BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perceived Social Support. secara nyata dilakukan oleh seseorang, atau disebut received support,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks. Pada tingkat pendidikan tinggi/sarjana merupakan jenjang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil penelitian Horn & Berger (dalam Papalia dkk, 2007) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

juga kelebihan yang dimiliki

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kancah psikologi, fenomena prokrastinasi merupakan istilah lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well Being. Menurut Diener (2009) definisi dari subjective well being (SWB) dan

PERCEIVED PEER SOCIAL SUPPORT DAN PSYCHOLOGICAL DISTRESS MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada faktor-faktor penyebab stress yang semakin meningkat.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Melly, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan pada

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB II. Tinjauan Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989).

BAB 2 LANDASAN TEORI. Stres adalah kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh

BAB II LANDASAN TEORI. A. Ekspresi Emosi. mempengaruhi perasaan internal, mengkomunikasikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian beban studi, praktikum, PKLI dan skripsi. Namun, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. 14 (empat belas) semester. Mahasiswa dapat dinyatakan lulus dan mendapat

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa yang akan datang. Pembahasan tentang pendidikan tentu tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. untuk mengendalikan seperti halnya untuk menguasai, menerima, mengurangi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perceived Social Support 1. Pengertian Perceived Social Support Sarafino dan Smith (dalam Mumpuni, 20 14) menyatakan bahwa social support bukan hanya mengacu kepada perilaku yang secara nyata dilakukan oleh seseorang, atau disebut received support, namun juga merujuk pada persepsi seseorang bahwa kenyamanan, perhatian, dan bantuan selalu tersedia jika dibutuhkan atau disebut dengan perceived support. Barrera, dkk (dalam Aprianti, 2012) mendefinisikan perceived social support sebagai keyakinan seseorang bahwa terdapat beberapa dukungan sosial yang tersedia ketika mereka membutuhkannya. Wills dan Schinar (dalam Roth, 2004) mendefinisikan mendefinisikan perceived social support sebagai dukungan yang diyakini akan tersedia bisa menjadi berbeda dengan apa yang benarbenar tersedia. Menurut Wills dan Schinar, yang membedakan antara perceived dan received social support yaitu suatu bantuan yang dianggap akan tersedia dibandingkan dengan suatu bantuan yang benar-benar tersedia. Sarason (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan bahwa ada dukungan sosial yang tersedia ketika dibutuhkan dan dukungan 15

16 tersebut diidentifikasi melalui sudut pandang subjektif dan dapat diukur. Pierce, dkk (1997) mengatakan bahwa perceived social support sebagai informasi yang mengarahkan seseorang untuk percaya bahwa dirinya sedang dirawat dan dicintai, terhormat dan bernilai, serta milik orang-orang di sekitarnya dan menjadi tanggung jawab kelompoknya. Taylor, dkk (dalam Aprianti, 2012) menjelaskan bahwa persepsi terhadap ketersediaan dukungan sosial sering kali lebih bermanfaat dibandingkan dengan dukungan sosial itu sendiri. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya dukungan sosial yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dapat memperburuk stres. Menurut Stokes (d alam Gulacti, 2010) menerangkan bahwa Perceived social support adalah adanya sumber dukungan ketika mereka membutuhkan, dan dapat diidentifikasi serta diukur dalam perspektif kualitatif subjektif, dan diketahui juga bahwa perceived social support mempengaruhi kesehatan mental. "Perbedaan individu dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang situasi ; persepsi orang akan berbeda dalam hal sejauh mana mereka merasa tidak didukung, tidak dirawat, dan kesepian dalam menanggapi keadaan sosial tertentu". Menurut Sorias (dalam Gulacti, 2010) menyebutkan bahwa Perceived social support didefinisikan sebagai gambaran keseluruhan

17 pada seseorang terhadap jaringan sosial yang cukup atau tidak cukup mendukung. Dengan kata lain, "dukungan sosial yang dirasakan adalah nilai diri estimasi seseorang". Menurut Bruggeman, dkk (dalam Yasien, dkk, 2013) menjelaskan bahwa Perceived social support adalah persepsi tentang tersedianya potensi dukungan ketika diperlukan dan tampaknya bahwa perceived social support yang berasal dari orang lain memiliki peran penting untuk subkomponen kualitas hidup termasuk kualitas fisik, psikologis, sosial dan lingkungan hidup. Menurut Feuerstein (1986) menyebutkan bahwa Perceived social support melibatkan perasaan dan pemikiran tentang bagaimana membantu interaksi atau hubungan berada dalam jaringan sosialnya individu. Menurut Hobfoll dan Vaux (dalam Lian, TT) menjelaskan bahwa Perceived social support mengacu pada persepsi seseorang tentang ketersediaan dukungan dari teman, keluarga, dan lain-lain. Hal ini juga menunjukkan sifat kompleks dari dukungan sosial termasuk keterkaitan hubungan dengan individu yang memberikan perilaku yang mendukung dan konteks lingkungan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perceived social support merupakan persepsi seseorang terhadap ketersediaan dukungan sosial yang diterimanya ketika membutuhkan bantuan.

