BAB II SISTEM WCDMA. spektrum tersebar, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). Dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SISTEM WCDMA. spektrum tersebar, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). Dengan"

Transkripsi

1 BAB II SISTEM WCDMA 2.1 Pendahuluan CDMA adalah metode akses jamak yang bekerja berdasarkan teknologi spektrum tersebar, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). Dengan teknologi ini, sinyal informasi ditransmisikan melalui lebar pita yang jauh lebih lebar daripada lebar pita sinyal informasi. Perbedaan antara sistem Narrowband- CDMA dengan Wideband-CDMA adalah terletak pada kecepatan data kode penebar, yaitu pada sistem N-CDMA sebesar 1,23 Mbps, sedangkan pada sistem WCDMA sebesar 5-20 Mbps. Perbedaan ini menyebabkan lebar pita transmisi W-CDMA lebih lebar daripada lebar pita transmisi sistem N-CDMA. Hal ini sesuai dengan Teorema Shannon, yang dinyatakan dengan : C = W log 2(1 + S N) (2.1) dimana: C = Kapasitas kanal (bps) W = Lebar pita transmisi (Hz) S = Daya sinyal (Watt) N = Daya derau (Watt) terlihat untuk kapasitas kanal yang tetap, karena lebar pita transmisi W-CDMA lebih besar daripada N-CDMA maka W-CDMA memerlukan SNR (Signal to Noise Ratio) yang lebih rendah dari N-CDMA, dengan kata lain untuk sistem modulasi digital dengan E b /N o yang sama, W-CDMA mampu mentransmisikan data dengan kecepatan data yang lebih besar daripada N-CDMA.

2 2.2 Komunikasi Spektrum Tersebar Prinsip utama komunikasi spektrum tersebar (Spread Spectrum) adalah penggunaan lebar bidang yang jauh lebih tinggi daripada yang lain. Karena lebar bidang yang lebih tinggi, Power Spektral Density lebih kecil, sehingga sinyal informasi kelihatan seperti derau dalam kanal. Penyebaran dilakukan dengan menggabungkan sinyal data dan kode (Code Division Multiple Access), di mana kode ini independen terhadap data yang dikirimkan. Beberapa keuntungannya antara lain sebagai berikut 1. Karena sinyal disebarkan dalam pita frekuensi yang lebar, Power Spectral Density menjadi sangat kecil, sehingga sistem komunikasi yang lain tidak dipengaruhi oleh jenis komunikasi ini. Namun, level derau Gaussian akan bertambah. 2. Dengan konsep Random Access, maka sistem ini dapat melayani pelanggan dalam jumlah yang besar, karena kode dalam jumlah yang besar dapat dihasilkan. 3. Jumlah maksimum pelanggan yang dapat dialayani dibatasi oleh interferensi. 4. Tingkat keamanan sistem ini lebih terjamin, karena data yang terkirim tidak dapat dikenali atau diproses tanpa ada kode penyebaran (spreading code). 5. Oleh karena lebar bidang yang lebih lebar, maka sistem ini lebih kuat terhadap distorsi.

3 Ada beberapa teknik spektrum tersebar yang dapat digunakan. Yang paling popular adalah Direct Spectrum (DS), dan juga Frequency Hopping (FH). Dimana sebuah sistem spektrum tersebar harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Sinyal yang dikirimkan menduduki lebar bidang yang jauh lebih lebar daripada lebar bidang minimum yang diperlukan untuk mengirimkan sinyal informasi. 2. Pada sisi pengirim, terjadi proses penyebaran (spreading) yang menebarkan sinyal informasi dengan bantuan sinyal kode yang bersifat independen terhadap informasi. 3. Pada sisi penerima, terjadi proses dispreading yang melibatkan korelasi antara sinyal yang diterima dan replika sinyal kode yang dibangkitkan sendiri oleh suatu generator lokal. Kode yang digunakan pada sistem spektrum tersebar memiliki sifat acak, tetapi periodis sehingga disebut sinyal acak-semu (pseudo-random). Kode tersebut bersifat sebagai derau tetapi deterministik sehingga disebut juga derausemu (pseudo-noise). Pembangkit sinyal kode ini disebut Pseudo Random Generator (PRG) atau Pseudo Noise Generator (PNG). PRG inilah yang akan melebarkan dan sekaligus mengacak sinyal data yang akan dikirimkan. Di dalam sistem komunikasi spektrum tersebar, jika lebar bidang semakin lebar, maka akan semakin tahan terhadap jamming dan akan semakin terjamin tingkat kerahasiaannya. Disamping itu, kelebihannya yang lain adalah akan semakin banyak kanal yang bisa dipakai. Seperti yang diterangkan oleh Shannon, salah seorang ahli statistik telekomunikasi, dalam ilmu komunikasi dinyatakan bahwa kapasitas kanal akan

