BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelola, karyawan, dan anak asuh memiliki ikatan batin yang kuat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Tipe - tipe Interaksi Sosial menurut James S. Coleman

RELASI PERGAULAN DALAM PEMBENTUKAN IN-GROUP FEELING PADA PENGHUNI PANTI ASUHAN SANTA MARIA GANJURAN, BANTUL SKRIPSI

Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan lokasi di Panti asuhan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus berinteraksi. Sama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB V PENUTUP. berbeda jenis dan sistem penanganan anak jalanan gelandagan dan pengemis,

KELOMPOK SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M. SI

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

Ciri dan Syarat Kelompok Sosial

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. berkawan sehingga dia disebut social animal. Hal terpenting di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia dan sebagai generasi penerus dalam suatu keluarga maupun

BAB I PENDAHULUAN. sekian banyak ciptaannya, makhluk ciptaan yang menarik, yang dapat

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MERANTI BERIMBA (MEMBINA RAKYAT PANTI BERSAMA RIMBAWAN) BIDANG KEGIATAN: PKM-M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

1 Universitas Kristen Maranatha

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

PENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL MELALUI PROGRAM SAUDARA ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pert. 6 KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah Bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari bantuan orang lain

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang. dimilikinya untuk orang lain dalam masyarakat.

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kreatifitas dan meningkatkan keterampilannya agar menjadi sumber daya manusia

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

INDIKATOR BIDANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. untuk peduli terhadap permasalahan di sekitar dapat menguatkan masyarakat

Tujuan Instruksional Khusus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB IV ANALISA TERHADAP PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. bukan hal baru terjadi dalam kehidupan pesantren. Terdapat beberapa. penelitian terkini yang menjelaskan bagaimana bentuk perilaku

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB IV ANALISIS DATA. kualitatif yang berguna untuk menelaah semua data yang diperoleh. 1. Proses Komunikasi Dalam Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia telah mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya,

BAB II KEUTAMAAN SEDEKAH

BAB II INTERAKSI SOSIAL

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan keberadaan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Keterbatasan manusia inilah yang menyebabkan manusia satu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Manusia atau seseorang melakukan serba hubungan dengan manusia-manusia lainnya yang disebut kelompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang esensi ( Widjaja, 1986: 8). Menurut Simmel dunia nyata tersusun dari peristiwa, tindakan, interaksi, dan lain sebagainya yang tidak terhingga (Ritzer, 2011: 179). Suatu himpunan manusia dapat membentuk jaringan kelompok sosial jika terdapat faktor-faktor tertentu yang melatar belakangi terbentuknya kelompok sosial tersebut, diantaranya adalah adanya persamaan perasaan atau latar belakang tertentu. Guna memecahkan teka-teki realitas ini orang menatanya dengan menerapkan sejumlah pola atau bentuk padanya. Seseorang berinteraksi dengan manusia lainnya dan membentuk adanya sebuah pola sosial dalam menjalankan kehidupannya. Kelompok sosial yang ada di masyarakat menjadi bentuk platform bagi para anggotanya dalam pola-pola asosiasi. Kelompok primer terdapat 1

2 interaksi sosial yang intensif dan erat antara anggotanya. Kelompok primer adalah kelompok yang disifati dengan adanya keakraban, kerja sama dan hubungan tatap muka (Thoha, 1988: 84). Hal ini pula yang terjadi di Panti asuhan Santa Maria Ganjuran. Panti asuhan Santa Maria Ganjuran merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial dan mengusahakan kesejahteraan sosial bagi anggotanya. Seperti layaknya Panti asuhan lainnya, Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan. Keadaan di Panti asuhan ini sangat heterogen, terdiri dari sejumlah anak asuh dari berbagai macam latar belakang. Berbagai macam alasan telah mengakibatkan mereka tinggal di Panti asuhan Santa Maria Ganjuran ini. Adanya perbedaan suku, ras dan karakteristik diantara anak asuh bukan menjadi halangan untuk mereka dapat membaur tinggal dalam satu atap membentuk keluarga besar dalam naungan yayasan. Hal ini mengakibatkan timbulnya satu perasaan yang berlandaskan kebersamaan. Kehidupan kelompok yang kokoh terhadap kegiatan anggotanya akan menimbulkan suatu sense of belongingness. Perasaan ini memiliki arti yang mendalam pada kehidupan individu dan merupakan sikap peranan bahwa ia termasuk dalam suatu kelompok sosial. Panti asuhan Santa Maria Ganjuran bertugas merawat anak-anak kurang beruntung dengan berbagai latar belakang dan alasan yang mengharuskan mereka untuk tinggal dan diasuh oleh panti asuhan. Alasanalasan tersebut misalnya korban bencana alam seperti gempa Bantul tahun

