangkan jika dilihat dalam kerangka siklus pariwisata menurut Mill dan Morrison, 1985 maka peran citra pariwisata adalah sebagai terminologi atau penanda atas potensi yang ada baik yang berupa produk wisata maupun pasar wisata. Selanjutnya promosi ini akan mendukung pemasaran daerah tujuan wisata bersama-sama variabel lainnya seperti perilaku terhadap destinasi yang diturunkan ke pasar, jasa pelayanan yang dijual, distribusi dan penyaluran. Keterkaitan pemasaran dengan destinasi adalah pemasaran merupakan aktivitas dalam rangka menjual suatu paket perjalanan wisata ke tempat wisata tertentu. Kondisi tersebut menuntut perlunya identifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi citra pariwisata kebumen. Diharapkan penelitian ini dapat mengidentifikasi variabel-variabel pembentuk citra pariwisata yang kuat dan jelas berdasarkan preferensi wisatawan (demand) dan kebijakan Pemda Kabupaten Kebumen (supply). 1.2 Perumusan Masalah Setelah menyimak latar belakang seperti tersebut di atas, permasalahan utama yang ada di Kabupaten Kebumen khususnya terkait dengan potensi objek wisata saat ini adalah pertama adanya perubahan cara memperkenalkan atau mempromosikan produk wisata, kedua keunggulan 4 Kukrit SW, Otonomi Award: Tingkatkan Keunggulan Kompetitif. Ketua umum BPD Hipmi Jawa Tengah.