BAB II LANDASAN TEORITIS. sebuah organisasi adalah prinsip koordinasi, karena sebuah organisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Deskripsi Pekerjaan (Job Description)

BAB II URAIAN TEORITIS

KOORDINASI MASALAH-MASALAH PENCAPAIAN KOORDINASI EFEKTIF PENGERTIAN KOORDINASI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan

Koordinasi. 1. Pengertian Koordinasi

BAB I PENDAHULUAN. para karyawan, namun pencapaian tujuan belum tentu benar-benar efektif. Jadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtamusi Palembang. Teknik

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengawasan dilakukan oleh seorang pimpinan adalah untuk mengawasi pelaksanaan

BAB II URAIAN TEORITIS. Liza (2006) melakukan penelitian yang berjudul Peranan Struktur

Bahan Presentasi KOORDINASI DAN KOLABORASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk pencapaian tujuan. Sumber daya manusia yang dimaksud dalam. perusahaan adalah karyawan atau orang yang bekerja dengan menjual

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengaruh koordinasi pimpinan yang kurang baik terhadap kinerja pegawai di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa

BAB II URAIAN TEORITIS. Sebagai bahan perbandingan dalam Penelitian terdahulu yang berjudul Gaya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut

PENGARUH KOORDINASI DAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN TERHADAP KUALITAS PRODUK PADA CV. PERMATA 7 WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. segala sumber daya yang ada. Manusia yang bekerja dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Bagi perusahaan yang mempunyai banyak karyawan diperlukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional, sistematis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. dilaksanakan bila dalam pencapaian suatu tujuan tersebut tidak hanya dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu :

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mengatasi berbagai tantangan dan berhasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. saling tergantung dengan melakukan tugas-tugas terspesialisasi dalam suatu. pembagian kerja (Friedson 1976; Durkheim 1984). Friedson (1976:310)

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi

PERTEMUAN 10 KOORDINASI DAN RENTANG MANAJEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (2009;2) menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. yang tersedia. Manajemen sumber daya manusia secara sederhana dapat diartikan. daya manusia secara optimal dalam suatu organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seorang pemimpin yang mampu menumbuhkan suatu disiplin, motivasi, lebih diciptakan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkecil adalah sebuah keluarga dan tentunya setiap orang dilahirkan dalam sebuah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat mengharuskan bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dengan terciptanya mesin baru dan peralatan canggih. Terciptanya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga/instansi, karena merupakan piranti penting yang dapat memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat dan menggunakan peluang yang ada serta dapat mengidentifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem pendelegasian wewenang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II URAIAN TEORITIS. meningkatkan efektivitas kerja pada perusahaan penerbangan PT. Mandala

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Manajemen dan Fungsi Manajemen Pengertian Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Koordinasi & Rentang Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen itu akan berperan secara aktif. Suatu organisasi tanpa adanya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

Transkripsi:

4 BAB II LANDASAN TEORITIS a. Pengertian Koordinasi Salah satu prinsip yang tidak kalah pentingnya dalam kehidupan sebuah organisasi adalah prinsip koordinasi, karena sebuah organisasi memiliki anggota-anggota sebagai tenaga kerja yang memerlukan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan organisasi berhubungan dengan individu, kelompok dan bidang tugas untuk sinergisasi dan efektivitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembagian tugas pekerjaan dan bagian-bagian, serta unit-unit terkecil di dalam satu organisasi cendrung timbul kekuatan memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Anggota organisasi diberikan tugas dengan pendelegasian wewenang dan pembagian kerja yang jelas. Melaksanakan azas-azas departementalisasi dan pembagian kerja tanpa melaksanakan azas koordinasi akan menumbuhkan pristiwa tiap-tiap satuan organisasi atau tiap-tiap bagi berjalan sendiri-sendiri tanpa kesatuan arah agar aktivitas-aktivitas unit dapat dihimpun menjadi satuan-satuan kerja yang padu, maka diperlukan suatu kekuatan dimana kekuatan tersebut dinyatakan sebagai koordinasi (Winardi:2000,389) Menurut Manullang (2001,72) koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan

5 sumbangan semaksimal mungkin untuk tercapai tujuan organisasi secara keseluruhan dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Ciri-ciri Koordinasi yaitu : 1. Seorang pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap koordinasi. Untuk dapat menjalan koordinasi dengan baik, dibutuhkan suatu kerjasama dari setiap komponen organisasi. 2. Adanya proses yang berkesinambungan, sebab koordinasi adalah pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. 3. Koordinasi adalah konsep yang ditetapkan dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, sejumlah individu yang bekerja sama menghasilkan suatu usaha kelompok yang benar-benar dikerjakan fengan baik akan menghasilkan pekerjaan organisasi secara keseluruhan dengan baik pula. 4. Konsep kesatuan tindakan. Pimpinan harus dapat mengatur usaha dari tiap kegiatan individu sehingga adanya keserasian dalam mencapai hasil. (Winardi:2000,389) Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Namun ada Empat cara utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan pertemuan resmi antara unsure-unsur atau unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan diadakan

6 pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai suatu tujuan. 2. Mengangkat seseorang suatu tim atau panitia koordinator yang khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang di koordinasikan. 3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas daari masing-masing unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing. 4. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan (Manullang:2001,72-73) Melakukan kegiatan koordinasi dengan berbagai cara seperti tersebut diatas adalah amat perlu sebab adanya kegiatan koordinasi dapat menghindarkan konflik, mengurangi duplikasi tugas, meniadakan pengangguran, melenyapkan kepentingan unit sendiri dan memperkukuh kerja sama. Dengan koordinasi diharapkan akan tercipta suasana kerja sama, kesatuan tindakan dan kesatuan tujuan akhir. b. Kebutuhan Koordinasi Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam kebutuhan integrasi. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan akan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan

7 bermacam-macam satuan pelaksananya. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi. Ada 3 (tiga) macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi menurut Handoko (2003:196-197) yaitu : 1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdepence), bila satuansatuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir. 2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi. Ketiga hubungan saling ketergantungan inidapat digambarkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Kebutuhan koordinasi saling ketergantungan yang menyatu lebih besar dari macam saling ketergantungan yang lain. Pooled Interdependence Squential Interdependence Recirokal Interdependence Divisi Produk Divisi Produk Departe- men pembelian Departe- men Produksi Divisi Produk A Divisi Produk A Sumber : Handoko (2003 : 197) Gambar 2.1. Tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan Organisasi

8 c. Masalah-masalah Percapaian Koordinasi yang efektif Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi pimpinan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Menurut Lawrence dan Lord dalam Handoko (2003:198) ada 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja diantara bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian bagian-bagian organisasi secara efektif, yaitu : 1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. 2. Perbedaan dalam orientasi waktu. 3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi. 4. Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi para pegawai. d. Tipe Koordinasi Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar pemcapaian tujuan tercapai dengan baik.

9 Tipe koordinasi dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar : 1. Koordinasi Vertikal. 2. Koordinasi horizontal Kedua tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna kedua tipe koordinasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Koordinasi Vertikal (Vertical Coordination ) Merupakan kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawab. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur. b. Koordinasi Horizontal (IHorizontal Coordination) Merupakan Pengkoordinasian tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated. Interdisciplinary adalah koordinasi antar badan (instansi),unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan intern atau ekstern yang levelnya staraf. Koordinasi horizontal ini relative sulit dilakukan, karena koordinasi tidak

10 dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat. e. Tujuan Koordinasi Apabila dalam koordinasi dilakukan koordinasi secara efektif maka ada beberapa manfaat yang didapatkan. Jelas manfaat koordinasi sangat menentukan terselenggaranya usaha yang telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tetapi apabila koordinasi tidak melaksanakan atas departemen dan pembagian kerja akan menimbulkan organisasi yang berjalan sendiri-sendiri maupun tanpa ada kesatuan arah. Koordinasi penting dalam suatu organisasi, yakni : 1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan. 2. Agar orang-orang dan pekerjanya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan. 3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. 4. Supaya semua unsur menajemen pekerjaan masing-masing individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi. 5. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan. (Hasibuan:2001,86) Koordinasi sangat penting dalam mengarahkan para bawahan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.

