BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

POTENSI PETERNAKAN SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DAGING SAPI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Proyeksi Populasi Sapi dan Nasional

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

DAMPAK PEMELIHARAAN TERNAK DI KAWASAN PANTAI UTARA KABUPATEN TTU TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu usaha peternakan yang banyak dilakukan oleh masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT. dan GUBERNUR JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi, air dan segala yang berada di dalamnya merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat Indonesia sebagai anugrah sekaligus amanah untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat, saat ini dan dimasa yang akan datang. Hal ini diyakini sebagai sesuatu yang harus dikelola sebaik-baiknya dan dipertanggungjawabkan tidak hanya didunia tetapi diakhirat kelak. Bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi kemanusiaan yang lebih adil dan lebih beradab merupakan usaha yang harus terus dilakukan tanpa mengenal kata menyerah dalam setiap kegiatan pembangunan. Pandangan filosofis tersebut merupakan panduan pokok dan harus diartikan sebagai amanah rakyat yang harus diemban oleh setiap pengelola negara dan pengambil keputusan. Sejalan dengan pandangan filosofis di atas, pemerintah menyadari benar arti penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat mencanangkan suatu program yang dikenal dengan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Pencanangan program RPPK ini adalah untuk melihat lebih jauh peran ketiga sektor tersebut sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi, serta menekankan kembali arti penting ketiga sektor tersebut dalam rangka ketahanan

pangan, mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional.( http//ntbprov.go.id, 2009) Dengan diluncurkannya program RPPK oleh pemerintah pusat sebagai salah satu bentuk penjabaran dari amanah UUD 45, dengan cerdas dan tanggap, pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat segera menjabarkan kembali dalam bentuk program Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS), Tentu tidak ketinggalan khususnya Kabupaten Sumbawa sebagai bagian dari wilayah NTB semakin mengukuhkan komitmennya menjadikan Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan. Pembangunan sub-sektor peternakan pada dasarnya merupakan implementasi dan bagian dari kebijakan pembangunan pertanian yang memiliki nilai penting dalam ketahanan pangan dan berupaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Penanganan masalah pangan menjadi sangat penting seiring dengan perubahan struktural ekonomi ( the structural change of economy ), dalam perubahan ini sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan baku yang mampu menciptakan dampak peningkatan nilai tambah. Ini berarti sektor pertanian dalam arti luas bukan saja memiliki peran yang sangat strategis, namun juga memiliki peran yang sangat besar, terutama dalam usaha mengatasi masalah kekurangan pangan dan gizi yang masih dialami oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam mengukuhkan komitmennya sebagai kabupaten peternakan, kabupaten Sumbawa sebenarnya sudah lama dikenal sebagai kabupaten penghasil ternak / gudang ternak di Indonesia, khusunya ternak besar yaitu sapi, kerbau dan kuda. Hal ini dibuktikan dengan melihat populasi ternak besar dikabupaten Sumbawa dari tahun ke

tahun terus mengalami peningkatan khususnya sapi, sehingga mampu menghasilkan ternak bibit dan ternak potong khususnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sebagian dikirim ke daerah-daerah lain di Indonesia bahkan sampai ke mancanegara. Pada tahun 2009 jumlah ternak berdasarkan hasil registrasi ternak adalah sapi ; 129.194 ekor, kerbau ; 56.636 ekor dan kuda ; 37.326 ekor. (BPS Kab. Sumbawa, 2009) Peternakan merupakan salah satu sektor pembangunan yang menjadi andalan kabupaten Sumbawa. Hal ini di barengi oleh dukungan yang kuat dari pemerintah dan swasta serta yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan alam, dimana banyaknya lahan yang dapat digunakan untuk peternakan dan hamparan padang rumput/padang penggembalaan sebagai tempat pengembangan peternakan di kabupaten Sumbawa. Tahun 2009 terdapat 60 titik sebaran lokasi lar dari Sumbawa bagian barat sampai Sumbawa bagian timur dengan total luas 27.783 hektar (Anonymous, 2009). Dengan banyaknya padang penggembalaan di kabupaten Sumbawa, masyarakat secara arif memanfaatkan potensi tersebut dengan sistem dan tradisi beternak yang sedikit berbeda dari kebanyakan daerah di Indonesia. Ternak-ternak masyarakat tidak dikandangkan tetapi dilepas di padang penggembalaan umum yang oleh masyarakat sumbawa dikenal dengan sebutan Lar (beternak secara ekstensif). Budaya beternak secara ekstensif ini telah ada sejak lama secara turun-temurun dan ini merupakan kearifan lokal yang masih bertahan dan dipelihara secara baik oleh masyarakat di abad 21 ini. Dalam pengembangan selanjutnya pemerintah menjadikan lar sebagai kawasan terpadu pengembangan ternak di kabupaten sumbawa (lar Limung). Keinginan pemerintah untuk terus mengembangkan lar sebagai kawasan terpadu pengembangan ternak tidak lain karena lar dianggap memiliki nilai dan peran strategis

dalam meningkatkan produksi dan produktifitas ternak di kabupaten sumbawa disamping memiliki keunikan dari segi fungsi sosial, ekonomi dan budaya. Keberadaan lar yang membentuk komunitas masyarakat peternak, dirasakan sebagai ruang bertukar informasi, transaksi ternak, serta interaksi sosial lainnya. Sedangkan fungsi lingkungan lar sebagai suatu sistem ekologis dapat dimanfaatkan untuk alternatif daerah tangkapan air, lar sebagai ekosistem kombinasi padang rumput dan hutan alami merupakan kawasan terbuka yang dapat menyerap air permukaan dan dari kotoran ternak yang dilepas dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Pengembangan ternak besar di kabupaten Sumbawa yang mengandalkan sistem beternak secara tradisional yaitu melepas hewan ternak di lar jelas telah menampakkan hasil yang positif, prospektif dan menguntungkan. Namun bukan berarti bebas dari permasalahan dan kendala yang dihadapi, baik oleh pemerintah maupun masyarakat petani ternak. Seperti ketersediaan air dan pakan (kaitannya dengan daya tampung lar), rawan pencurian ternak, rawan penyakit menular khususnya di daerah endemi, dan yang paling mengkhawatirkan adalah alih fungsi lahan. Keberadaan lahan lar semakin hari semakin terdesak oleh kepentingan pembangunan sektor lain yang secara nyata terjadi di lapangan yang muaranya juga untuk kepentingan masyarakat kabupaten Sumbawa. Hal ini tentu melahirkan konflik ditengah masyarakat baik antara pemerintah dengan masyarakat, ataupu masayarakat dengan masayarakat yang berbeda kepentingan. Hal ini berakibat pada punahnya tradisi beternak secara tradisional dengan pola lar akibat alih fungsi lahan dan menyebabkan ternak kehilangan habitatnya. Jika hal ini dibiarkan terjadi terus menerus tanpa ada upaya penanganan yang serius dan tanpa ada upaya

untuk mensinergikan seluruh sektor pembangunan maka cita-cita menjadikan Sumbawa sebagai kabupaten Peternakan hanya tinggal angan dan impian belaka. Dari pemaparan singkat di atas maka lahirlah pertanyaan peneliti sebagai berikut : Bagaimanakah mengoptimalisasi pengelolaan lar sebagai sentra pengembangan peternakan berbasis peternakan rakyat di kabupaten Sumbawa?. Sehingga perlu disusun rumusan masalah untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas sebagai berikut. 1.2. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari uaraian di atas, bahwa lar memiliki nilai dan peran yang sangat besar bagi pengembangan peternakan di kabupaten Sumbawa. Ketersediaan lahan yang banyak dan populasi ternak yang menggembirakan menjadikan ini sebagai aset yang bernilai, berdaya saing dan memiliki keunggulan komparatif bagi masa depan Sumbawa di kemudian hari. Sehubungan dengan hal diatas permasalahan yang timbul adalah : A. Lar tidak dapat dipisahkan dengan tradisi beternak masyarakat sumbawa. Terjadinya alih fungsi lahan lar untuk kepentingan pembangunan yang mengancam punahnya tradisi berternak lepas. B. Belum adanya upaya sistematis dan terencana terhadap pengembangan lar untuk menggenjot laju produksi dan produktifitas ternak. C. Belum adanya tatalaksan pengelolaan (management) kawasan lar. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki tujuan utama Mendiskripsikan konsep ruang pengelolaan lar yang berbasis nilai nilai tradisi pola beternak masyarakat Sumbawa.

1.4. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai, diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat sebagai berikut : A. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemahaman teoritis dalam pengembangan konsep peternakan. B. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bagi pengambilan kebijakan mengenai peternakan dengan sistem lar dalam rangka menciptakan kehidupan sosial yang seimbang, serasi dan berkelanjutan. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang topik padang penggembalaan telah banyak dilakukan akan tetapi dalam bentuk sudut pandang yang berbeda serta dalam bentuk study kasus yang berbeda pula. Sementara penelitian tentang padang penggembalaan yang ada di Sumbawa atau dengan sebutan lar telah di lakukan oleh Pertiwi, Endah (2007) yang berjudul Upaya Pelestarian lar Sebagai Padang Penggembalaan Bersama Peternak Tradisional yang Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Sumbawa. Pembahasan yang dilakukan lebih memandang kepada bagaimana melestarikan lar sebagai bentuk peternakan berbasis masyarakat yang berwawasan lingkungan. Sementara penelitian yang saya lakukan lebih menekankan pada konsep ruang pengelolaan kawasan lar dan dinamikanya.