4 sebanding dengan lebar bidang transmisi dan logaritmik S/N. Jadi agar sistem komunikasi dapat bekerja dengan kapasitas kanal yang tetap pada level daya derau yanga tinggi (S/N yang rendah), dapat dilakukan dengan cara memperbesar lebar bidang transmisi W. Disamping itu, Shannon juga mengemukakan bahwa sebuah kanal dapat mentransmisikan sinyal informasi dengan tingkat probabilitas error yang kecil apabila terhadap informasi tersebut dilakukan pengkodean yang tepat dan kecepatan sinyal informasi yang tidak melebihi kapasitas kanal meskipun kanal tersebut memuat derau acak[1]. 2.3 Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) Pada sistem generasi ketiga ini didesain untuk komunikasi multimedia untuk komunikasi person-to-person dapat disajikan dengan tingkat kualitas gambar dan video yang baik, dan akses terhadap informasi serta layanan-layanan pada public dan private network akan akan disajikan dengan data rate dan kemampuan sistem komunikasi pada generasi ketiga ini lebih fleksibel. Seiring dengan kemajuan evolusi dari sistem generasi kedua, akan menciptakan suatu kesempatan bisnis baru yang tidak hanya untuk kalangan para manufakturer dan operator-operator, tetapi juga untuk beberapa content provider dan pengembang aplikasi yang menggunakan jaringan ini. Sistem ini merupakan evolusi dari sistem CDMA pada IMT Infrastrukturnya mampu mendukung user dengan data rate tinggi, mendukung operasi yang bersifat asinkron, bandwidthnya secara keseluruhan 5 MHz dan didesain untuk dapat berdampingan dengan sistem GSM. Sistem WCDMA merupakan teknologi akses jamak dengan menggunakan modulasi DS-SS yang dapat menyediakan fasilitas pengaksesan pelanggan ke

5 jaringan PSTN (Public Switched Telephone Network) dan dapat mengirimkan layanan suara, data, faksimili, dan multimedia. Teknologi ini berbeda dengan teknik akses radio konvensional yang menggunakan teknik pembagian bandwidth frekuensi yang tersedia ke kanal sempit atau ke dalam slot waktu. Teknologi WCDMA dalam mengakses data dilakukan secara terus-menerus selebar bandwidth tertentu (5-15 MHz)[1]. Teknologi CDMA apabila dilihat dari sebaran sinyal relatif lebih besar dibandingkan teknologi selular lainnya. Standar yang sering digunakan untuk aplikasi metode akses CDMA adalah IS-95. WCDMA juga memanfaatkan IS-95. Dengan demikian, WCDMA mampu mengurangi multipath-fading, memberikan kapasitas dalam tiap sel yang lebih besar, dan kualitas suara yang lebih baik. Bandwidth yang ditawarkan bersifat variatif mulai dari 1,26 MHz, 5 MHz, 10 MHz bahkan sampai 20 MHz. Disamping itu, WCDMA sebagai WLL (Wireless Local Loop) didesain untuk menyediakan layanan transparan, baik itu fixed (layanan tetap) dan mobile (bergerak) yang dikoneksikan dengan PSTN dari layanan POTS (Plain Old Telephone Service) ke fitur-fitur selanjutnya. Layanan termasuk suara, high speed fax, data dan multimedia, termasuk juga video. WCDMA merupakan suatu sistem wideband Direct-Sequence Code Division Multiple Access (DS-CDMA), dalam penjelasannya; bit-bit informasi ditebar pada sebuah wide bandwidth dengan cara perkalian antara data user dengan bit-bit quadsi-random (disebut chip-chip) yang berasal dari kode-kode spreading CDMA. Agar dapat mendukung bit rate berukuran sangat besar (up to 2 Mbps), penggunaan dari variabel factor spreading dan koneksi-koneksi multicode

6 harus didukung juga. Sebagai contoh cara pengaturan koneksi multicode ini dijelaskan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Alokasi bandwidth WCDMA Chip rate dengan nilai 3.84 Mcps memandu sinyal user pada sebuah carrier bandwidth yaitu kira-kira 5 MHz. Sistem DS-CDMA biasanya yang dipakai sebelumnya dengan bandwidth sekitar 1 MHz, seperti pada IS-95, secara umum digunakan sebagai dasar narrowband pada system CDMA. Sudah menjadi sifat dari wide carrier bandwidth dari WCDMA mendukung high user data rate dan juga memiliki performansi keuntungan tertentu, seperti meningkatkan multipath diversity. Sesuai dengan lisensi operasinya, network operator dapat merancang dengan multiple sinyal carrier 5 MHz untuk menaikkan kapasitas. Gambar 2.1 juga menunjukkan hal tersebut. Actual carrier spacing dapat dipilih pada satu batasan frekuensi 200 KHz antara kira-kira 4.4 dan 5 MHz, tergantung dari pada tingkat interference antar carrier.

7 Sistem WCDMA mendukung variabel data rates user yang cukup besar. Data rate user dijaga konstan selama tiap 10, 20, 40 dan 80 ms frame tergantung kebutuhan QoSnya. Namun, kapasitas data diantara user-user dapat berubah dari frame to frame. Gambar 2.1 menunjukkan contohnya untuk kasus tersebut. Alokasi kapasitas radio yang cepat ini akan dikontrol secara khusus oleh network untuk mencapai throughput optimum untuk paket layanan data. Dari awalnya, W-CDMA didesain untuk layanan data kecepatan tinggi seperti internet base packet data menawarkan sampai 2 Mbps dalam lingkungan kantor dan sampai 384 Kbps di outdoor atau lingkungan yang bergerak. Secara rinci hubungan antara besarnya carrier spacing dengan dengan bit rate maksimum yang dapat dicapai adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Hubungan carrier spacing dan bit rate CARRIER SPACING (MHz) MAKSIMUM BIT RATE 1,26 13 kbps(~ 64 kbps) 5 64 kbps ~ 384 kbps kbps ~ 2 Mbps

8 Sedangkan spesifikasi dari WCDMA dapat dilihat seperti Tabel 2.2.: Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis WCDMA TYPE SPESIFIKASI JENIS / NILAI Radio Access DS-CDMA / FDD Carrier spacing 1,26 / 5 / 10 / 20 MHz Chip rate 4,096 Mcps (1,024 / 8,192 / 16,384 Mcps) Modulation Data-QPSK, Spreading QPSK Detection (Reverse & Pilot Symbol Aided Coherent RAKE Forward link) TCH rate Sampai 384 kbps (sampai 2 Mbps) Variable rate TCH Variable Spreading Factor Multi code Transmission for High rate TCH Frame length 10 ms Voice codec G.729 CS-ACELP Inter BS Synchronous Asynchronous Signaling Protoccol Layered Protocol Multiple Protocol Control Entities B-ISDN based Call Control Services Voice, Packet data Unrestricted information transmission Perancangan Transceiver Berikut merupakan perancangan Transceiver pada sistem WCDMA Prinsip Pentransmisian Variabel Rate WCDMA di desain untuk dapat mengakomodasikan berbagai layanan baik suara, data, maupun multimedia dengan bit rate yang bervariasi. Hal ini memungkinkan pemakaian spektrum yang paling efisien. Penerapan pentransmisian variabel rate membutuhkan informasi kontrol yang menyatakan kecepatan simbol seketika itu juga. Untuk melakukan pengawasan terhadap kecepatan simbol ini selama selang waktu tertentu secara terus menerus, maka

9 semua kanal fisik diatur didalam frame yang mempunyai panjang yang sama (10ms). Sebagai pengontrol, maka tiap frame terdapat bit rate control yang ditransmisikan melalui kanal fisik yang terpisah[2]. Pentransmisian variable rate dapat mengurangi interferensi dari masingmasing user. Bila laju chip tetap, maka laju bit informasi yang rendah akan memberikan faktor spreading tertinggi dan daya transmisi yang terendah Struktur Kanal Logika Pada sistem bergerak radio seluler dibutuhkan sejumlah kanal logika. Kanal logika tersebut dibagi menjadi Dedicated Channel, Common Control Channel dan System Control Channel. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2. Struktur Fungsi Kanal Dedicated Ch. Common Control Ch. System Control Ch. TCH DCCH BCH PCH AGCH RACH PICH SCH Gambar 2.2 Struktur Fungsi Kanal Logika 1. Dedicated Channel Dedicated Channel terjadi apabila hubungan antar MS (Mobile Station) dengan BS (Base Station) telah terbangun, baik uplink maupun downlink. Kanal ini terdiri dari :

10 a) TCH (Traffic Channel) Kanal TCH ini berisi data user yang akan ditransmisikan pada interface radio, yang berupa suara, data dan video, dengan kecepatan bervariasi antara kbps. b) DCCH (Dedicated Control Channel) Kanal DCCH ini membawa informasi kontrol yang akan dipertukarkan antara BS dengan MS. Kanal ini berisi kontrol hubungan, kontrol mobility dan kontrol link dengan bit rate 0-9,6 kbps. 2. Common Control Channel Common Control Channel ini digunakan pada kanal downlink dan diberikan untuk semua MS. Kanal ini terdiri dari: a. BCH (Broadcast Channel) Kanal BCH ini berisikan mengenai informasi MS disekitarnya. b. PCH (Paging Channel) Kanal PCH ini memberitahukan akan datangnya panggilan, yang diikuti dengan penetapan kanal trafik. c. AGCH (Access Grant Channel) Kanal AGCH dikodekan oleh MS selama pendudukan akses secara random dan berfungsi sebagai kontrol daya lingkar tertutup terhadap MS. Perintah kontrol daya dikirim melalui AGCH oleh BS. d. RACH (Random Access Channel)

11 Kanal RACH adalah satu-satunya kanal kontrol yang digunakan pada kanal uplink yang digunakan MS untuk inisialisasi akses ke sistem. Untuk akses random, MS mengirim sinyal diikuti kontrol daya lingkar tertutup selama pengiriman sinyal RACH. 3. System Control Channel System Control Channel digunakan pada kanal downlink agar BS dapat memantau dan mengidentifikasikan, sinkronisasi dan estimasi kanal pada MS. Kanal ini terdiri dari: a. PICH (Pilot Channel) PICH berfungsi untuk memisahkan kanal fisik broadcast pada tiap kanal RF dan laju chip dalam sel radio. PICH ditentukan oleh kode spreading PN pendek (kode Gold dengan panjang 1023) dan unik untuk setiap BS. Kode PN pendek ini ditransmisikan decara periodik tanpa modulasi data informasi, sehingga mudah untuk pendeteksian pilot, sinkronisasi dan estimasi kanal pada MS. b. SCH (Synchronization Channel) SCH berfungsi untuk mensikronkan PICH. SCH dikirim pada kanal fisik yang terpisah dengan menggunakan kode spreading PN pendek yang diperoleh dari PICH yang bersangkutan Layer Fisik Interface radio dirancang untuk menjadi layer transport yang universal, yang secara mudah dapat diadaptasi berdasarkan permintaan layanan dan

