BAB II DASAR TEORI.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

PENS SISTIM SELULER GENERASI 2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA By: Prima Kristalina

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Sistem Komunikasi Selular

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN PADA SISTEM CDMA (STUDI KASUS TELKOM FLEXI MEDAN)

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB III KONFIGURASI SISTEM CDMA 2000 IX

MEKANISME HANDOVER PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI CDMA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Teknik Multiple Access

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI PENUNJANG

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

10/13/2016. Komunikasi Bergerak

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

BAB II LANDASAN TEORI

Objective PT3163-HANDOUT-SISK OMBER

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

ANALISIS PENGARUH KONTROL DAYA TERHADAP KAPASITAS SISTEM CDMA X

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Pilot Pollution terhadap Performansi

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN SOFT HANDOFF DAN HARD HANDOFF TERHADAP KAPASITAS SISTEM SELULAR CDMA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan pada BTS-

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

SISTEM SELULAR CDMA X EV-DO

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB II DASAR TEORI. fasilitas media udara atau ruang bebas (free space), teknologi ini akhirnya menjadi

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II DASAR TEORI. yang setiap penggunanya diberikan kode unik yang digunakan untuk mengkodekan

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

BAB II LANDASAN TEORI

Code Division multiple Access (CDMA)

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)


Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Analisa Kegagalan Call pada BTS Flexi di PT TELKOM Kandatel Banda Aceh

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK. AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System. bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) X MENGGUNAKAN TEMS

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

BAB II LANDASAN TEORI

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI

TUGAS AKHIR STUDY APLIKASI MOBILE VIDEO CONFERENCE PADA CDMA Dibuat oleh : Nama : Dwi Aswari Rediniasih NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

OCHAN FRIMA SUGARA PURBA NIM :

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

BAB III LANDASAN TEORI

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Universal Mobile Telecommunication System

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II SISTEM WCDMA. spektrum tersebar, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). Dengan

ANALISA UNJUK KERJA CDMA X PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING LEVY OLIVIA NUR. Jurusan Teknik Elektro Universitas Komputer Indonesia

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

STUDI KASUS PENGENDALIAN DAYA DOWNLINK PADA SISTEM SELULAR CDMA

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II SOFT HANDOFF. bergerak. Mobilitas menyebabkan variasi yang dinamis pada kualitas link dan tingkat

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Penggunaan HUAWEI PDSN9660 Packet Data Serving Node dalam Jaringan Komunikasi CDMA2000 1x

Bluetooth. Pertemuan III

BAB II SISTEM CDMA X EV-DO (EVOLUTION-DATA OPTIMIZED) sistem komunikasi bergerak. Banyak teknologi komunikasi bergerak yang

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

Sistem Komunikasi Bergerak Seluler

BAB II CDMA (CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS) Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengenalan Teknologi CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak yang memisahkan setiap percakapan dalam domain kode. CDMA merupakan teknologi digital tanpa kabel yang pertama kali dibuat oleh perusahaan amerika (Qualcomm). CDMA merupakan kode yang unik yaitu PRCS (Pseudo Random Code Sequnce) berbeda dengan FDMA (Frekuensi Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). CDMA menggunakan waktu dan frekuensi yang sama menyebabkan CDMA rentan terhadap interferensi. Semakin besar interferensi yang terjadi maka kapasitas CDMA semakin kecil. CDMA menawarkan kapasitas jaringan yang besar untuk melayani lebih banyak pelanggan dengan biaya infrastruktur yang sama, dimana kapasitas pelanggan dalam satu BTS CDMA dapat mencapai 6000 (10 kali GSM). Hal ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi. Semua BTS CDMA beroperasi pada frekuensi yang sama, sehingga tidak memerlukan penghitungan yang rumit dalam menyusun konfigurasinya. CDMA menawarkan kecepatan transmisi data paling tinggi diantara yang lain yaitu sebesar 144 Kbps. Setiap user/pemakai di assign dengan bilangan biner yang dinamakan Direct Sequence Code (DCS) ketika terjadi panggilan. DCS adalah sinyal yang dibangkitkan oleh Linier Modulation dengan Wideband Psedorandom Noise (PN) Sequence, sehingga Direct Sequence CDMA menggunakan wider signal dari pada FDMA dan TDMA. Wideband Signal berfungsi untuk mengurangi interferensi dan dapat melakukan penggunaan kembali frekuensi (reuse) antar cell berlangsung berdampingan. 4

