BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Alkohol adalah zat adiktif yang sering. disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus

BAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju chiasma nervus

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi. yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seluruh makhluk biologis akan mengalami kematian. dengan cara yang bermacam macam yang pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya bisa dikurangi atau sedikit dicegah. Antisipasi atas kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lalat adalah salah satu jenis serangga, yang mendekomposisi komponen

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. memabukan, seperti minuman keras. Minuman keras ini mengandung alkohol

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Teh merupakan minuman yang dibuat dari infusa daun kering Camelia

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

2007, prevalensi minum alkohol di Indonesia pada laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab. terbanyak terjadinya cedera di seluruh

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ, bom bunuh diri, mutilasi, dan pemerkosaan tidak pernah lepas dari cabang ilmu kedokteran forensik. Menurut Wecht (2005), ilmu forensik adalah istilah yang lebih luas daripada legal medicine. Padahal sebenarnya meliputi keduanya. Legal medicine suatu bidang studi dan sebagai syarat penerapan pengetahuan medis untuk kepentingan peradilan. Legal medicine adalah mitra kedokteran forensik dalam antarmuka kedokteran dan hukum yang merupakan cabang khusus kedokteran yang secara khusus menangani penerapan pengetahuan medis untuk masalah hukum dan proses hukum. Sementara kedokteran forensik lebih mengarah pada solusi yang relevan dengan hukum pidana dimana pengetahuan medis dapat mempengaruhi penafsiran hukum (Beran,2010). Ruang lingkup kedokteran forensik berkembang dari waktu ke waktu. Dari semula hanya pada kematian korban kejahatan, kematian yang tidak diharapkan/tidak diduga, 1

2 mayat tidak dikenal, hingga korban kejahatan yang masih hidup, atau bahkan kerangka, jaringan, dan bahan biologis yang diduga berasal dari manusia. Jenis perkaranya meluas dari pembunuhan, penganiayaan, kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, child abuse and neglect, perselisihan pada perceraian, anak yang mencari ayah (paternity testing), hingga pelanggaraan hak asasi manusia (Sampurna,2008). Tingginya prevalensi kasus keracunan dapat terlihat dari data penanganan kasus keracunan di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit (IRD RS) Sanglah-Denpasar. Setiap bulannya IRD RS Sanglah menangani sekitar 30 sampai 50 kasus keracunan. Penyebab keracunan diantaranya disebabkan oleh: makanan, insektisida rumah tangga, paracetamol, psikotropika dan narkotika, alkohol (etanol dan metanol), detergen, dan digitalis (Wirasuta & Suardamana,2007). Menurut catatan arkeologik, minuman berakohol sudah dikenal manusia sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Alkohol merupakan penekan susunan saraf pusat tertua dan bersama-sama kafein dan nikotin yang merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan manusia (Joewana,1989). Alkohol pada umumnya yang banyak telah gunakan adalah

3 etanol, etil alkohol atau hidroksi etana, terdapat dalam sejumlah minuman dan sediaan obat. Alkohol adalah cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, berbau khas dan sangat mudah larut dalam air (Keel,2003). Menurut data WHO diperkirakan bahwa minuman beralkohol telah dikonsumsi sekitar 2 miliar orang di dunia dan sebanyak 76,4 juta orang didiagnosis sebagai orang kecanduan alkohol. Setiap tahun, alkohol menyebabkan 2,5 juta kematian penduduk di seluruh dunia dari 4 % jumlah total kematian dan 4,5 % dari 59.3 juta penduduk menyebabkan kecacatan fisik. Selain itu, 10 % sampai 18 % pasien cedera yang datang ke gawat darurat disebabkan oleh alkohol dan 21-34 % dari 110 juta pasien Emergency Disease (ED) datang terkait alkohol (Volz et al., 2014). Sejak tahun 1983, The American Association of Poison Central Centers mengumpulkan data dari Toxic Exposure Surveillance System. Dari 2000 laporan setiap tahunnya, 63 pusat keracunan melaporkan 2.168.248 kasus keracunan pada manusia yang disebabkan pemaparan zat toksik. Kurang dari 5 % dari kasus tersebut merupakan efek samping dari makanan dan obat-obatan. Riwayat penyalahgunaan alkohol sering terjadi, 10 % diantaranya

4 memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) (Lubis & Mardianto,2008). Penduduk di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 85 % pernah mengkonsumsi alkohol sekurang-kurangnya sekali seumur hidupnya dan sekitar 51 % dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol yang cukup rutin hingga sekarang. Penyalahgunaan alkohol lebih umum terjadi dimasyarakat yang berpendapatan rendah dan kurangnya pendidikan. Sekurang-kurangnya sekitar 200.000 kematian yang berhubungan dengan alkohol tiap tahunnya. Kelompok usia dengan presentasi penggunaan alkohol tertinggi adalah antara 20 tahun hingga 35 tahun, sedangkan dari jenis kelamin laki-laki secara bermakna lebih mungkin menggunakan alkohol daripada wanita (Utina,2011). Menurut Nurdiansyah (2011), dalam beberapa tahun terakhir, kasus kematian akibat minuman keras baik perorangan maupun masal terus bertambah, pada tahun 2010 lalu misalnya, 11 orang warga di Jagaraksa, Jakarta Selatan tewas setelah menenggak minuman miras oplosan, di Bandung meregang nyawa akibat kasus yang sama, di Malang 3 orang tewas, 10 orang yang kritis, di Yogyakarta 13 orang tewas karena minuman keras oplosan jenis lapen.