12 disesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Untuk itu, pada skema pengirim, terdapat configuration unit yang setelah menerima applicable information (berupa frekuensi pembawa, kecepatan chip yang dibutuhkan, dan identitas layanan) maka unit ini mengendalikan proses pengkodean, multipleks dan konversi informasi ke sinyal RF. Informasi yang berupa speech, data dan informasi kendali ditransmisikan melalui kanal logika yang berbeda. Informasi kendali ditransmisikan melalui kanal DCCH. Ada dua kategori pembentuk kanal trafik, yaitu traffic channel/speech (TCH/S) dan traffic channel/data (TCH/D), masing-masing dikodekan secara berbeda. Sebagai contoh, speech harus ditransmisikan dengan delay yang kecil, sedangkan data dapat menerima delay yang lebih besar tetapi dengan kualitas transmisi yang lebih tinggi. Informasi ini dibungkus bersama dalam frame-frame yang mempunyai panjang 10 ms. Campuran kanal-kanal logika yang diwakili dalam suatu frame dapat berbeda dari frame ke frame. Sebagai contoh, kanal kontrol yang didedikasikan hanya diberikan ketika informasi benar-benar telah tersedia. Hal ini tidak perlu dimultipleks ke dalam aliran data secara terus menerus, tetapi disesuaikan dengan keadaan lingkungan maupun informasi yang dikirimkan. Kanal multipleks dapat mengambil beberapa diantara kombinasi berikut: 1. TCH/S dan DCCH 2. TCH/D dan DCCH 3. TCH/S, TCH/D dan DCCH Hasil demultipleks antara TCH dan DCCH dinotasikan sebagai Physical Data Channel (PDCH). Tiap PDCH dilengkapi dengan Physical Control Channel

13 (PCCH) yang membawa informasi kontrol lapisan fisik. Selain itu PCCH membawa informasi tentang pendemultiplekskan frame PDCH dan pada kanal downlink PCCH membawa informasi tentang kontrol daya. PCCH mempunyai bit rate 4 kbps setelah proses encoding informasi dan ditransmisikan secara sinkron dengan PDCH (mempunyai laju chip sama dengan carrier RF yang sama dengan PDCH). PDCH dan PCCH dibedakan dengan menggunakan fasa yang berbeda dari kode spreading PN panjang Transmitter WCDMA Pemancar/transmitter WCDMA baik untuk uplink maupun downlink melakukan pengiriman trafik dan informasi kontrol secara simultan. Pengiriman trafik dan informasi kontrol dikodekan sebagai Dedicated Information Channel (DICH). Gambar 2.3 menunjukkan transmitter WCDMA. Service Specifier Chip Rate Carrier Frekuensi CONFIGURATION UNIT DCCH Channel Decoder Interleaver Frame Generator PDCH Spreading Modulator TCH/S Channel Decoder Interleaver MUX LIN Com Pulse Shaping Frek. Converter TCH/D Channel Decoder Interleaver Frame Gen. & Coding PCCH Spreading Modulator Power Control Information (BS Only) Other Physical Channel (BS Only) Gambar 2.3 Transmitter WCDMA Ketika hubungan telah terbentuk, maka unit konfigurasi akan menentukan laju chip, frekuensi pembawa RF (f c ), yang bergantung pada layanan yang akan

14 dilayani dan menentukan parameter-parameter untuk semua pemrosesan sinyal pada kanal fisik dan mengkonfigurasi kanal fisik agar sesuai dengan layanan yang dilayani. Modulasi yang digunakan adalah QPSK, dimana data simbol ditransmisikan dalam bentuk inphase (I) dan quadratur (Q) dan dikalikan dengan suatu deretan spreading yang sama dan phasa yang berbeda Kontrol Daya Kontrol daya meliputi daya uplink dan kontrol daya downlink. Kontrol daya downlink digunakan untuk memperbesar kapasitas sistem, sedangkan kontrol daya uplink digunakan untuk mengontrol hubungan dan batas threshold penerimaan MS. Pada kanal uplink, kontrol daya yang digunakan adalah kombinasi kontrol daya loop tertutup dan loop terbuka, mendeteksi daya sinyal yang diterima dari MS. Pada kontrol daya loop tertutup, BS secara terus menerus mengukur level sinyal yang diterima dari MS. Dari informasi level sinyal yang diterima tersebut, maka BS menentukan perintah kontrol daya yang dikirimkan melalui kanal downlink PCCH ke MS dengan bit rate 2 kbps Kombinasi, Pembentukan Pulsa dan Konversi Frekuensi Beberapa kanal fisik digabung secara linear sebelum pembentukan pulsa. Pembentukan pulsa berisi filter yanag berfungsi untuk melewatkan sinyal WCDMA. Konversi frekuensi dilakukan dengan menggeser frekuensi baseband ke frekuensi RF. Alokasi frekuensi sistem WCDMA adalah MHz untuk kanal uplink, dan MHz untuk kanal downlink.