5 Kode-kode dibagi pada MS dan BS yang disebut Psedorandom Noise (PN) Sequnce. Masing-masing kode/pemakai adalah layer dan secara simultan ditransmisikan ke seluruh carrier. Keunikan dari CDMA adalah jumlah phone cell yang dapat dihandle oleh carrier terbatas dan jumlahnya tidak pasti. Kanal trafik dibuat dengan penentuan masing-masing penggunaan kode dengan carrier. Teknik CDMA pada awalnya disebut dengan CDMAOne yang merupakan generasi kedua (2G) versi IS-95 yang menjadi basis sistem komersial CDMA 2G seluruh dunia. Dengan kecepatan koneksi 14,4 Kbps, kemudian CDMA merevisi standar menjadi IS-95B yang merupakan CDMA 2,5G dengan kecepatan koneksi 64 Kbps. Pada CDMA2000 1X bisa memiliki kapasitas suara dua kali lipat pada jaringan CDMAOne dan mengalirkan kecepatan data maksimal 307 Kbps untuk keadaan bergerak. 2.2. Arsitektur Jaringan CDMA2000 1X Arsitektur jaringan CDMA2000 1X terdiri dari beberapa komponen. Seperti di tunjukan pada gambar 2.1 1. User Terminal, berperan untuk membentuk dan memelihara hubungan baik voice maupun data. Pembentukan hubungan dilakukan dengan meminta kanal radio dari Access Network. Setelah terbentuk, MS bertanggung jawab menjaga kanal radio dan melakukan buffer packet bila kanal radio sedang tidak tersedia. Pada saat dinyalakan, MS secara otomatis melakukan registrasi ke Home Location Register (HLR) untuk proses autentikasi yang bertujuan mengetahui lokasi terakhir MS. Setelah proses registrasi selesai, MS siap melakukan komunikasi baik komunikasi voice maupun data. Ada dua macam terminal yaitu fixed terminal dan portable. MS juga berfungsi untuk authorization dan accounting yang diperlukan oleh Authentication, Authorization dan Accounting (AAA).

6 Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan CDMA2000 1X 2. Radio Access Network (RAN), memiliki komponen sebagai berikut : a. Base Transceiver Station (BTS) BTS bertanggung jawab untuk mengalokasikan daya yang digunakan oleh pelanggan. BTS terdiri dari perangkat radio yang digunakan untuk mengirim dan menerima sinyal CDMA. Mengontrol aspek-aspek dalam sistem yang berhubungan dengan performansi jaringan. b. Base Station Controller (BSC) Bertanggung jawab mengontrol semua BTS yang ada di daerah cakupannya, mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN (Packet Data Service Node) dan sebaliknya. 3. Circuit Core Network (CCN), terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut : a. Mobile Switching Center (MSC) MSC diletakkan pada pusat jaringan mobile communication yang berfungsi sebagai routing panggilan. b. Home Location Register (HLR) HLR merupakan tempat yang berisi informasi pelanggan yang digabungkan dengan pengantar layanan informasi dari VLR (Visitor Location Register) pada MSC.

