BAB I PENDAHULUAN. menjalankan fungsi digesti, absorbsi dan defekasi. Tubuh mempunyai serangkaian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. V.1 Kesimpulan. 1. Pemberian ekstrak kulit pisang kepok dosis 16 g/kgbb (ekuivalen 5-HTP 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. cukup luas di masyarakat, mulai dari produk makanan ringan hingga masakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Perkembangan zaman berdampak pada perubahan pola makan yang lebih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. faktor keturunan. Faktor-faktor tersebut dapat beraksi sendiri ataupun saling

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia.

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menyeleksi perhatian (Maramis, 2009). Tidak banyak orang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan makhluk hidup karbohidrat memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara


BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman

Manfaat Ikan Mas Untuk Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang terkandung di dalamnya dalam jangka panjang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pencernaan merupakan salah satu sistem dalam tubuh manusia yang menjalankan fungsi digesti, absorbsi dan defekasi. Tubuh mempunyai serangkaian mekanisme pengaturan agar sistem ini senantiasa berfungsi baik, yang salah satunya adalah pengaturan motilitas. Motilitas yang baik diperlukan agar proses digesti, absorbsi dan defekasi berjalan baik. Motilitas saluran cerna merupakan salah satu faktor yang menentukan bowel transit time yaitu seberapa lama makanan berada dalam saluran cerna (Ganong, 2005). Bowel transit time merefleksikan regulasi aktivitas otot polos saluran cerna yang terintegrasi baik (Degen & Philips, 1996). Transit time yang terlalu lama menyebabkan zat sisa atau toksin terabsorbsi masuk ke sirkulasi dan dalam jangka panjang menjadi faktor resiko penyakit poliposis, divertikulosis dan kanker kolorektal (Song et al. 2012). Sebaliknya transit time yang terlalu cepat menyebabkan penyerapan tidak optimal sehingga tubuh kekurangan nutrien. Adanya perubahan transit time dapat dilihat salah satunya dengan menilai konsistensi feses (Degen & Philips, 1996; Russo et al., 2013). Serotonin atau 5-hydroxytryptamine (5-HT) merupakan monoamine neurotransmiter yang berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh, terutama di sistem saraf pusat dan sistem pencernaan (O Connel, 2006; Hansen, 2008; Mawe, 2013). Konsentrasi serotonin di otak berhubungan dengan perubahan 1

perilaku, mood, kecemasan, agresifitas, depresi, dan supresi nafsu makan (Bell et al., 2001). Pada saluran cerna, kadar serotonin yang cukup diperlukan untuk fungsi sekresi, motilitas ( Hansen et al., 2008) dan sensitivitas viseral (Cirillo, et al., 2011). Serotonin berasal dari metabolisme bahan makanan yang mengandung asam amino triptofan. Sebagian besar serotonin tubuh disintesis dan disimpan dalam sel enterokromafin di saluran cerna. Karena serotonin tidak dapat menembus sawar darah otak, maka neuron di otak harus memproduksi serotonin sendiri. Sebagian kecil serotonin juga disimpan di trombosit, dan kemudian akan dilepaskan di organ target (Nakamura, 2009). Untuk dapat menjalankan aktivitas biologiknya, serotonin harus berikatan dengan reseptornya. Reseptor serotonin tersebar di berbagai organ tubuh meliputi jaringan endokrin, kardiovaskular, imun, dan gastrointestinal (Nakamura, 2009). Kurang lebih telah ditemukan 14 jenis reseptor serotonin yang telah ditemukan dan tersebar di berbagai jaringan (Hansen et al., 2008). Fungsi serotonin pada sistem gastrointestinal yaitu menghantarkan sinyal dari lumen gastrointestinal ke neuron intrinsik dan ekstrinsik serta menghantarkan sinyal sinaps di enteric nervous system (ENS) (Gershon & Tack, 2007). Serotonin yang disekresikan dari sel enterokromafin menginisiasi refleks peristaltik, sekresi, vasodilatasi, nosiseptif dan vagal (Crowell, 2004). Serotonin secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi fungsi sekresi dan motorik saluran cerna, dan abnormalitasnya menyebabkan konstipasi atau diare (Crowell, 2004). Pemberian serotonin secara intraperitoneal menyebabkan terjadinya diare pada mencit dalam 60 menit (Hagbom, et al., 2011). Penelitian yang dilakukan Hansen et al. (2006), menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kontraktilitas usus setelah pemberian