15 Receiver WCDMA Sistem penerima untuk jalur uplink maupun downlink membutuhkan struktur yang berbeda. Pada jalur downlink, dimana penerima berada pada MS, kanal pilot yang kuat dapat digunakan untuk pencarian kanal, sehingga dapat dilakukan demodulasi PCCH dan PDCH secara koheren. Pada jalur uplink, dimana penerima berada di BS tidak memungkinkan menggunakan kanal pilot yang kuat untuk semua MS, sehingga proses estimasi kanal pada uplink lebih sukar. Berikut ini hanya dibicarakan penerima untuk BS. PN GEN PCCH PCCH Rake Demodulator PCCH Soft Output PCCH Decoder Despreading Result Receiver Signal MATCHED Filter Channel Estimation Delays PCCH Encoder Complex Amplitude Delays PDCH Spreading Factor FRAME buffer PDCH Rake Demodulator PDCH Soft Output to Decoder PN GEN PDCH Gambar 2.4 Struktur Receiver pada BS Gambar 2.4 merupakan gambar struktur receiver pada BS. Sinyal yang diterima, difilter oleh Matched Filter (MF) untuk meloloskan sinyal WCDMA dan disampel pada laju 2 sample per chip (sesuai frekuensi nyquist). Kemudian sinyal masuk ke demodulator Rake dan unit estimasi kanal. Kanal PCCH harus

16 dikodingkan terlebih dahulu sebelum demudulasi terhadap PDCH, karena PCH berisikan informasi pengiriman PDCH, sehingga diperlukan buffer frame di depan demodulator PDCH. Dua feedback dari PDCH Rake demodulator berfungsi untuk menentukan masukan sinyal bagi unit estimasi kanal. Pada PDCH dilakukan demodulasi koheren, sedangkan pada PCCH dilakukan encoding terlebih dahulu sebelum dilakukan proses demodulasi. Pada demodulasi koheren harus diketahui delay dan amplituda kompleks masing-masing sinyal multipath. Setelah proses demodulasi koheren dari PCCH dan soft decision decoding, PCCH dapat dilihat sebagai kanal pilot. Pengkodean yang salah tidak dapat dihindari sehingga menyebabkan frame hilang karena faktor spreading termuat dalam PCCH. Faktor spreading yang benar akan berfungsi untuk demodulasi PDCH. Jika PCCH setelah decoding adalah kanal pilot, maka kanal tersebut dapat digunakan untuk estimasi amplituda kompleks sinyal-sinyal multipath Sinkronisasi Dengan menggunakan DS spreading asinkron pada PDCH dan PCCH, dihasilkan peralatan yang tidak memerlukan sinkronisasi antar sel dan sinkronisasi antar kanal. MS melakukan sinkronisasi dengan BS (melalui PICH dan SCH) dapat secara langsung menyesuaikan waktu frame Tx CDMA dan Rx CDMA pada lokasi MS tertentu. Karena sinyal yang diterima di BS dari MS yang berbeda-beda tidak memerlukan pengaturan frame (seperti pada sistem TDMA), maka tidak diperlukan rangkaian pengontrol pewaktuan. Dengan menerapkan DS spreading asinkron pada jalur downlink maka tidak diperlukan antar BS, sehingga Global Positioning System (GPS) tidak diperlukan lagi.

17 2.4 Additive White Gaussian Noise (AWGN) Di dalam sistem komunikasi yang ideal, noise yang dapat diantisipasi hanya Additive White Gaussian Noise (AWGN) saja dan tanpa adanya intersymbol interference (ISI). Sumber utama dari penurunan performansi ialah thermal noise yang dihasilkan dari sisi receiver. Seringkali, interferensi dari luar yang diterima antena lebih menonjol daripada thermal noise tersebut. Arti dari kata Additive ialah bahwa noise ini bersifat menambah power spectral density dari sinyal transmisi, White artinya memiliki persebaran merata pada semua band, dan memiliki distribusi Gaussian. Maka, dapat dikatakan bahwa AWGN ialah efek dari thermal noise yang dihasilkan dari gerakan-gerakan elektron yang ada di dalam semua komponen-komponen elektrikal, seperti resistor, kabel, dan lain sebagainya[3]. Secara matematika, thermal noise digambarkan sebagai rataan nol dari proses Gaussian acak, dimana sinyal acak ialah hasil total dari variabel-variabel acak dari Gaussian noise dan sinyal dc, yaitu: z = a + n Dimana bentuk pdf dari Gaussian noise dapat dijabarkan sebagai berikut, dimana σ 2 ialah variansi dari n n p ( z) = exp (2.2) σ 2π 2 σ

18 Model sederhana dari thermal noise ialah jika diasumsikan bahwa nilai power spectral density G n (f) sama untuk semua frekuensi dan dinotasikan sebagai berikut: N 0 G n ( f ) = (2.3) 2 Dimana faktor 2 dimasukkan untuk mengindikasikan bahwa G n (f) ialah power spectral density untuk dua sisi. Ketika noise power mempunyai spectral density yang uniform, itu diartikan sebagai White noise. Kata White digunakan dengan arti yang sama dengan sinar putih, yang mengandung muatan yang sama untuk semua frekuensi di dalam rentang radiasi elektromagnetik (EM). Karena thermal noise muncul di semua sistem komunikasi dan merupakan sumber noise yang mutlak untuk sebagian besar sistem, karakteristik dari thermal noise yang Additive, White dan Gaussian adalah yang paling banyak digunakan sebagai noise pada sistem komunikasi.