7 c. Visitor Location Register (VLR) VLR secara temporary menyimpan dan mengontrol semua informasi dari Mobile Station, ketika pelanggan melakukan panggilan, maka VLR mentransmit semua informasi yang berhubungan dari MSC. d. Short Message Service Center (SMSC) Bertanggung jawab dalam penyampaian, penyimpanan dan pengajuan suatu pesan singkat. 4. Packet Core Network (PCN), terdiri dari beberapa komponen berikut : a. Router Berfungsi untuk merutekan paket data dari dan ke berbagai elemen jaringan yang terdapat pada jaringan serta bertanggung jawab untuk mengirimkan dan menerima paket data dari jaringan internal ke jaringan external atau sebaliknya. b. Firewall Berfungsi untuk mengamankan jaringan terhadap akses dari luar. c. Packet Data Serving Network (PDSN) Merupakan komponen dalam sistem seluler CDMA2000 1X yang bertujuan untuk layanan paket data. Beberapa fungsi PDSN antara lain : 1) Membentuk, memelihara dan memutuskan sesi point to point protocol (PPP) dengan pelanggan. 2) Membentuk, memelihara dan memutuskan hubungan dengan Radio Network melalui antar muka radio-paket. 3) Mengumpulkan data autentikasi, otorisasi dan akunting yang diperlukan oleh AAA. d. Authentication, Authorization dan Accounting (AAA) AAA menyediakan fungsi untuk authentication, melakukan authorization dan accounting untuk jaringan paket data dengan menggunakan protocol Remote Access Dial In User Service (RADIUS), AAA server juga digunakan oleh PDSN untuk berhubungan dengan jaringan suara dari HLR dan VLR. e. Home Agent (HA)

8 HA berfungsi untuk menelusuri lokasi mobile station sekaligus mengecek apakah data telah diteruskan pada mobile station tersebut. 2.3. Struktur Kanal Sistem CDMA2000 1X Kanal fisik CDMA didefinisikan untuk kanal arah forward diidentifikasikan dengan 64 kode Walsh, sedang kanal arah reverse diidentifikasikan dengan long PN code sequence. 2.3.1. Alokasi Kanal Pola kanal CDMA disusun dari beberapa kanal AMPS (Advanced Mobile Phone Service). Untuk menyediakan satu carrier CDMA maka dibutuhkan 41 buah kanal AMPS (30 KHz), jadi satu carrier CDMA sebesar 1,23 MHz (41 x 30 KHz) serta untuk guard band dibutuhkan 9 buah kanal AMPS. Alokasi kanal CDMA seperti di tunjukan pada gambar 3.2. Gambar 2.2 Pola kanal CDMA 2.3.2. Spreading Rate (SR) dan Radio Configuration (RC) Pada sistem CDMA2000 akan dikenal istilah Spreading Rate (SR) dan Radio Configuration (RC). Untuk Spreading Rate yang dipakai CDMA2000 yaitu :

9 a. Spreading Rate 1 (SR) disebut juga 1X Pada kanal forward dan reverse penyebaran carrier tunggal dengan chip rate 1.2288 Mcps dan dengan bandwidth 1,25 MHz. SR1 ini digunakan pada IS-95 A/B dan CDMA2000 1X. b. Spreading Rate 3 (SR3) disebut juga 3x atau Multi Carrier (MC) 1) Kanal forward menggunakan 3 penyebaran carrier yang masingmasing memiliki chip rate 1.2288 Mcps serta bandwidth 1,25 MHz. 2) Kanal reverse menggunakan penyebaran carrier tunggal dengan chip rate 3,6864 Mcps (3 x 1.2288 Mcps) serta bandwidth 3 x 1,25 MHz. 3) SR 3 digunakan pada CDMA2000 3X Radio Configuration pada CDMA2000 yang digunakan untuk kanal forward terdiri dari RC1 sampai RC9 sedangkan kanal reverse terdiri dari RC1 sampai RC6. Hal ini seperti ditunjukkan pada tabel 2.1 dan table 2.2. Tabel 2.1 Radio Configuration kanal forward

10 Tabel 2.2 Radio Configuration kanal reverse 2.3.3. Kanal Forward Pada komunikasi arah forward, sinyal dari cell atau sector yang berbeda dipisahkan dengan pembedaan time offset dari dua buah kode pendek (short code) dengan panjang 215 chips, satu untuk kanal I dan satu untuk kanal Q. Short code ini dihasilkan oleh generator PN dengan masukan 15 bit dan laju kode 1.2288 Mcps. Untuk mengantisipasi terjadinya multipath dan delay, maka time offset antar kode dipisahkan minimal sebessar 64 chips. Dan karena hanya ada 512 kode PN, maka alokasi kode PN harus benar-benar direncanakan, misal perlu adanya pilot increment. Berikut ini struktur kanal yang ditransmisikan oleh base station pada arah forward dimana masing-masing kanal trafik menggunakan kode walsh yang saling orthogonal.

11 Gambar 2.3 Struktur Kanal pada arah forward Kanal-kanal tambahan pada CDMA2000 yang ditransmisikan pada arah forward dapat di kategorikan menjadi : 1. Forward Common Channel yang terdiri dari : a. Forward Pilot Channel (F-PICH) Melakukan broadcast secara kontinyu untuk memberikan timing dan phasa informasi. Kanal ini digunakan bersama oleh semua kanal trafik untuk mendeteksi sinyal multipath terkuat, akuisisi sel dan proses handoff. b. Forward Quick Paging Channel (F-QPCH) Digunakan untuk mengindikasikan paging dan indikasi penukaran konfigurasi. Kanal ini memungkinkan waktu siaga batere MS dapat diperpanjang dengan menurunkan jumlah waktu panggilan yang tidak berarti. c. Forward Common Control Channel (F-CCH) Digunakan untuk mengirim paging, pesan data, signaling dan soft handoff. d. Forward Common Power Control Channel (F-CPCH) Digunakan BTS untuk transmisi control daya bersama sub kanal untuk control daya R-CCCH dan R-EACH. e. Forward Common Assignment Channel (F-CACH)

12 Digunakan oleh Base Station untuk menjawab akses dari mobile station terhadap R-EACH pada kasus mode reservasi untuk memancarkan alamat dari R-CCCH. f. Forward Broadcast Channel (F-BCH) Kanal ini merupakan kanal paging yang ditugaskan hanya untuk membawa pesan-pesan overhead dan pemancaran pesan-pesan SMS. Kanal ini memindahkan pesan-pesan overhead dari kanal paging ke kanal broadcast yang terpisah. 2. Forward Dedicated Channel yang terdiri dari : a. Forward Fundamental Channel (F-FCH) Kanal ini mengganti dim and burst dan blank and burst yang digunakan untuk messaging dan control panggilan. b. Forward Dedicated Control Channel (F-DCCH) Kanal ini sebagai tambahan dalam hubungan arah forward, pada CDMA2000 1X digunakan untuk pesan dan mengontrol data percakapan. c. Forward Supplemental Channel (F-SCH) Digunakan untuk aplikasi data kecepatan tinggi dan mencapai dua kanal. 2.3.4. Kanal Reverse Perbedaan utama struktur kanal reverse pada sistem IS-95 dan CDMA2000 1X adalah adanya kanal pilot yang memungkinkan demodulasi secara koheren dan menyediakan informasi power control. Kanal-kanal pada arah reverse dipisahkan dengan pembedaan time offset dari suatu long code dengan panjang 2-42-1 chips. Kode panjang ini dihasilkan oleh suatu generator PN dengan masukkan 42 bit dan laju kode 1.2288 Mcps. Sedangkan kode walsh pada CDMA arah reverse digunakan sebagai signaling set oleh baseband orthogonal modulator.

13 Gambar 2.4 Struktur Kanal pada arah Reverse Kanal-kanal yang ditransmisikan pada arah reverse dapat dikategorikan menjadi : 1. Reverse Common Channel yang terdiri dari : a. Access Channel (R-ACH) Berfungsi menyediakan komunikasi saat mobile station tidak memakai traffic channel, merespon paging channel dan pengalamatan panggilan. b. Enhanced Access Channel (R-EACH) Digunakan MS untuk memulai komunikasi dengan BTS atau merespon pesan langsung gerak. c. Reverse Common Control Channel (R-CCCH) Kanal ini digunakan untuk mengirim signaling message dari mobile station ke base station. 2. Reverse Dedicated Channel yang terdiri dari : a. Reverse Pilot Channel (R-PCH) Menyediakan pilot dan informasi control daya, memungkinkan MS untuk mengirimkan level daya rendah dan memberikan informasi ke BTS dari level daya forward yang diterima. Sehingga BTS bisa mengontrol daya pancarnya.