18 2. Dimensi Perceived Social Support Dalam Papalia, dkk (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan tiga dimensi dari perceived social support, yaitu : a. Keluarga Montgomery dan Cote ( dalam Aprianti, 2012) menyatakan bahwa dukungan yang berasal dari keluarga merupakan faktor utama dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi, baik bagi pelajar yang tinggal bersama orang tua ataupun yang tinggal terpisah dengan orang tuanya. b. Teman Hartup, dkk ( dalam Aprianti, 2012) pertemanan atau persahabatan merupakan hal yang sangat penting bagi dewasa muda. Seseorang yang memiliki teman cenderung lebih sejahtera; karena dengan memiliki teman dapat membuat seseorang menganggap dirinya baik atau seseorang yang menganggap dirinya baik cenderung lebih mudah untuk menciptakan pertemanan. c. Significant Other Atau Seseorang Yang Spesial Dalam penelitian ini significant others dapat diinterpretasikan sebagai siapa saja yang dianggap berperan penting dalam kehidupan seseorang (dalam Aprianti, 2012).

19 Sedangkan menurut Taylor (dalam Mumpuni, 2014), perceived social support memiliki beberapa bentuk, yaitu : 1. Tangible assistance melibatkan ketersediaan material, seperti pelayanan, dukungan finansial, atau harta benda. Contohnya, hadiah makanan yang diterima setelah kematian seseorang dalam sebuah keluarga dapat diartikan bahwa keluarga yang berkabung tidak perlu memasak untuk diri mereka dan kerabat yang datang disaat energi mereka sedang berada dalam tingkat yang rendah. 2. Informational support, yaitu dukungan dari keluarga atau teman mengenai situasi atau keadaan yang penuh tekanan. Sebuah informasi dapat membantu individu untuk dapat memahami situasi stres lebih baik dan menentukan strategi coping apa yang tepat digunakan dalam situasi tersebut. Contohnya, ketika seseorang akan menghadapi prosedur medis yang tidak menyenangkan, teman yang pernah mengalami kejadian yang sama akan memberikan informasi mengenai langkah-langkah apa yang ia tempuh, ketidaknyamanan yang akan terjadi, dan sebagainya. 3. Emotional support, saat berada dalam kondisi stres, terkadang menderita secara emosional dan mungkin dapat mengalami depresi, kesedihan, kecemasan dan keyakinan diri yang rendah. Teman-teman dan keluarga yang mendukung dapat memberikan emotional support dengan menenangkan orang tersebut bahwa ia

20 adalah seseorang yang berharga. Kehangatan dan perhatian dari orang lain dapat menurunkan tingkat stres dan memungkinkannya untuk menghadapi stres dengan keyakinan yang tinggi. 3. Fungsi Perceived Social Support Beberapa penelitian yang dilakukan terkait perceived social support menjelaskan manfaat yang dirasakan oleh seseorang yang mempersepsikan bahwa ada orang terdekat yang memberikan perhatian kepadanya, mencintainya, bersedia memberikan bantuan jika dibutuhkan, serta menghargai dan menganggapnya bernilai (dalam Aprianti, 2012). Cohen dan Wills (dalam Aprianti, 2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perceived social support dapat membantu individu untuk mengatasi ( coping) stres, baik secara langsung ( direct) maupun tidak langsung ( indirect). Efek tidak langsung ( indirect) dari dukungan sosial disebut juga dengan model buffering (Rice, dalam Aprianti, 2012). Pada model ini perceived social support tidak melakukan aksi yang secara langsung dapat mengurai atau menghilangkan stres, melainkan hanya menjaga individu dari efek negatif stres. Di sisi lain, perceived social support juga dapat memberikan bantuan yang secara langsung dapat mengurangi stres atau membantu mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh individu. Menurut Taylor, dkk (dalam Aprianti, 20 12) perceived social support terdiri beberapa jenis, yaitu informational support,

21 instrumental support, dan emotional support. Mereka menjelaskan bahwa informational support atau dukungan informasi terjadi ketika seseorang membantu orang lain untuk lebih memahami kejadian stressfull dan membantunya menemukan sumber dan strategi coping yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dukungan instrumental meliputi pemberian bantuan yang berwujud seperti servis, bantuan secara finansial, dan bantuan lainnya. Terakhir adalah dukungan emosional yang meliputi pemberian kehangatan dan perhatian kepada orang lain dan meyakinkan orang tersebut bahwa dirinya pantas menjadi seseorang yang diperhatikan. Menurut Wills dan Shinar, perceived social support atau perceived support adalah fungsi dukungan yang dipersepsikan selalu tersedia jika dibutuhkan. Cobb menyatakan bahwa fungsi dukungan dapat membantu seseorang mengatasi permasalahan dan perubahan. Selain itu ia juga menyatakan bahwa efek dari dukungan tersebut timbul dari informasi yang membuat seseorang percaya bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dinilai dan dianggap sebagai bagian dari sebuah jaringan komunikasi. Jenis dukungan seperti ini dianggap mampu membantu seseorang dalam menghadapi stres, dan memungkinkan seseorang untuk menghadapi permasalahan hidup lainnya. Adanya persepsi dukungan ini terbukti memiliki signifikansi yang tinggi dalam kesehatan (dalam Mumpuni, 2014).