STUDI SISTEM TRANSMISI PADA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)

STUDI SISTEM TRANSMISI PADA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA) STUDI SISTEM TRANSMISI PADA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA) HUBBUL WALIDAINY DAN DINI SULASTIANI Fakultas Teknik jurusan Elektro Universitas Syiah Kuala Jl. Syech Abdurraf no. 7 Darussalam-Banda

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, 31358-TE Tito Maulana, 31475-TE Ashif Aminulloh, 32086-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan komunikasi tanpa

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT Introduction to spread spectrum (SS) 1 A L F I N H I K M A T U R O K H M A N, S T., M T H T T P : / / A L F I N. D O S E N. S T 3 T E L K O M. A C. I D / LATAR BELAKANG 2 CDMA merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

Code Division multiple Access (CDMA)

Code Division multiple Access (CDMA) Code Division multiple Access (CDMA) 1.1 Konsep Dasar CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Malang Sistem Telekomunikasi Digital Page 1

Politeknik Negeri Malang Sistem Telekomunikasi Digital Page 1 A. Pengertian RAKE Receiver The Rake Receiver adalah sebuah penerima radio yang dirancang untuk mengatasi pengaruh dari multipath fading. Hal ini dilakukan dengan menggunakan beberapa "subreceiver" yang

Lebih terperinci

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA OVERVIEW Dalam sistem komunikasi wireless, efisiensi pemakaian lebar bidang frekuensi diusahakan diantaranya melalui teknik multiple akses, agar dalam alokasi frekuensi

Lebih terperinci

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access?? Teknik multiplex untuk menyalurkan banyak kanal ke dalam sebuah medium transmisi yang sama. Teknik Multiple Akses merupakan penggunaan medium transmisi yang sama oleh banyak user secara simultan. Apa perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH 2.1 Multipath fading pada kanal nirkabel Sinyal yang ditransmisikan pada sistem komunikasi bergerak nirkabel akan mengalami banyak gangguan akibat pengaruh

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami konsep multiple access.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi wireless saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat penting dalam banyak aspek di kehidupan sehari-hari. Semakin banyak komputer yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA Pada Tugas Akhir ini, akan dilakukan perencanaan jaringan VSAT CDMA pada Bank Mandiri, dengan hasil akhir nanti akan didapatkan apakah perlu

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Trinopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER 1 Outline Blok Sistem Komunikasi secara Umum

Lebih terperinci

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV Teknologi Seluler Pertemuan XIV Latar Belakang Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari sirkuit switching menjadi packet switching. Evolusi teknologi seluler terbagi

Lebih terperinci

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL Dosen: Ir. Arjuni BP, MT Dr. Enjang A. Juanda, M.Pd., MT PENDIDIKAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS 2.1 Pendahuluan Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh perusahaan Bell Telephone di Amerika, yang sebelumnya menggunakan pemancar berdaya

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENGENDALIAN DAYA DOWNLINK PADA SISTEM SELULAR CDMA

STUDI KASUS PENGENDALIAN DAYA DOWNLINK PADA SISTEM SELULAR CDMA STUDI KASUS PENGENDALIAN DAYA DOWNLINK PADA SISTEM SELULAR CDMA OLEH : FANNY FEDRINA S 41406110128 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 STUDI KASUS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi

BAB II DASAR TEORI. sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi BAB II DASAR TEORI Modulasi adalah proses dimana parameter gelombang pembawa diubah sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi sinyal digital.

Lebih terperinci

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse. I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak

Lebih terperinci

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii ABSTRAK Direct Sequence - code Division Multiple Acces (DS-CDMA) merupakan teknik CDMA yang berbasis teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). DS-CDMA adalah salah satu teknik akses spread spectrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message

Lebih terperinci

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi

Lebih terperinci

TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES

TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES 2012 TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES OLEH Yustrinana Damantalm (D411 08 366) Adrianus Bonny (D411 08 370) Astriana (D411 08 381) Muh. Hafiansyah (D411 08 329) JURUSAN ELEKTRO FAKULAS

Lebih terperinci

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital (lanjutan) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis sistem Direct Sequence CDMA dengan menggunakan kode penebar yang berbeda-beda dengan simulasi menggunakan program Matlab. Oleh

