BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. seorang karakter di suatu cerita fiksi. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap invidu dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan berkembangnya zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match. dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Bahri (2006: 5) secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam proses belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODA JARIMATIKAMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERHITUNG PERKALIAN DI KELAS II SDN SALEP. EEN ROHAENI,S.Pd.SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kemampuan pemahaman konsep matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2013 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar. Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS XI.IPA MAN 1 KOTA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Koswara, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

I. PENDAHULUAN. untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Pusat Rotasi. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa (Muslihati : 2005). Menurut Woordworth (dalam Ismihyani : 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Hal ini juga dikuatkan lagi oleh Sudjana (2005: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Sudjana (1989: 38-40) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi (Arikunto, 2003: 114-115). Hasil belajar itu tergantung dari proses belajar, karena dengan belajar merupakan pengetahuan yang didapat untuk merubah kelakuan seperti yang dikatakan oleh Hamalik dalam bukunya bahwa Belajar adalah modifikasi atau 5

6 memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengtheningof behavior through experiencing) (2008: 27). Kemudian Ruseffendi dalam Sutardi (1992: 73), juga mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi timbal balik antara pemberi dan penerima informasi, dalam hal ini yang dimaksud adalah guru dan murid. Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil dari proses pembelajaran yang menyangkut aktivitas otak untuk merubah kelakuan melalui pengalaman yang telah dilakukan. Melalui pengalaman tersebut seseorang akan mudah mendapatkan hasil dari apa yang dipelajarinya. 2.1.2. Hakekat Belajar Pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah berakhirnya aktifitas belajar walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di pihak anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melaksanakan proses belajar. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2006 : 2). Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, kecakapan dan kemampuan, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

7 Menurut Gagne (dalam Dimyati, 2006 : 1) belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapasitas. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru. 2.1.3. Hakekat Belajar Matematika Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, kecakapan dan kemampuan, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Menurut Gagne (dalam Dimyati, 2006 : 1) belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapasitas. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan melewati pengolahan informasi menjadi kapasitas baru. Pada hakekatnya belajar matematika dilaksanakan melalui dua tahap konkret dan tahap abstrak. Pada tahap konkret, anak memanipulasi objek-objek konkret untuk dapat memahami ide-ide abstrak. Guru hendaknya memberi kegiatan agar anak dapat menyusun struktur matematika sejelas mungkin sebelum mereka dapat menggunakan pengetahuan awalnya sebagai dasar belajar pada tahap berikutnya. Beberapa pengertian matematika yaitu: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksaks dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik yang bersifat konsisten. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

8 Pada awalnya berhitung sangat penting dan mendasar, berdampak: matematika = ilmu pasti. Akibatnya matematika sekolah berisi: ilmu ukur, aljabar, trigonometri, goniometri, stereometri, ilmu ukur lukis, dan sebagainya. Matematika bertumpu pada logika dikotomik dan himpunan klasik. Pergeserannya berkembangnya matematika baru yang tidak lagi bertumpu pada logika dikotomik dan himpunan klasik. Karakteristik matematika yaitu : a. Memiliki objek kajian yang abstrak. b. Bertumpu pada kesepakatan. c. Berpola pikir deduktif. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti. e. Memperhatikan semesta pembicaraan. f. Konsisten dalam sistemnya. Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata matematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran siswa akan memperoleh pengetahuan baru (new knowledge). 2.1.4. Metode Jarimatika Metode adalah cara kongkrit yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Metode merupakan cara mengajar yang bersifat khusus sesuai dengan karakter materi pelajaran, peserta didik, atau keterampilan guru. Contoh teknik mengajar, bertanya klasikal, bertanya berantai.