14 2.4. Kapasitas Sistem CDMA2000 1X Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah user yang bisa ditampung oleh sebuah cell site dengan harga QoS/GOS yang memadai. Kapasitas dalam sistem CDMA2000 1x akan sangat tergantung pada interferensi dalam sistem itu sendiri. Penambahan jumlah user dalam sistem juga akan menambah level interferensi dalam sistem. Setiap penambahan kapasitas atau bertambahnya interferensi akan menurunkan kualitas sinyal suara dalam batas tertentu. Sehingga bila kapasitas ditingkatkan maka akan berpengaruh pada kualitas sinyal suara, jadi perlu diatur agar kualitas tetap tinggi tanpa banyak mengurangi kapasitas. Dengan demikian terdapat trade off antara kualitas dan kapasitas yang diakses. Fenomena ini disebut dengan soft capacity. Soft capacity merupakan hal yang menguntungkan terutama untuk menghindari drop call pada saat terjadi handoff. Sistem CDMA menggunakan Universal Frequency Reuse, artinya bandwidth di share untuk semua sel sedangkan transmisinya akan dibedakan dengan suatu spreading sequence yang unik, dan dalam perencanaannya harus dipikirkan pula mengenai Multiple Access Inteference (MAI) yang berasal dari user dari sel-sel didekatnya. Teknik mengurangi multiple access interference dijabarkan sebagai gain kapasitas. Beberapa parameter yang mempengaruhi kapasitas adalah sebagai berikut : 1. Voice Activity Sejak sistem CDMA menggunakan speech coding, maka MAI dapat dikurangi dengan deteksi voice activity sepanjang variable speech transmission. Teknik ini akan mengurangi rate dari speech coder saat periode silent/diam yang dideteksi dalam speech waveform. Voice activity juga menjadi keuntungan bagi sistem multiple access lainnya. Normalnya, jika dua orang sedang melakukan percakapan di telepon, maka dalam suatu saat hanya ada satu orang saja yang berbicara. Fenomena ini dapat dimonitor pada sistem seluler. Oleh karena itu pada saat periode diam, power dapat dikurangi. Sehingga daya dapat dihemat dan pengaruh terhadap interferensi juga sedikit. Dengan begitu kapasitas sistem bisa dimaksimalkan.

15 2. Sectored Cells Sel sectoring juga merupakan metode yang cukup efektif untuk mengurangi MAI, karena setiap sektor menggunakan antena directional. Sektorisasi pada antena adalah pengarahan daya pancar antena BTS pada arah tertentu. Pengarahan antena ini bergantung dari kebutuhan. Sektorisasi dilakukan berdasarkan kepadatan trafik. Biasanya sektorisasi 60 dan 120, untuk sektorisasi 60 maka pengarahan antena menuju enam arah dan sektorisasi 120 menuju tiga arah, seperti ditunjukkan pada gambar 2.5. Macam-macam konfigurasi sel : o Omni directional o Sectoring 60 o Sectoring 120 Omnidirectional Sectoring 60 Sectoring 120 Gambar 2.5 Konfigurasi Cell Dimana : - Omnidirectional adalah pemancaran sinyal ke segala arah oleh sebuah BTS pada suatu sel. Kelebihan : mudah diaplikasikan Kekurangan : kemungkinan terjadi interferensi lebih besar - Sektorisasi 60 : suatu daerah cakupan sel dibagi menjadi 6 daerah yang sama besar. Kelebihan : kemungkinan interferensi kecil Kekurangan : delay propagasi paling besar 120 : suatu daerah cakupan sel dibagi menjadi 3 daerah yang sama besar. Kelebihan : delay propagasi lebih kecil