11 f. Pengertian Efektivitas Kerja Menurut Siswanto (2002,235), kinerja adalah prestasi yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan padanya. Menurut Tangkilisan (2002:109), kinerja adalah seperangkat keluaran (income) yang dihasilkan oleh pelaksanaan fungsi tertentu selama kurun waktu tertentu. Menurut Ilyas (1999,55), kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik kualitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Menurut Melayu (2002,86) kinerja adalah hasil kerja nyata dan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menurut Mangkunegara (2003,223), kinerja adalah hasil suatu proses evaluasi yang dilakukan perusahaan meliputi kejujuran,loyalita, kedisiplinan, kerjasama, tanggung jawab, sikap, kehadiran, kuantitas pekerjaan, kualitas dan peningkatan kerja. Berdasarkan pendapat dari lima orang ahi mengenai kinerja, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerajaan yang diberikan kepadanya didalam suatu perusahaan yang meliputi kejujura, loyalitas, kedisiplinan, kerjasama, tanggungjawab, sikap, kehadiran, kuantitas pekerjaan, kualitas kerja dan peningkat kerja.

12 Menurut Azhar Susanto (2004,41), efektivitas artinya informasi harus sesuai dengan kebutuhan pemakai dalam mendukung suatu proses bisnis, termasuk didalamnya informasi tersebut harus disajikan dalam waktu yang tepat, format yang tepat sehingga dapat dipahami, konsisten dengan format sebelumnya, isinya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan lengkap atau sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan. Menurut Zulkifli Amsyah (2003,103), efektivitas adalah kegiatan mulai dengan adanya fakta kegiatan sehingga menjadi data, baik yang berasal dari hubungan dan transaksi internal dan eksternal maupun berasal dari hubungan antar unit itu sendiri. Menurut Zulkifli Amsyah (2003,131), terdapat 3 (tiga) indikator efektivitas kinerja : 1. Volume pekerjaan 2. Akurasi hasil pengolahan 3. Informasi tepat waktu 4. Peningkatan biaya Menurut Mathis (2002,78) kinerja pegawai adalah yang mempengaruhi sebeberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk : 1. Kuantitas kerja : Volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal.

13 2. Kualitas kerja : Kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. 3. Pemanfaatan waktu : Penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan. 4. Kerjasama : Kemampuan menangani hubungan dalam pekerjaan. Selain Memedomani kriteria tersebut, dengan mengutip Blumberg dan Pringle (1982), maka Wiliams (1998,200) jugamenunjuk kinerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal, yaitu : a. Kemampuan atau ability dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi (capacity perform). b. Kemauan, semangat, hasrat atau motivation dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi (willingness to ferporm). c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform). g. Hubungan Koordinasin dengan Efektivitas Kerja Koordinasi dalam satuan kerja atau organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikembangkan dalam tujuan yang telah ditetapkan. Koordinasi berhubungan dengan tugas-tugas untuk menyatukan usaha agar berhasil dalam pencapain tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperlukan serangkain kegiatan yang saling berhubungan dengan satu sama lain sesuai dengan prinsip organisasi yaitu mebagi-bagi pekerjaan atas bagian-bagian.

14 Tanpa adanya koordinasi maka invidu-individu dan departemendepartemen akan kehilangan pegangan atas perana mereka dalam organisasi. Maka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapain tujuan organisasi secara keseluruhan. Sebab adanya koordinasi dapat dihindarkan konflik, mengurangi duplikasi tugas, meniadakan pengangguran, melenyapkan kepentingan unit sendiri dan memperkukuh kerjasama. Mengenai bagian-bagian pekerjaan, maka diperlukan orang yang mempunyai keahlian (skill) pada masing-masing bagian, sehingga setiap bagian dapat beroperasi secara efektif. Dengan diperlukannya orang-orang yang mempunyai keahlian maka pada dasarnya telah diadakan spesialisasi. Maksud diadakannya spesialisasi ini supaya setiap bagian atau individu dapat mengkonsentrasikan semua pekerjaan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan bagian tersebut. (Handoko:2003,199) Pelaksanaan koordinasi ini bertujuanuntuk meningkatkan efektivitas kerja, untuk itu pemimpin atau atasan perlu memperlihatkan dan melakukan koordinasi yang berkelanjutan untuk mencegah terjadinya ketidakefektivan dalam melakukan pekerjaan begitu juga dengan setiap pihak yang terlibat dalam suatu organisasi harus selalu menunjukkan sikap berkoordinasi agar tercipta keselarasan dan keharmonisan dalam organisasi. Dengan koordinasi yang baik diharapkan pelaksanaan kegiatan