5 Sedangkan pada tahun 2011 tercatat beberapa kasus akibat meminum minuman keras yaitu terbukti selama tahun 2011 sampai bulan April 2011, Polres Blitar Kota sudah menangani 17 kasus miras dengan 17 tersangka. Rata-rata kasus peredaran miras ini mengalami kenaikan antara 10-15 % perbulan. Salah satu penyebab utama kematian terkait alkohol adalah toksisitas alkohol akut. Alkohol dengan konsentrasi alkohol darah yang tinggi menginduksi depresi pernapasan dan kematian akibat keracunan alkohol akut adalah bentuk dominan dari mono toksisitas zat kematian. Kadar blood alcohol consentration(bac) 0.300 g/100 ml mengakibatkan depresi pernapasan serta gangguan ditandai dengan persepsi, kognitif dan motorik fungsi, namun konsentrasi yang fatal minimal adalah >0.400 g/100 ml (Darke et al.,2013). Di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK UGM/Instalasi Kedokteran Forensik RSUP DR Sardjito pernah menangani kasus keracunan minuman keras oplosan jenis lapen yang sudah dikubur selama 3 minggu. Pada saat itu, dengan metode mikrodifusi Conway ditemukan kadar alkohol dengan kadar sebesar 400 mg%. Namun, apakah kadar alkohol darah

6 400 mg% ini memang karena dari alkohol yang diminum atau dari proses pembusukan selama dikubur dalam tanah? Dan apakah tanah asam akan mempengaruhi tingkat kadar alkohol? Berdasarkan penelitian Zumwal et al., bahwa pada jenazah yang membusuk akan ditemukan alkohol, semakin lama proses pembusukan semakin besar kadar alkohol darahnya. Oleh karena itu disini akan dilakukan penelitian apakah memang ditemukan alkohol pada kondisi jenazah yang sudah membusuk dan sudah dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam. Namun karena tidak bisa dilakukan pada jenazah langsung maka penelitian disini akan dilakukan pada tikus putih dewasa jenis wistar. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Berapakah kadar alkohol organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar karena mati fisiologis yang dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam? 2. Berapakah kadar alkohol organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar karena keracunan alkohol yang dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam?

7 3. Apakah ada perbedaan kadar alkohol organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar karena fisiologis dan keracunan alkohol yang dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam? I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar alkohol organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar karena mati fisiologis dengan keracunan alkohol yang dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam. I.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak positif dalam hal sebagai berikut: a. Bagi peneliti: untuk mendapatkan pengetahuan mengenai perbedaan kadar alkohol karena mati fisiologis dan keracunan alkohol yang dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam. b. Bagi aparat penegak hukum/penyidik: untuk membantu membuat keputusan dalam menangani kasus pidana terkait dengan keracunan alkohol. c. Bagi dokter forensik: mempunyai landasan/pedoman untuk menerapkan pada kondisi jenazah yang sudah

8 dikubur dalam tanah suasana asam bisa ada alkohol atau tidak. I.5 Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai perbedaan kadar alkohol darah pada tikus putih dewasa jenis wistar karena fisiologis dan keracunan alkohol setelah dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam belum ada. Namun adapun penelitian-penelitian yang serupa antara lain: a) Suaniti et al. (2012): Kerusakan hati akibat keracunan alkohol berulang pada tikus wistar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true randomized experimental post test only control group design. Dengan jumlah sampel 15 tikus jenis wistar. Hasilnya adalah terjadi kerusakan jaringan hati terjadi pemakaian alkohol secara berulang yang disertai dengan peningkatan kadar ALDH dalam serum tikus wistar. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel dan metode yang digunakan. Peneliti menggunakan variabel 2 yaitu kadar alkohol darah yang mati karena fisiologis dan keracunan alkohol. Metode yang peneliti pakai menggunakan penelitian

9 observasi analitik dengan rancangan cross sectional dan metode mikrodifusi conway untuk mencari kadar alkohol pada tikus wistar. b) Ambarsari F (2009): perbandingan kabar alkohol dalam darah tepi mayat yang belum membusuk dengan mayat yang telah membusuk. Penelitian ini adalah penelitian longitudinal dan analitik dengan 22 sampel darah tepi mayat yang belum membusuk dan 22 sampel darah tepi mayat yang telah membusuk. Hasilnya adalah terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar etanol dalam darah tepi mayat yang belum membusuk dibandingkan dengan kadar etanol dalam darah tepi mayat yang telah membusuk. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang adalah pada penelitian ini akan mencari perbedaan kadar alkohol darah setelah dikubur dalam tanah suasana asam selama 72 jam.