16 Kekurangan : interferensi lebih mungkin terjadi Handoff Air interface pada sistem CDMA2000 1x menyediakan kemampuan untuk handoff baik untuk voice service mapun data service, dan juga untuk service yang di-handle oleh sistem IS-95 ke sistem IS-2000 ataupun sebaliknya dari IS-2000 ke sistem IS-95. Handoff adalah suatu peristiwa perpindahan kanal yang digunakan MS tanpa terjadinya pemutusan hubungan dan tanpa melalui campur tangan dari pemakai. Peristiwa handoff terjadi karena pergerakan MS keluar dari cakupan sel asal dan masuk cakupan sel baru. Terdapat tiga macam handoff yang diterapkan pada sistem berbasis CDMA2000 1x: 1. Soft Handoff Merupakan handoff yang terjadi antar sel dengan frekuensi pembawa yang sama, dimana MS memulai komunikasi dan membentuk hubungan dengan BTS yang baru terlebih dahulu sebelum memutuskan hubungan dengan BTS asal. Hubungan akan diputuskan jika proses penyambungan dengan BTS yang baru telah mantap untuk menghindari drop call. Metode pembentukan hubungan (kanal) baru terlebih dahulu sebelum memutus hubungan (kanal) lama ini dikenal dengan istilah make before break. Gambar 2.6. Soft Handoff

17 2. Softer Handoff Handoff yang terjadi antar sektor dalam satu sel dengan frekuensi pembawa dan BTS yang sama. Handoff ini juga berbasis pada metode make before break. Gambar 2.7. Softer Handoff 3. Hard Handoff Tipe ini menggunakan metode break before make yang berarti harus terjadi pemutusan hubungan dengan kanal trafik lama sebelum terjadi hubungan baru. Hard handoff terjadi pada sistem dual mode dimana sistem akses radio CDMA2000 1x dioperasikan bersama-sama dengan sistem akses radio lainnya seperti CDMA IS-95 atau AMPS. Selain itu juga antara sektor atau sel dengan frekuensi pembawa yang berbeda. Gambar 2.8. Hard Handoff

18 2.5. Power Control Agar dapat meningkatkan kualitas sistem, maka dibuatlah mekanisme power control. Hampir semua jaringan seluler yang berbasis CDMA, FDMA maupun TDMA menggunakan mekanisme ini. Power control dibutuhkan dalam proses management co-channel interference. Sedangkan pada sistem seluler berbasis DS-CDMA, power control dibutuhkan untuk mengurangi near-far effect pada arah reverse dan othercell interference pada arah forward. Berdasarkan parameter yang akan diukur, teknik power control dapat diklasifikasikan menjadi tiga metode, yaitu : 1. Berdasarkan kuat sinyal terima. Pada metode ini, hasil pengukuran kuat sinyal terima di base station dibandingkan dengan kuat sinyal terima yang diinginkan. Perintah untuk menurunkan dan menaikkan daya pancar dilakukan berdasarkan hasil perbandingan tersebut. 2. Berdasarkan Signal to Noise Ratio. Pada metode ini, hasil perhitungan rasio kuat sinyal terima terhadap noise (SNR) dibandingkan dengan rasio kuat sinyal terima terhadap noise (SNR) yang telah ditentukan. Dimana noise tersebut terdiri dari channel noise dan multiuser interference. 3. Berdasarkan Bit Error Rate (BER) dan Frame Error Rate (FER) Bit Error Rate didefinisikan sebagai rata-rata jumlah bit yang salah jika dibandingkan dengan bit-bit dari persamaan awal. Sedangkan Frame Error Rate didefinisikan sebagai rataan kesalahan frame yang diusahakan tidak lebih dari 2 %. 2.6. Parameter Hardware 2.6.1. Azimuth Antena Azimuth adalah pengarahan horizontal antena. Pada antena direksional, azimuth digunakan untuk menentukan arah pancar antena.