15 akan berjalan dengan rencanayang telah ditetapkan dan melalui koordinasi maka seluruh anggota akan memusatkan perhatiannya pada pekerjaan. Koordinasi yang tepat akan memotivasi anggota sehingga menimbulkan antusias yang tinggi bagi anggota dalam menyelesaikan pekerjaan. Jadi koordinasi yang tepat merupakan salah satu kunci untuk memperoleh hasil kerja yang optimal dari setiap anggota selain moral kerja., kreatifitas dan prakarsanya juga akan berkembang. Sehingga koordinasi ini akan mendorong pencapaian kerja anggota yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dari organisasi. (Silalahi:2002,243). h. Metode Pengukuran Efektivitas Kerja Metode pengukuran efektivitas kerja dilakukan dengan sebagai cara yaitu : 1. Carol and Schneir Carol and Schneir membuat model penelitian afektivitas kerja yang mencakup 3 (tiga) aspek antara lain : Identification, Measurement, dan Management mengenai efektivitas kerja pegawai. Identification Merupakan suatu proses mengidentifikasi atau mengelompokkan segala ketentuan untuk melakukan uji penelitian terhadap efektivitas kerja Measurement

16 Merupakan proses pengukuran guna membentuk managerial judgment efektivitas kerja yang melalui pedikat excellent (sempurna), good (baik) average (cukup) dan poor (kurang) untuk tingkat efektivitas kerja anggota. Management Merupakan suatu proses mengatur dan menyusun tindakan-tindakan menajemen yang akan dilaksanakan guna mencapai suatu tujuan. 2. Pendekatan Sistem Penilaian Efektivitas Kerja Cara penilaian dengan sistem ini harus mengidentifikasi prestasi kerja yang berhubungan dengan kriteria yang telah ditetapkan, apabila pengukuran efektivitas kerja tidak ada kaitanya dengan pekerjaan, maka eveluasi/penilaian dapat mengarah pada hasil yang tidak akurat atau menimbulkan bias (prasangka). 3. Pendekatan input-process-output Pendekatan ini merupakan suatu bentuk yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan mulai dari sebuah proses yang mengolah input menjadi output (Rucy:2002,17) i. Kerangka Konseptual Koordinasi merupakan usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan adanya

17 koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas atau kegiatan organisasi. Koordinasi ini dapat mempengaruhi efektivitas kerja anggota. Berikut ini gambar kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh koordinasi terhadap efektivitas kerja : Rantai Perintah Informasi KOORDINASI Wewenang Efektivitas Kerja Tanggung Jawab Tujuan j. Hipotesis Hipotesis adalah suatu penjelasan tentang prilaku, fenomena, atau keadaan yang telah terjadi atau terjadi. Peneliti bukanya bertahan kepada hipotesis yang telah disusun, melainkan mengumpulkan data untuk mendukung, atau justru menolak hipotesis tersebut. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Kuncoro:2003,48) Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah,maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian adalah : Koordinasi yang dilakukan Kepolisian Resort Kota (Polresta) Medan berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja.

18 k. Batasan dan Defenisi Operasional Penelitian ini membahas keterkaitan antara koordinasi dengan efektivitas kerja Kepolisian Resort Kota (Polresta Medan) dengan responden penelitianadalah anggota polisi dan pegawai yang bertugas pada bagian sumber daya di Kepolisian Resort Kota (Polresta) Medan Dalam penelitian ini, defenisi operasional sebagai berikut : 1. Variabel Independen (X) : Koordinasi Koordinasi menunjukan integritas dari kegiatan-kegiatan individual dan unit-unit ke dalam suatu usaha yaitu bekerja kearah tujuan bersama, diukur dengan : a. Rantai perintah (X 1 ) Rantai perintah adalah setiap anggota dan pegawai Kepolisian Resort Kota (Polresta) Medan hanya menerima instuksi kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan. b. Informasi (X 2 ) Informasi merupakan suatu dasar bertindak atau dasar membuat keputusan, menjelaskan permasalahan dan dapat mengurangi ketidakpastian. c. Wewenang (X 3 )

19 Wewenang adalah hak untuk melakukan suatu atau memerintahkan orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. d. Tanggung Jawab (X 4 ) Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambil atau tindakan yang diambilnya. e. Tujuan (X 5 ) Tujuan adalah suatu pernyataan tentang keadaan yang diiinginkan atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan dicapai di waktu yang akan datang. 2. Variabel Devenden (Y): Efektifitas Kerja Efektifitas kerja adalah tingkatan penampilan hasil karya personel baik kuantitas dalam suatu organisasi maupun kualitas dalam suatu organisasi. Efektivitas kerja dapat merupakan penampilan hasil kerja individu maupun kelompok kerja personil.