9 Gerlach dan Ely dikutip oleh M. Uno (2007 : 2) mengemukakan teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai. Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. M. Uno (2007: 2) menjelaskan bahwa metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. Sedangkan teknik adalah cara yang digunakan yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Jarimatika merupakan singkatan dari jari dan aritmatika. Jari adalah jari-jari tangan kita dan aritmatika adalah kemampuan berhitung. Jadi jarimatika adalah teknik berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan. Menurut Wulandari (2008) jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi KaBaTaKu/kali bagi tambah kurang) dengan menggunakan jari dan ruas jari-jari tangan. Di sisi lain jarimatika terdengar akrab bagi orang Indonesia akan mudah menangkap maksud bahwa jarimatika adalah menggunakan jari untuk matematika. Sedangkan Prasetyo (2008 : 28) menyatakan bahwa teknik jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Dibandingkan dengan metode lain, metode jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang bagaikan tamasya belajar. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam pembelajaran metode jarimatika adalah : a. Tahap penyampaian materi Guru menyampaikan materi melalui ceramah atau membahas buku pelajaran matematikan. Dalam tahap ini guru menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan

10 dipelajari. Dalam hal ini, siswa harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru agar dapat mengerjakan soal-soal yang akan diberikan guru. b. Tahap tes individu Tes individu atau hasil belajar ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa bisa menerima materi yang diberikan guru. c. Tahap nilai perkembangan individu Nilai tes diperoleh atas jawaban benar, setelah mengerjakan tugas maka dihitung berdasarkan kriteria penilaiannya. Nilai yang diperoleh menunjukkan keberhasilan masing-masing siswa. 2.1.5. Penerapan Jarimatika dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan metode perkalian dengan jari tangan mungkin sudah banyak yang mengetahuinya. Metode perkalian dengan menggunakan jari tangan ini dianggap sangat bermanfaat untuk diajarkan kepada anak-anak terutama yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Cara yang indah dan praktis bagi anak-anak saat mengerjakan soal matematika. Mereka masih jarang diberikan tugas yang rumit/operasi matematika yang melibatkan angka dalam hitungan ratusan, ribuan, dan seterusnya. Metode perkalian dengan menggunakan jari tangan ini hanya untuk mengerjakan operasional perkalian yang sederhana. Terutama perkalian yang melibatkan angka 6 hingga angka 9. Caranya sebagai berikut : a. Yang digunakan adalah tangan kanan dan kiri, yang masing-masing dengan lima jari dan masing-masing jari dalam proses berdiri. b. Tangan kiri digunakan untuk menghitung salah satu angka yang dikalikan, sedangkan tangan kanan untuk menghitung angka yang lain. c. Patokan menghitung adalah mulai dari angka 6 (hitungan 6) yaitu jari kelingking. d. Setelah kita menghitung dari angka 6 (patokan), jari ditekuk dan jari yang ditekuk tadi menjadi angka puluhan sedang yang masih berdiri adalah angka satuan. e. Jumlah jari yang masih berdiri di tangan kanan dikalikan dengan jumlah jari yang masih berdiri di tangan kiri. Kemudian hasilnya dijumlahkan dengan nilai jari

11 yang ditekuk baik yang di tangan kanan maupun kiri, sehingga hasil perkaliannya dapat diperoleh. Contoh 8 x 7 ikuti cara di atas : a. Tiga jari pada tangan kanan ditekuk, karena kita menghitung mulai dengan angka patokan 6 (hitungan 6, 7, 8). Tiga jari yang ditekuk tadi bernilai 30 sisa jari tangan yang masih berdiri ada 2. b. Dua jari patokan kiri ditekuk, karena kita menghitung mulai dengan angka patokan 6 (hitungan 6, 7). Dua jari yang ditekuk tadi bernilai 20 sisa jari tangan kiri yang masih berdiri ada 3. c. Jumlah jari yang masih berdiri di tangan kanan dikalikan dengan jumlah jari yang masih berdiri di tangan kiri yaitu 2 x 3 = 6. Kemudian jumlah nilai jari (puluhan) yang ditekuk baik yang kanan maupun yang kiri adalah 30 + 20 = 50. d. Maka hasil perkalian antara 8 dengan 7 adlaah 50 + 6 = 56. Contoh perkalian yang lain misalnya = 9 x 6 ikuti cara di atas : a. Jari tangan kanan yang ditekuk ada 4 (hitungan 6, 7, 8, 9) = 40. b. Jari tangan kanan yang ditekuk ada 1 (hitungan 6) = 40. c. Jari tangan kanan yang berdiri ada 1. d. Jari tangan kanan yang berdiri ada 4. e. Hasil : 40 + 10 = 50 (jari ditekuk). f. Hasil : 1 x 4 = 4 (jari berdiri). g. Jadi 9 x 6 sama dengan 50 + 4 = 54. 2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian Solik (2006) dengan judul Peningkatan kemampuan menghitung perkalian dengan menggunakan media benda-benda terdekat pada pelajaran matematika siswa kelas IV SDN Kludan, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hasil belajar menggunakan metode benda-benda terdekat terbukti lebih berhasil karena mudah diingat siswa.

12 Hasil penelitian Rejeki (2010) dengan judul Penggunaan jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas II SDN Manisharjo 01 Bendosari Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa penggunaan teknik jarimatika dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Hasil penelitian Putri (2011) dengan judul Penerapan metode jarimatika pada perkalian bilangan bulat sebagai upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika di kelas III SDN 03 Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar, menyimpulkan bahwa metode jarimatika dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa, keaktifan menjawab pertanyaan guru, keaktifan bertanya atau mengemukakan pendapat dan keaktifan mengerjakan soal di depan kelas. Hasil penelitian Lestari (2011) dengan judul Upaya peningkatan prestasi belajar matematika pada operasi hitung penjumlahan dengan penggunaan teknik jarimatika siswa kelas II SDN Banjar Wonosobo semester I tahun 2010/2011, menyimpulkan penggunaan teknik jarimatika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada KD operasi hitung penjumlahan. Hasil penelitian Puspasari (2010) dengan judul Efektifitas penggunaan teknik sepuluh jari dalam meningkatkan kemampuan berhitung matematika, menyimpulkan bahwa penggunaan teknik sepuluh jari dapat meningkatkan minat belajar siswa dan mempercepat siswa dalam mengerjakan operasi hitung bilangan. Hasil penelitian Sari (2010) dengan Optimalisasi penggunaan jarimatika untuk peningkatan keterampilan berhitung pembagian bilangan bulat positif pembelajaran matematika, menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat pada operasi hitung pembagian bilangan bulat. 2.3. Kerangka Pikir Yang menjadi kerangka pikir dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang rendah dan tidak sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran awal belum menggunakan metode yang sesuai. Pada perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan metode berhitung yang lain yakni menggunakan metode jarimatika untuk meningkatkan hasil belajar. Pada pelaksanaan siklus I siswa menghitung perkalian dengan menggunakan metode

13 jarimatika bilangan 6 sampai dengan 10 secara berkelompok. Sedangkan pada siklus II siswa menghitung perkalian yang sama juga menggunakan jarimatika secara mandiri. Penggunaan teknik jarimatika diharapkan membantu anak memanipulasi perkalian bilangan yang abstrak menjadi konkret, sehingga anak lebih tertantang untuk melakukannya, lebih menarik perhatian, lebih menyenangkan karena berusaha menemukan dan membuktikan sendiri hasil operasi hitung. Dengan demikian hasil belajar matematika dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 kerangka pikir di bawah ini. Kondisi Awal Belum menggunakan jarimatika Hasil belajar rendah Tindakan Menggunakan jarimatika Siklus I menghitung secara kelompok Kondisi Akhir Metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika Siklus II menghitung secara individu Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang perkalian pada siswa SDN Ngawen kelas 4 semester I Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, tahun pelajaran 2012/2013.