BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistika deskriptif membahas ruang lingkup distribusi frekuensi mencakup tendensi sentral, dispersi, dan grafik / diagram distribusi. Tendensi sentral adalah nilai statistik yang memberikan gambaran pemusatan nilai-nilai dari suatu data yang diamati. Tendensi sentral meliputi rata-rata /mean, median, modus / mode, kuartil. Dispersi adalah nilai statistik yang menunjukkan seberapa besar nilai-nilai dalam suatu data memiliki nilai yang berbeda. Dispersi meliputi diantaranya yaitu simpangan baku / standard deviation, nilai maksimum, nilai minimum, range, dan varians. Grafik / diagram distribusi adalah data yang disajikan dalam bentuk gambar grafik / diagram yang bertujuan agar nilai data yang satu dengan yang lain dapat lebih mudah dibandingkan oleh pembaca. Grafik / diagram dapat berupa histogram dan kurva distribusi normal. Tabel 4.1 berikut ini adalah beberapa data statistik deskriptif dari tujuh perusahaan farmasi yang ada BEI. N atau jumlah yang valid (sah untuk diproses) adalah 42 buah, sedangkan yang hilang (missing) adalah nol. Berarti semua data tentang struktur modal, ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan diproses. 40
Struktur modal Tabel 4.1 Statistik Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan penjualan N Valid 42 42 42 42 Missing 0 0 0 0 Mean.3504771 11.8880964.1395410.1523100 Median.3460000 11.8493450.1174900.1440050 Mode.14585 a 10.88395 a.00173 a -.27268 a Std. Deviation.13732637.57600625.10258524.16775238 Variance.019.332.011.028 Minimum.14585 10.88395.00173 -.27268 Maximum.76249 12.84711.41156.54735 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Variabel struktur modal mempunyai mean 0.35 memberikan gambaran secara umum bahwa perusahaan-perusahaan farmasi yang diteliti berkisar 35% (terhadap total ekuitas) memiliki struktur pendanaan menggunakan hutang. Variabel ukuran perusahaan mempunyai mean 11.89 yang merupakan nilai log dari total asset, memberikan kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan farmasi yng diteliti memiliki total asset sebagian besar adalah Rp 776.247.116.600,-. Variabel profitabilitas mempunyai mean 0.139 memberikan ukuran laba secara umum bahwa perusahaan-perusahaan farmasi tersebut memiliki laba berkisar 13.9 % terhadap total asset. Variabael pertumbuhan penjualan mempunyai mean 0.152 menggambarkan secara umum pertumbuhann penjualannya berkisar 15.2% pertahun. Variabel struktur modal, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan memiliki median yaitu 0.346 (34.6%), 11.85 (Rp 707,945,784,400.00), 0.117 (11.7%), 0.144 (14.4%) memberikan panduan untuk 41
memperkirakan data berdasarkan nilai tengahnya / nilai tengah distribusi data perusahaa-perusahaan farmasi yang diteliti. Variabel struktur modal, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan memiliki standar deviasi 0.137, 0.576, 0.102, 0.168 artinya penyimpangan masing-masing data variabel terhadap nilai rata-ratanya sebesar 13.7%, Rp 3,77.00, 10.2%, 16.8%. B. Analisis Regresi Berganda 1. Pengujian Linieritas Terbatasnya jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian, dikarenakan memang jumlah perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI masih relatif sedikit yaitu sembilan perusahaan. Sembilan perusahaan itu, harus ditrimming / dipangkas lagi menjadi tujuh perusahaan. Dua perusahaan yang tidak diikutsertakan dalam penelitian yaitu PT. Indofarma, Tbk dan PT. Schering Plough Indonesia, Tbk kareana memiliki data-data outlier yang menyebabkan distribusi data menjadi tidak normal. Dari ketujuh data yang diteliti pun masih terdapat data outlier, namun distribusi datanya masih normal (seperti hasil pengujian di bawah berikut ini. a. Uji Normalitas Uji Normalitas dengan kolmogorov-smirnov menghasilkan data sebagai berikut : Dari tabel 4.2 dan 4.3 diperoleh angka probabilitas atau asym. Sig. (2-tailed), dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: H 0 : apabila asym.sig > 0.05 maka H 0 diterima, data berdistribusi normal H a : apabila asym.sig < 0.05 maka H 0 ditolak, data berdistribusi tidak normal. 42
Variabel struktur modal (0,862 > 0.05), ukuran perusahaan (0.926 > 0.05), profitabilitas (0.103 > 0.05), pertumbuhan penjualan (0.157 > 0.05), semuanya berdistribusi normal. Variabel Unstandardized Residual (0.207 > 0.05) juga berdistribusi normal. Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Struktur modal Ukuran penjualan Pertumbuhan Profitabilitas penjualan Mean N 42 42 42 42 Normal.3504771 11.8880964.1395410.1523100 Parameters a,,b Std. Deviation.13732637.57600625.10258524.16775238 Most Extreme Differences Absolute.093.084.188.174 Positive.093.073.188.174 Negative -.085 -.084 -.100 -.145 Kolmogorov-Smirnov Z.602.547 1.219 1.128 Asymp. Sig. (2-tailed).862.926.103.157 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 43
Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 42 Normal Parameters a,,b Mean.0000000 Std. Deviation.12186841 Most Extreme Differences Absolute.164 Positive.164 Negative -.083 Kolmogorov-Smirnov Z 1.064 Asymp. Sig. (2-tailed).207 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. b. Multikolinieritas Berdasarkan coefficient di bawah ini diketahui bahwa nilai VIF adalah: 1,021 (variabel ukuran perusahaan); 1,016 (variabel profitabilitas) dan 1,014 (variabel pertumbuhan penjualan). Hasil ini berarti variabel terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas, karena hasilnya lebih kecil dari 10. Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Ukuran perusahaann.980 1.021 Profitabilitas.984 1.016 Pertumbuhan penjualan.986 1.014 a. Dependent Variable: Struktur modal Tabel 4.4 44
c. Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedatistas pada suatu data dapat dilihat dari pola gambar scatter plot data tersebut. Menurut Agus (2009: 79) suatu data tidak terdapat heteroskedatistas jika penyebaran titiktitik data sebaiknya tidak berpola, titik-titik di atas dan dibawah atau sekitar angka 0, dan titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. Gambar 4.1 Scatterplot hasil uji heteroskedisitas Berdasarkan gambar scatterplot di atas menunjukan bahwa data terbebas dari heteroskedatistas. 45
d. Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada t-1 (periode sebelumnya) (Yudi : 2008). Tabel 4.5 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1.461 a.212.150.12658763.889 a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan penjualan, Profitabilitas, Ukuran penjualan b. Dependent Variable: Struktur modal Dari tabel di atas dapat diketahui nialai Durbin Watson (D W ) sebesar 0.889 dari jumlah sampel 42 dengan variabel berjumlah 4 (n = 42, k = 4) dan tingkat significant 0,05. Dengan data tersebut D L =1.664 D U = 1.356. Tabel 4.6 Tabel hasil uji Durbin Wetson (D W ) Jika 0 < 0.889 < 1.664 1.664 0.889 1.356 2.336 < 0.889 < 4 2.644 < 0.889 < 2.336 1.356 < 0.889 < 2.644 Keputusan Ada Autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi 46
Berdasarkan tabel di atas, maka dalam penelitian ini terdapat autokorelasi. Hal ini ini dikarenakan nilai D W lebih dari 0 dan kurang dari D L = 1.664. Dari ketiga pengujian asumsi klasik di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel-variabel yang terdapat pada model penelitian bebas dari dua asumsi klasik yaitu multikolinearitas dan heteroskedatistas, tetapi tidak bebas autokorelasi. Penelitian tetap dilakukan, karena pada penelitian ini hanya untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, bukan untuk membuat prediksi. 2. Analisis Regresi Hipotesis yang sudah dirumuskan pada bab III harus diuji. Pengujian ini akan membuktikan H 0 atau H a yang akan diterima. Jika H 0 ditolak maka H a diterima, berarti ada hubungan yang linier. Analisa yang digunakan pada pengujian kali ini adalah Uji f dan Uji t. Uji f dilakukan untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Uji t dilakukan untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. a. Uji f, untuk pengaruh secara simultan Hipotesa uji f pada penelitian ini adalah : 47
D Tabel 4.7 ANOVA b a r i Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1Regression.164 3.055 3.417.027 a Residual.609 38.016 Total.773 41 a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan penjualan, Profitabilitas, Ukuran penjualan b. Dependent Variable: Struktur modal T Tabel ANOVA di bawah terlihat bahwa nilai P-value dari F atau taraf signifikansi sebesar 0.027 < α = 0.05 maka dapat disimpulkan yaitu bahwa H 04 ditolak, H a4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan struktur modal. Tabel 4.8 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.461 a.212.150.12658763 a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan penjualan, Profitabilitas, Ukuran penjualan b. Dependent Variable: Struktur modal Model summary, angka R Square 0.212. Nilai R Square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nugroho (2005) menyatakan, untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Sequare, karena disesuaikan dengan jumlah 48