3 2007 yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa dan harta benda, juga terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain. Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi sebagian besar menunjukkan tidak berfungsinya peranan keluarga seperti seharusnya. Anak - anak yatim piatu dirawat di bawah naungan para biarawati Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul untuk meletakkan dasar yang baik dalam batin mereka. Mereka diajarkan mengenai pendidikan agama dan ketrampilan hidup. Anakanak asuh di Panti asuhan Santa Maria Ganjuran, Bantul juga ikut serta dalam belajar formal (sekolah). Tujuannya adalah agar kelak anak asuh dapat hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat juga negara. Panti asuhan Santa Maria Ganjuran, Bantul berdiri dibawah naungan yayasan susteran CB. Bidang sosial merupakan salah satu pilihan karya Yayasan Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul. Yayasan susteran CB memberikan perhatian melalui keterlibatan dalam pergumulan kaum miskin dan golongan tersisih di masyarakat. Memberi pelayanan bagi anak-anak jalanan, yatim piatu, cacat, dan putus sekolah dalam mengupayakan rehabilitasi sosial, peningkatan taraf ekonomi pedesaan dan konsultasi sosial. Kelompok sosial yang terjalin pada panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul menjadi inti kehidupan dari masyarakat. Anggota menjadi diri sendiri dari keanggotaan dalam kelompok. Keanggotaan dan partisipasi dalam kelompok sosial akan memberikan suatu perasaan memiliki. Kelompok (group) terdiri dari orang-orang yang saling berinteraksi dan berbagi nilai, norma, harapan yang sama. Kelompok ini disebut dengan face-to-face group

4 dimana dalam anggota-anggotanya sering berhadapan muka sehingga mengenal semakin dekat dan hubungannya pun semakin erat. Kelompok primer ini bercorak kekeluargaan dan disebut gemeinschaft atau paguyuban. Gemeinschaft sebagai persekutuan hidup di mana orang-orang memelihara hubungan berdasar pertalian yang erat, perasaan satu, sehingga persekutuan hidup bersatu jiwa yang menghasilkan kebiasaan bersama (Shadily, 1983: 17). Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggotaanggota terikat oleh hubungan batin yang bersifat murni yang berdasar cinta kasih. Seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies bahwa dalam suatu paguyuban atau gemeinschaft mempunyai ciri pokok yaitu intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra. Private, hubungan yang bersifat pribadi dan Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja dan tidak untuk orang lain diluar kita (Gerungan, 1996 : 90). Sebuah kelompok sosial dapat dilihat adanya individu yang bertindak sebagai pelaku orang (natural person) dan pelaku kelompok (corporate actor). Pada suatu kelompok terdiri dari relasi-relasi di antara para pelaku kelompok. Pelaku kelompok (corporate actor) tidak tersusun dari orang, tetapi posisi (Coleman, 2010: 732). Pelaku orang (natural person) bertindak sebagai individu bukan dalam status dan posisi tertentu. Pengkategorian individu sebagai pelaku orang atau pelaku kelompok ini akan berpengaruh pada perilaku dan tindakannya di kehidupan sehari-hari misalnya saja yang terjadi pada Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran ini, dimana individu sebagai pelaku kelompok dapat menjalankan perannya justru sebagai pelaku orang.

5 Status dan posisi seseorang tidak lagi digunakan, namun tindakan yang dilakukan seseorang sebagai individu (natural person), contohnya suster biarawati yang memiliki posisi sebagai ketua sekaligus pengasuh telah menganggap anak asuh sebagai anaknya sendiri bukan sekedar sebagai anak yatim-piatu. Berdirinya suatu kelompok maka akan timbul pula perasaan antara anggotanya, dan juga disebut dengan sikap perasaan in-group atau in-group feeling. Dilihat dari tipe interaksi tersebut (antara pelaku orang dan pelaku kelompok) maka dapat memunculkan adanya in-group feeling. Kelompok dimana kita merasa setia dinamakan kelompok dalam (in - group) ; kelompok dimana kita merasakan antagonisme atau merasa kelompok lain yang bukan bagian dari kita dinamakan kelompok luar (out - group). Hal ini berhubungan dengan seluk-beluk usaha yang dialami oleh anggotanya dalam terjadinya interaksi-interaksi. Sikap perasaan in-group ini merupakan suatu sikap perasaan terhadap orang dalam. In-group feeling ini berperan dalam menentukan kawan anggota in-group. Perasaan dalam kelompok ini kemudian berperan serta di kegiatan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan adanya solidaritas yang dibentuk dalam kelompok tersebut. In-group ini telah terikat dalam diri masing-masing anggota dan memiliki perasaan yang dalam karena untuk mencapai perasaan in-group haruslah mengalami pembuktian. Pembuktian tersebut berupa sikap solider dengan kelompoknya atau apa saja yang telah dilakukan demi kelangsungan kelompoknya, hal ini