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk mendapatkan berbagai macam kemudahan dalam setiap aktifitasnya mendorong berbagai macam perubahan, salah satunya pada teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler Faculty of Electrical and Communication Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 Modul 9 Arsitektur Seluler Interface pada GSM MSC Transcoder BSC

Lebih terperinci

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3) Yuyun Siti Rohmah, ST.,MT Dadan Nur Ramadan,S.Pd,MT Tri Nopiani Damayanti,ST.,MT Suci Aulia,ST.,MT KONSEP DASAR SISTEM SELULER (SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS) BLOK SISTEM

Lebih terperinci

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM

Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM Teknik Modulasi dan Frekuensi GSM Isa Falaq Albashar, 31285-TE Umar Sidiq An Naas, 31768-TE Rezky Mahendra, 31789-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 PENDAHULUAN Komunikasi bergerak (mobile

Lebih terperinci

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA SIR dipakai untuk mengestimasi kondisi kanal dan selanjutnya sebagai informasi feedback pada closed-loop power control berbasis SIR untuk menentukan besar update daya pancar MS. Oleh karena itu, akurasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Multicarrier Code Divison Multiple Access (MC-CDMA) MC-CDMA merupakan teknik meletakkan isyarat yang akan dikirimkan dengan menggunakan beberapa frekuensi pembawa (subpembawa).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Komunikasi Bergerak Perkembangan sistem komunikasi dunia semakin marak dengan teknologiteknologi baru yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dimanapun, dengan siapapun dan

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULAR UTRA-TDD 2.1 UTRA-TDD UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) adalah sistem yang pertama kali dikembangkan oleh ETSI (European Telecommunications Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG TDMA (Time Divison Multiple Access) merupakan metode pengembangan dari FDMA yakni setiap kanal frekuensi masih dibagi dalam slot waktu sekitar 10 ms. Data pada setiap

Lebih terperinci

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA 2. 1 Code Division Multiple Access (CDMA) Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke tiga CDMA merupakan teknologi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya sistem komunikasi bergerak seluler, yang terwujud seiring dengan munculnya berbagai metode akses jamak (FDMA, TDMA, serta CDMA dan turunan-turunannya)

Lebih terperinci

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER Arsitektur jaringan seluler dibagi menjadi yaitu: 1. Generasi Kedua terdiri atas: SISTEM DECT (DIGITAL ENHANCED CORDLESS TELECOMMUNICATION) adalah

Lebih terperinci

Jakson Petrus M.B., S.Kom

Jakson Petrus M.B., S.Kom Jakson Petrus M.B., S.Kom Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Tersebar Spread spectrum atau spektrum tersebar adalah sebuah teknik komunikasi yang bersifat pita lebar (wide band) dan daya puncak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA 3.1 Simulasi Kanal Fading Rayleigh Proses simulasi yang digunakan untuk memodelkan kanal fading diambil dari

Lebih terperinci

Simulasi Performansi Payload HAPS (High Altitude Platform System) Untuk FWA (Fixed Wireless Access) Pada Sistem CDMA2000 1x

Simulasi Performansi Payload HAPS (High Altitude Platform System) Untuk FWA (Fixed Wireless Access) Pada Sistem CDMA2000 1x Simulasi Performansi Payload HAPS (High Altitude Platform System) Untuk FWA (Fixed Wireless Access) Pada Sistem CDMA2000 1x Rizkan Karyadi / 0222193 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

Frequency Division Multiplexing

Frequency Division Multiplexing Multiplexing 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing FDM Sinyal yang dimodulasi memerlukan bandwidth tertentu yang dipusatkan di sekitar frekuensi pembawa disebut channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI.

BAB II DASAR TEORI. BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengenalan Teknologi CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak yang memisahkan setiap percakapan dalam domain kode. CDMA merupakan

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? KELOMPOK 4 1.BAYU HADI PUTRA 2. BONDAN WICAKSANA 3.DENI ANGGARA PENGENALAN TEKNOLOGI 2G DAN 3G Bergantinya teknologi seiring majunya teknologi yang

Lebih terperinci

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana : Frekuensi Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Terbatasnya spektrum frekuensi

Lebih terperinci

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa

Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon selular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa depan CDMA adalah teknologi berbasis spread spectrum

Lebih terperinci

Jaringan Komputer Multiplexing

Jaringan Komputer Multiplexing Jaringan Komputer Multiplexing Multiplexing Frequency Division Multiplexing FDM Bandwidth yang bisa digunakan dari suatu media melebihi bandwidth yang diperlukan dari suatu channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang spesifik. MS BTS BSC TC MSC EIR

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang spesifik. Secara umum jaringan GSM dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA Linda Nurmalia, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MULTIPLEXING Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Multiplexing: Proses penggabungan beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ 3.1 Trafik dan Kanal Dalam jaringan telekomunikasi, pola kedatangan panggilan (voice ataupun data) dan pola pendudukan dideskripsikan dengan

Lebih terperinci

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

6.2. Time Division Multiple Access (TDMA)

6.2. Time Division Multiple Access (TDMA) 6.2. Time Division Multiple Access (TDMA) Pada sistem FDMA, domain frekuensi di bagi menjadi beberapa pita non-overlaping, oleh karena itu setiap pesan pengguna dapat dikirim menggunakan band yang ada

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak ABSTRAK Nur Hidayati Hadiningrum 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang sangat pesat, maka sistem komunikasi wireless digital dituntut untuk menyediakan layanan data

Lebih terperinci

LAYER FISIK TERKAIT LAYER FISIK: 1. SINKRONISASI 2. PHYSICAL ENCODING : NRZI, NRZ, MANCHESTER, AMI 3. GANGGUAN LAYER FISIK

LAYER FISIK TERKAIT LAYER FISIK: 1. SINKRONISASI 2. PHYSICAL ENCODING : NRZI, NRZ, MANCHESTER, AMI 3. GANGGUAN LAYER FISIK LAYER FISIK LAYER FISIK TERKAIT LAYER FISIK: 1. SINKRONISASI 2. PHYSICAL ENCODING : NRZI, NRZ, MANCHESTER, AMI 3. GANGGUAN LAYER FISIK MODE TRANSMISI Mode Transmisi merupakan cara suatu data dikirimkan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015

SISTEM KOMUNIKASI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 SISTEM KOMUNIKASI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 Definisi Sistem Komunikasi Komunikasi Proses pertukaran informasi, biasanya menggunakan bentukbentuk

Lebih terperinci

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI Komunikasi adalah suatu pengalihan informasi dan pengertian diantara bagian individu, dan suatu proses pengiriman dari lambang- lambang antar pribadi dengan makna-makna yang dikaitkan

Lebih terperinci

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan

Lebih terperinci

Pengenalan Teknologi 4G

Pengenalan Teknologi 4G Pengenalan Teknologi 4G Trend teknologi komunikasi masa depan adalah teknologi baru yang benar-benar mengadopsi tren yang sedang berkembang, dimana komputer dapat berfungsi sebagai alat telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II CDMA (CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS) Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

BAB II CDMA (CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS) Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh BAB II CDMA (CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS) 2.1 Pendahuluan Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh perusahaan Bell Telephone di Amerika, yang sebelumnya menggunakan pemancar

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) 3.1 Interferensi Radio FM Pada komunikasi satelit banyak ditemui gangguan-gangguan (interferensi) yang disebabkan oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Abstrak Ayu Node Nawwarah 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV Pertemuan XIV SISTEM SELULAR Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak disebut dengan sistem cellular karena daerah layanannya dibagi bagi menjadi

Lebih terperinci

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT Modulasi Digital Levy Olivia Nur, MT Model Komunikasi Digital Sumber informasi Analog atau digital Format Simbol digital Modulator Channel Baseband atau bandpass Noise Tujuan Informasi Unformat Demodulat

Lebih terperinci

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM 2.1 STRUKTUR FRAME GSM Sistem telekomunikasi GSM (Global System for Mobile communication) didasari oleh teknologi TDMA (Time Division Multiple Access), dimana sistem ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transmisi data berkecepatan tinggi dan mobilitas user yang sangat tinggi semakin meningkat. Transmisi data berkecepatan tinggi menyebabkan banyak efek multipath

Lebih terperinci

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Analisa Kinerja Space Time Block Coding pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Andhini Dwitasari, Yoedy Moegiharto Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Perkembangan teknologi komunikasi berupa sistem komunikasi bergerak bukanlah hal yang baru dalam masyarakat di jaman sekarang ini. Kebutuhan akan pertukaran informasi saat ini semakin meningkat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mencari spectrum holes. Spectrum holes dapat dicari dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mencari spectrum holes. Spectrum holes dapat dicari dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini akan membahas efisiensi spektrum dan energi dengan metode energy detection yang bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan spektrum dengan mencari

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL OLEH : 1.RAHMAT JALANI (D41110014) 2.MUH REZA ADRIAN (D41110256) 3.LORA GALA P (D41110284) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang dengan pesatnya. Evolusi sistem komunikasi kini telah mencapai generasi ke-3 (3G) dimana generasi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT JARINGAN RADIO (RADIO NETWORK) BERBASIS UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Teknik Multiple Access

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Teknik Multiple Access BAB II DASAR TEORI.1 Definisi Teknik Multiple Access Konsep dasar dari teknik multiple access yaitu memungkinkan suatu titik dapat diakses oleh beberapa titik yang saling berjauhan dengan tidak saling

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu

Lebih terperinci

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT 2.1 Konfigurasi Jaringan VSAT Antar stasiun VSAT terhubung dengan satelit melalui Radio Frequency (RF). Hubungan (link) dari stasiun VSAT ke satelit disebut uplink, sedangkan

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR MENGATASI ADJACENT CHANNEL INTERFERENCE 3G/WCDMA PADA KANAL 11 & 12 MILIK OPERATOR AXIS DENGAN MENGUNAKAN BAND PASS FILTER STUDI KASUS SITE PURI KEMBANGAN Diajukan guna melengkapi sebagian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING T.B. Purwanto 1, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) TEKNOLOGI SELULER ( GSM ) GSM (Global System for Mobile communication) adalah suatu teknologi yang digunakan dalam komunikasi mobile dengan teknik digital. Sebagai teknologi yang dapat dikatakan cukup

Lebih terperinci