serotonin intravena. Perubahan motilitas usus akan berpengaruh pada bowel transit time dan pada akhirnya mempengaruhi konsistensi feses (Ganong, 2005). 5-hydroxytryptophan (5-HTP) merupakan metabolit intermediate dari triptofan dalam proses biosintesis serotonin (Birdsall, 1998). Keseluruhan 5-HTP akan diubah menjadi serotonin. Pemberian 5-HTP dapat digunakan untuk koreksi kadar serotonin otak pada pasien dengan fenilketonuria (Blau et al., 2006). Penelitian yang dilakukan Lyn-Bullock et al. (2004) menunjukkan bahwa pemberian dosis tunggal 5-HTP secara oral dapat meningkatkan imunoreaktivitas neuron serotonergik di otak tikus. Pemberian 5-HTP juga terbukti menurunkan asupan makan pada tikus yang diinduksi stres (Amer et al., 2003). Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia. Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia, 50% dari total produksi Asia (Satuhu & Supriyadi, 2011). Di Indonesia, propinsi Yogyakarta tercatat merupakan produsen pisang terbanyak ke-3 pada tahun 2005 (Dirjen Hortikultura, 2005). Pisang kepok (Musa balbisiana) merupakan jenis pisang olahan yang paling sering dikonsumsi manusia. Kandungan gizi dalam pisang cukup lengkap, dari karbohidrat, protein B6, B3, B5 (USDA, 2015), vitamin, dan mineral (Emaga et al., 2007). Citarasa yang tinggi serta pembudidayaan yang cepat dan mudah menjadi daya tarik untuk terus mengembangkan pemanfaatan pisang kepok. Hasil samping dari pengolahan pisang adalah limbah berupa kulit yang bila tidak diperhatikan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah kulit pisang sangat memungkinkan untuk diolah lebih lanjut karena ketersediaannya

yang juga melimpah. Jika dihitung beratnya, maka berat kulit pisang sekitar 40% dari total berat pisang. Selain itu, kulit pisang ternyata memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan bagian daging buahnya, yaitu memiliki kadar phytoserotonin 170.000 ng/g. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan daging buahnya yang memiliki kadar phytoserotonin 35.000 ng/g (Rayne, 2010). Kadar mineral dalam kulit buah pisang jenis plantain mencapai 1910 mg/kg (Emaga et al., 2007). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pisang ternyata mengandung kadar triptofan 2,5 mg/kg, serotonin 0,8 mg/kg (Ohla et al., 2010) dan 5-HTP 1,0 µmol/kg (Kema et al., 1992). Triptofan dan 5-HTP merupakan prekursor pembentukan serotonin. Salah satu cara untuk meningkatkan kadar serotonin dalam tubuh adalah dengan mengonsumsi prekursornya. Kulit pisang kepok dengan potensi kandungan prekursor serotonin dapat menjadi suplemen alami untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu bahan dari alam akan lebih mudah dicerna tubuh sehingga penyerapannya lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak kulit pisang kepok terstandar 5-HTP terhadap imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa kolon dan konsistensi feses pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ekstrak kulit pisang kepok terstandar 5-HTP per oral via sonde menyebabkan peningkatan imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa

kolon pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif? 2. Apakah pemberian ekstrak kulit pisang kepok terstandar 5-HTP per oral via sonde menyebabkan perubahan konsistensi feses tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif? I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian ekstrak kulit pisang kepok terstandar 5-HTP per oral terhadap imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa kolon dan bowel transit time pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan. I.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengkaji level imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa kolon pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diberi 5-HTP sintetis per oral via sonde 2. Mengkaji level imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa kolon pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diberi ekstrak kulit pisang kepok per oral via sonde 3. Mengkaji level konsistensi feses pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diberi 5-HTP sintetis per oral via sonde 4. Mengkaji level konsistensi pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diberi ekstrak kulit pisang kepok per oral via sonde

I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak kulit pisang kepok terstandar 5- HTP secara oral terhadap imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa kolon pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan antara lain: 1. Lyn-Bullock et al. (2004) yang menilai efek pemberian oral 5-HTP dalam imunoreaktivitas regio monoaminergik otak terhadap 5-HTP dan 5-HT pada tikus. Didapatkan hasil bahwa pemberian per oral 5-HTP dosis tunggal menyebabkan peningkatan konten 5-HTP dan 5-HT pada neuron serotonergik. 2. Amer et al. (2003) yang menilai efek pemberian 5-HTP secara intraperitoneal terhadap asupan makan tikus yang mengalami stres dan kekurangan makan. Didapatkan hasil bahwa pada dosis 3-200 mg/kg 5- HTP menyebabkan penurunan asupan makan yang dipengaruhi dosis. 3. Coskun et al. (2006) meneliti tentang efek pemberian triptofan berulang terhadap berat badan, asupan makan, lipid peroksida dan imunoreaktivitas otak terhadap serotonin. Didapatkan hasil bahwa pemberian triptofan berulang menyebabkan peningkatan imunoreaktivitas otak terhadap serotonin dan penurunan berat badan. 4. Baumann et al. (2011) meneliti tentang efek pemberian 5-HTP terhadap aktivasi lokomotor dengan dan tanpa penambahan amfetamin. Didapatkan hasil bahwa pemberian 5-HTP meningkatkan 5-HT di nucleus accumbens.

5. Hranilovick et al. (2011) melakukan penelitian dengan judul efek terapi perinatal dengan 5-HTP terhadap homeostasis serotonin di sentral dan perifer pada tikus dewasa. Didapatkan hasil bahwa pemberian 5-HTP meningkatkan imunoreaktivitas serotonin di perifer tetapi tidak di sentral. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini yang akan diteliti adalah efek pemberian ekstrak kulit pisang kepok terstandar 5-HTP terhadap imunoreaktivitas serotonin di epitel mukosa kolon dan konsistensi feses pada tikus Wistar jantan. I. 5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti terhadap penelitian dan teori terkini tentang serotonin serta menambah keterampilan peneliti. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang pengaruh kulit pisang bagi kesehatan, khususnya kesehatan pencernaan. 3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data untuk penelitian-penelitian selanjutnya