19 Gambar 2.9 Pengarahan (Azimuth) Antena Pengarahan antena ditujukan pada area yang trafiknya paling tinggi, arah pancar antena sebaiknya tidak diarahkan langsung pada jalan lurus, sungai dan bangunan dengan tingkat pemantulan yang tinggi. 2.6.2. Tilting Antena Tilting adalah pengaturan kemiringan beamwidth antena, berfungsi untuk mengatur radius dari cell. Tilting antena terdiri dari dua jenis, yaitu electrical tilting dan mechanical tilting. Electrical tilting yaitu pengarahan dilakukan dengan kendali perangkat lunak sedangkan mechanical tilting dengan merubah kemiringan antena fisiknya. Gambar 2.10 Mechanical Tilting Gambar 2.11 Electrical Tilting Tujuan dari tilting antena yaitu : 1. Untuk mencegah efek overshoot antenna 2. Mencegah polusi pilot 2.7. Parameter Performansi CDMA Parameter yang mempengaruhi performansi CDMA meliputi :

20 1. Mobile Receive Power Daya terima sinyal RF pada handphone sesuai dengan carrier bandwidth yang digunakan. 2. FER (Frame Error Rate) Jumlah dari semua full rate frame error. 3. Ec/Io Ratio rata-rata daya kanal yaitu kanal pilot terhadap total daya sinyal interferensi. Parameter ini menunjukkan kualitas dari pilot dan sangat penting dalam penentuan handoff. 4. Mobile Transmit Power Daya transmit RF dari handphone. Tx power tidak melebihi maximum keluaran dari pesawat telepon. 2.7.1. Sample Indicator Sample indicator dalam CDMA 2000 1x digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi didalam jaringan CDMA 2000 1x itu sendiri. Sample ini berisi parameter-parameter yang dapat diketahui hanya dengan melakukan drive test. Drive test yang dilakukan untuk melihat indicator menggunakan drive test testing dengan handset untuk melakukan pengukurannya. Sample indicator tersebut terdiri dari : FFER : Forward FER (db) FER didefinisikan sebagai rata-rata kesalahan frame dari setiap frame yang dikirimkan. Dimana rata-rata kesalahan frame tersebut tidak boleh lebih dari 2%. Rx Level : Received Power by handset (dbm) Menunjukkan level daya yang diterima oleh ms terhadap daya pemancar BTS pada daerah tertentu, sehingga memudahkan BTS untuk melakukan power control. Ec/Io (db)

21 Ratio perbandingan antara energi yang dihasilkan dari setiap pilot dengan total energi yang diterima. TxGa (db) Menunjukkan level daya pemancar ms disuatu lokasi pengamatan yang akan bergantung terhadap jarak dan jangkauan BTS. Kenaikan daya pemancar pada ms akan menyebabkan interferensi terhadap user lain, sehingga user lain juga akan meningkatkan daya pancarnya. TxPo (dbm) Menunjukkan level daya rata-rata pemancar yang dihasilkan dari seluruh BTS. Karakteristik yang dihasilkan dari sample indicator adalah seperti yang digambarkan pada gambar 2.12, dimana : 1. Good Call : Ms berhasil melakukan panggilan originating. Low forward FER Receive power > -100 dbm Good Ec/Io (> -12dB) Normal Transmit Gain adjustment Transmit Power < +20 dbm Good Messaging 2. Dropped Call, Bad Coverage : Ms keluar dari service area dan juga informasi hanya ada pada Ms itu sendiri. High forward FER Low received power (< -100 dbm) Low Ec/Io (< -10 db) Higher than normal transmit gain Higher than normal transmit power (> +20 dbm) Poor Messaging 3. Forward Link Interference : interferensi karakteristik data sebuah Ms yang terjadi pada forward link. High forward FER Good received power (> -100 dbm)

22 Low Ec/Io (< -10 db) Higher than normal transmit gain adjust Normal transmit power (< + 20 dbm) Poor forward link messaging 4. Reverse Link Interference : interferensi yang terjadi dalam karakteristik data sebuah Ms terutama diakibatkan oleh noise floor. Good forward FER Good Received power (> -100dBm) Good Ec/Io (> -10 db) Higher than normal transmit gain adjust Higher than normal transmit power (< +20 dbm) Poor reverse link messaging

23 Keterangan warna : Baik Kurang Buruk Gambar 2.12 Karakteristik yang dihasilkan dari sample indicator