variabel independen yang digunakan. Angka Adjusted R Square adalah 0.150, artinya 15.0% variabel dependen struktur modal dijelaskan oleh variabel indepanden yang terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan, dan sisanya 85% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Jadi hanya sebagian kecil variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model. e. Uji t, untuk pengaruh secara parsial Tabel 4.9 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1(Constant).004.419.009.993 Ukuran perusahaan.035.035.147 1.013.318 Profitabilitas -.558.194 -.417-2.870.007 Pertumbuhan penjualan.046.119.057.391.698 a. Dependent Variable: Struktur modal Berdasarkan tabel coefficients di atas maka dapat di buat persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0.004 + 0.035 UP 0.558P + 0.046PP atau Struktur Modal = 0.004 + 0.035(Ukuran Perusahaan) 0.558 (Profitabilitas) + 0.046(Pertumbuhan Penjualan) Berdasarkan persamaan regresi di atas maka dapat di analisa sebagai berikut: 49
1) Ukuran perusahaan Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0.035 (hasil log) menyatakan bahwa setiap kenaikan (karena tanda positif) nilai 1 (Rp 10,-) ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai struktur modal Rp 10 0,035 (Rp 1.084,-) Dan sebaliknya, jika nilai ukuran perusahaan menurun sebesar nilai 1 maka nilai struktur modal diprediksi mengalami penurunan sebesar Rp 10 0.035 (Rp 1.084,-) dengan anggapan profitabilitas dan pertumbuhan penjualan tetap. Ini menunjukkan adanya hubungan positif / searah terhadap kebijakkan struktur modal. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula nilai struktur modal. Ukuran perusahaan mempunyai P-value / Sig. sebesar 0.318 > (α) 0.05, ini berarti H 01 diterima, H a1 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini tidak bersesuaian dengan kesimpulan Diah (2009) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang, tetapi berkesimpulan sama bahwa ukuran perusahaan mempunyai arah koefesian regresi yang sama, yaitu positif. Ini juga tidak sesuai dengan Yuhasril (2006) berkesimpulan bahwa struktur aktiva tetap konsisten berhubungan dan mempengaruhi struktur modal, tetapi mendukung kesimpulan Tri (2007) bahwa 50
variabel firm size tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu struktur modal. Hasil analisis regresi pada firm size, ini terjadi karena ketujuh perusahaan farmasi yang diteliti memiliki total aktiva dengan ekuitas lebih besar daripada hutang, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dalam sturktur pendanaannya lebih banyak menggunakan modal sendiri dari pada menggunakan hutang, ini terlihat dengan rata-rata leverage ratio 35 %, namun demikian, firm size tetap berpengaruh tetapi tidak signifikan. 2) Profitabilitas. Koefisien regresi profitabilitas sebesar -0.558, ini menunjukkan adanya hubungan negatif / berbanding terbalik terhadap kebijakkan struktur modal. Setiap profitabilitas naik 1% maka akan menurunkan nilai struktur modal 0.558%, sehingga semakin besar profitabilitas suatu perusahaan maka nilai struktur modal semakin menurun. Profitabilitas mempunyai P-value / Sig. sebesar 0.007 < (α) 0.05, ini berarti H 02 ditolak, H a2 diterima, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini tidak mendukung Tri (2007) menyimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu struktur modal. Ketujuh perusahaan farmasi yang diteliti memiliki ekuitas lebih besar daripada hutang, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dalam 51
nilai sturktur modal lebih banyak meningkatkan ekuitas dengan mendapatkan profit, ini terlihat dengan rata-rata profitabilitas 14 %. 3) Pertumbuhan Penjualan Koefisien regresi pertumbuhan penjualan sebesar 0.046 menyatakan bahwa setiap pertumbuhan penjualan naik (karena tanda positif) 1%, maka akan meningkatkan nilai struktur modal senilai 0.046%. Dan sebaliknya, jika nilai pertumbuhan penjualan menurun sebesar 1%, maka nilai struktur modal diprediksi mengalami penurunan sebesar 0.046% dengan anggapan ukuran perusahaan dan profitabilitas tetap. Ini menunjukkan adanya hubungan positif/searah terhadap kebijakkan struktur modal. Semakin besar pertumbuhan penjualan maka semakin besar pula nilai struktur modal. Pertumbuhan penjualan mempunyai P-value / Sig. sebesar 0.698 > (α) 0.05, ini berarti H 03 diterima, H a3 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nina (2009) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh antara pertumbuhan penjualan dengan kebijakan hutang dan berkesimpulan sama bahwa ukuran perusahaan mempunyai arah koefesian regresi yang sama, yaitu positif. Tri (2007) menyimpulkan sama bahwa variabel pertumbuhan penjualan, tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu struktur modal. 52
Hasil analisis regresi pada pertumbuhan penjualan, ini terjadi karena ketujuh perusahaan farmasi yang diteliti memiliki pertumbuhan penjualan relatif kecil yaitu 15 %, sementara perusahaan lebih mengutamakan ekuitas dalam permodalan. Nilai ekuitas ini dapat pula diperoleh dari modal disetor, namun demikian, pertumbuhan penjualan tetap berpengaruh tetapi tidak signifikan. 53
54