22 Lingkungan sosial seseorang memiliki pengaruh kuat dan dapat menjadi sumber daya tersendiri yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sosial sekaligus menurunkan distress sosial dan emosional yang dirasakan (Specht, dalam Dewayani, dkk, 2011). Solberg dan Villareal (dalam Dewayani, dkk, 2011) menemukan bahwa dukungan sosial dari orang lain dapat menjadi moderator stres yang erat kaitannya dengan penyesuaian diri personal, serta berpengaruh terhadap kesehatan mental. Dukungan sosial berperan langsung meminimalisasi stres dan efek negatifnya yang dirasakan oleh mahasiswa, yang ditunjukkan melalui menurunnya tingkat depresi dan kecemasan (Bell, LeRoy & Stephenson, dalam Dewayani, dkk, 2011). Young (dalam Dewayani, dkk, 2011) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu dukungan sosial yang diterima ( received support) dan dukungan sosial yang dipersepsikan (perceived support). Taylor, Sherman, Kim, Takagi, dan Dunagan (dalam Dewayani, dkk, 2011) mengemukakan bahwa perceived support lebih menguntungkan daripada received support. Dukungan sosial dikatakan sebagai sumber yang vital untuk kesejahteraan individu karena dapat membantu individu tersebut dalam mengatasi masalah dan stres yang dialaminya (Lazarus & Folkman, dalam Dewayani, dkk, 2011). Terdapat hasil penelitian yang menemukan bahwa dukungan sosial memiliki dampak langsung terhadap distress, khususnya dalam menghadapi stimulus stressful.

23 Young (dalam Dewayani, dkk, 2011) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu dukungan sosial yang diterima (received social support) dan dukungan sosial yang dipersepsikan (perceived social support). Dalam received social support, pengukuran dukungan sosial dilakukan berdasarkan bentuk dan/atau jumlah dukungan sosial yang sebenarnya diberikan oleh orang lain. Dalam perceived social support, pengukuran dukungan sosial dilakukan dengan menanyakan sejauh mana seseorang mempersepsikan atau percaya bahwa dirinya akan ditolong oleh orang lain (dalam Dewayani, dkk, 2011). B. Strata 1 (S1) Sarjana merupakan jenjang pendidikan Strata-1 atau biasa disingkat S1 dan lulusan program pendidikan vokasi S1 Terapan/Diploma 4 (D IV). Beban studi untuk meraih gelar Sarjana umumnya adalah 144 SKS (satuan kredit semester) dan secara normatif ditempuh selama 4 tahun (www.wikipedia.com diakses pada 25 Mei 2016). Strata 1 adalah tingkat pendidikan yang memberikan gelar sarjana setelah empat sampai lima tahun masa pendidikan (www.kbbi.com diakses pada 21 Juli 2016). Jadi S1 adalah pelajar yang sedang menempuh pendidikan tinggi dengan beban studi 144 sks dan umumnya ditempuh selama 4 tahun.

24 C. Perceived Social Support pada Lulusan Psikologi dengan Waktu 3,5 Tahun dan Predikat Cumlaude di UIN Sunan Ampel Surabaya Sarason (dalam Aprianti, 2012) mengemukakan bahwa ada dukungan sosial yang tersedia ketika dibutuhkan dan dukungan tersebut diidentifikasi melalui sudut pandang subjektif dan dapat diukur. Sedangkan S1 adalah pelajar yang sedang menempuh pendidikan tinggi dengan beban studi 144 sks dan ditempuh selama 4 tahun. Cum Laude (berasal dari Bahasa Latin yang berarti dengan pujian) adalah predikat yang diberikan pada ujian di perguruan tinggi dan cum laude memiliki IPK 3.40-3.59 (www.wikipedia.com diakses 22 Mei 2016). Sehingga jika mahasiswa S1 mampu menyelesaikan studinya dalam waktu 3,5 tahun dan mendapatkan predikat cumlaude maka akan menjadi sebuah prestasi dan pencapaian yang luar biasa. Lulusan Psikologi yang mampu menyelesaikan studinya dalam 3,5 tahun dan memperoleh predikat cumlaude tentunya tidak hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan kemampuan yang dimilikinya saja, namun dukungan sosial yang diterimanya juga sangat mempengaruhi selama proses penyelesaian studinya. Perceived social support pada lulusan psikologi dapat dilihat dari bagaimana subjek mempersepsikan bantuan dan dukungan yang diterimanya baik itu dari keluarga, teman dan orang spesial ketika menjadi mahasiswa pada semester 7. Dengan adanya perceived social support tersebut, mahasiswa yang mengalami banyak tekanan dan stres saat

25 menyelesaikan semester 7 mampu menangani situasi tersebut dengan baik dan menyelesaikan studinya dengan cepat beserta predikat cumlaude-nya.