6 semacam suatu pengorbanan dan sumbangsih yang membuktikan kepedulian anggota dengan kelompok tersebut. Kehidupan kelompok sosial akan digerakkan oleh adanya individuindividu yang menjalankannya dalam interaksi-interaksi yang dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh George Herbert Mead bahwa dalam interaksi sosial dimulai dari adanya tindakan sosial yang dilakukan oleh individuindivu dalam proses sosial berupa pola interaksi yang terus berkelanjutan yang menyatukan individu (Ritzer, 2011: 394). Pembentukan suatu perasan In-group Feeling yang ada diawali dengan tipe-tipe interaksi sosial baik diantara anak asuh maupun antara anak asuh dengan pengasuh Panti asuhan. Tipe-tipe interaksi yang terjalin dapat melibatkan individu sebagai diri mereka sendiri maupun individu sebagai bagian dari unsur struktural sebuah sistem sosial Panti asuhan Santa Maria Ganjuran. Bagaimana tipe-tipe interaksi yang terjalin di kalangan anak asuh sehingga mampu melahirkan adanya sikap memiliki dengan mengidentifikasikan diri sebagai anggota dalam kelompok. Berdasar latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat apa sajakah dan bagaimanakah tipe - tipe interaksi yang terjalin antara anak asuh di Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul sehingga dapat menimbulkan perasaan In-group feeling didalamnya.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka teridentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Tidak berfungsinya fungsi keluarga dengan baik sehingga memaksa anakanak asuh untuk tinggal di panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul. 2. Adanya nilai-nilai sosial dan norma yang dilanggar oleh warga penghuni Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul. 3. Terjadinya konflik yang terjadi di antara anak asuh Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul yang terjadi akibat interaksi yang terjalin. 4. Munculnya permasalahan dalam interaksi antar penghuni Panti Asuhan berupa hubungan antara pelaku kelompok dan orang, respon yang kurang baik antara keduanya. 5. Adanya masalah yang timbul dari perbedaan dasar antara pelaku orang dan pelaku kelompok berhubungan dengan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya kajian tentang permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan keterbatasan yang ada maka penelitian ini akan difokuskan untuk mengkaji tentang bagaimanakah relasi pergaulan dalam pembentukan In-group feeling pada penghuni Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul.

8 D. Perumusan Masalah Adapun rumusan permasalahan sebagai fokus kajian dari penelitian ini adalah: Bagaimanakah relasi pergaulan dalam pembentukan In-group feeling pada penghuni Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui bagaimana relasi pergaulan dalam pembentukan In-group feeling pada penghuni Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul. F. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian diharapkan hasilnya digunakan untuk: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai masukan bagi masyarakat setempat dan masyarakat luasuntuk lebih peduli, memberi dukungan positif baik berupa materi maupun mental demi keberlangsungan dan tercapainya tujuan lembaga panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul. b. Menjadi bahan referensi bagi lembaga panti asuhan Santa Maria Ganjuran, Bantul sendiri dalam perkembangannya dan kemajuan sehingga dapat terus berkarya bagi sesama.

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta 1) Menambah wawasan dan pemahaman terhadap kajian ilmu Sosiologi khususnya mengenai tipe-tipe interaksi dalam pembentukan in-group feeling serta pengetahuan mengenai lembaga panti asuhan. 2) Menambah pembendaharaan pengetahuan tentang lembaga panti asuhan yang sangat bermanfaat keberadaannya dalam masyarakat sebagai tempat para anak yatim piatu berkembang dan memperoleh sosialisasi. b. Bagi Mahasiswa Sebagai acuan terhadap penelitian dimasa yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah koleksi bacaan dan informasi sehingga dapat digunakan sebagai sarana dalam menambah wawasan yang lebih luas. 1) Bagi Peneliti a) Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelasaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana (S1) pada program studi Pendidikan Sosiologi FIS UNY b) Memberi bekal pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku kuliah ke dalam karya nyata.

10 c) Dapat mengetahui bagaimanakah tipe-tipe interaksi dalam pembentukan in-group feeling yang ada di panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul