BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. (Sulistyo-

Metodologi Algoritma A Priori. Metodologi dasar algoritma a priori analisis asosiasi terbagi menjadi dua tahap :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang akan diteliti. Pemanfaatan algoritma apriori sudah cukup banyak digunakan, antara lain

Aturan assosiatif biasanya dinyatakan dalam bentuk : {roti, mentega} {susu} (support = 40%, confidence = 50%)

ANALISA DATA PENJUALAN OBAT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN

Assocation Rule. Data Mining

BAB I PENDAHULUAN. Data mining memungkinkan penemuan pola-pola yang menarik, informasi yang

APLIKASI MONITORING KETERSEDIAAN STOK BARANG MINIMARKET DENGAN METODE MARKET BASKET ANALYSIS (MBA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENENTUKAN REKOMENDASI STRATEGI PENJUALAN PADA TOSERBA DIVA SKRIPSI

Gambar Tahap-Tahap Penelitian

Cross-Selling: Perangkat Utama Customer Relationship Managem. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu prosedur beserta tahapan-tahapan yang

PREDIKSI KEBUTUHAN PENOMORAN PADA JARINGAN TELEKOMUNIKASI MENGGUNAKAN METODE APRIORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

ANALISA ALGORITMA APRIORI UNTUK MENENTUKAN MEREK PAKAIAN YANG PALING DIMINATI PADA MODE FASHION GROUP MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. frekuensi tinggi antar himpunan itemset yang disebut fungsi Association

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL SIPUS. (Sistem Informasi Perpustakaan) Oleh: Rasiman

2.2 Data Mining. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Turban mendefinisikan Decision Support System sebagai sekumpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan di dalam database. Data mining adalah proses yang menggunakan

SKRIPSI TI S1 FIK UDINUS 1

ANALISA DAN PERANCANGAN APLIKASI ALGORITMA APRIORI UNTUK KORELASI PENJUALAN PRODUK (STUDI KASUS : APOTIK DIORY FARMA)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(52-62)

BAB III LANDASAN TEORI

ASSOCIATION RULES PADA TEXT MINING

SISTEM SISTEM REKOMENDASI BIDANG MINAT MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE ASSOCIATION RULE DAN ALGORITMA APRIORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar dan teori-teori pendukung yang berhubungan dengan sistem yang akan dibangun.

A Decision Support Tool For Association Analysis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASSOCIATION RULES PADA TEXT MINING

IMPLEMENTASI DATA MINING PADA PENJUALAN TIKET PESAWAT MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI (Studi Kasus: Jumbo Travel Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Aplikasi Market Basket Analysis Menggunakan Algoritma Generalized Sequential Pattern pada Supermarket

PENERAPAN ALGORTIMA APRIORI PADA DATA MINING UNTUK MENGELOMPOKKAN BARANG BERDASARKAN KECENDERUNGAN KEMUNCULAN BERSAMA DALAM SATU TRANSAKSI.

IMPLEMENTASI DATA MINING DENGAN ALGORITMA APRIORI PADA TOKO BANGUNAN UD. RUFI SENTOSA JAYA SAMBIREJO - PARE

MATERI PRAKTIKUM PRAKTIKUM 4 ANALISA AR-MBA (ASSOCIATION RULE - MARKET BASKET ANALYSIS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan minimarket di kota-kota besar sangat dibutuhkan bagi. masyarakat khususnya di daerah perumahan. Bagi sebagian besar

PENGEMBANGAN APLIKASI PENENTUAN TINGKAT KEUNTUNGAN PADA E- COMMERCE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS DAN APRIORI

Lili Tanti. STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 6,5 No. 3A Tj. Mulia Medan ABSTRACT

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MEMPREDIKSI PERSEDIAAN BUKU PADA PERPUSTAKAAN SMA DWI TUNGGAL TANJUNG MORAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISU- ISU Seputar Implementasi Dan Development slims. #SLiMSCommeet2012

Penelitian ini melakukan pencarian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AUTOMASI PERPUSTAKAAN

ANALISA KONSISTENSI POLA PEMINJAMAN BUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-GROWTH (Studi Kasus: UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Link Analysis (Superset) 3 Kategori Link Analysis (#1) 3 Kategori Link Analysis (#2) Association Rule Mining. 3 Kategori Link Analysis (#3)

Kata kunci: aplikasi data mining, Association Rule, Apriori, genre lagu, Radio

BAB III LANDASAN TEORI

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI UNTUK TRANSAKSI PENJUALAN OBAT PADA APOTEK AZKA

Rancang Bangun Fitur Rekomendasi Buku Menggunakan Algoritma PrefixSpan pada Sistem Peminjaman Buku Berbasis Web di Perpustakaan Universitas Ciputra

APLIKASI DATA MINING UNTUK MENAMPILKAN INFORMASI TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Algoritme Modified-Apriori Untuk Menentukan Pola Penjualan Sebagai Strategi Penempatan Barang Dan Promo

BAB IV HASIL DAN UJICOBA. Penerapan Data Mining Market Basket Analysis Terhadap Data Penjualan Produk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keranjang belanja (Market basket analysis) dalam penerapan cross selling pada

REKOMENDASI PAKET PEMBELIAN BARANG PADA TOKO ONLINE DENGAN COLLABORATIVE FILTERING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI DATA MINING ALGORITMA APRIORI PADA PENJUALAN SPAREPART MOTOR DI AHAS PUTRA MOTOR

PENERAPAN METODE ASOSIASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENGETAHUI KOMBINASI ANTAR ITEMSET PADA PONDOK KOPI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI ASSOCIATION RULE UNTUK ANALISA NILAI MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DATA MINING ANALISA POLA PEMBELIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA APRIORI

SISTEM REKOMENDASI PENYEWAAN PERLENGKAPAN PESTA MENGGUNAKAN COLLABORATIVE FILTERING DAN PENGGALIAN ATURAN ASOSIASI

Implementasi data mining menggunakan metode apriori (studi kasus transaksi penjualan barang)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-TREE DAN FP-GROWTH PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN OBAT

APLIKASI DATA MINING ANALISIS DATA TRANSAKSI PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI (Studi Kasus di Apotek Setya Sehat Semarang)

PENCARIAN ATURAN ASOSIASI MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI SEBAGAI BAHAN REKOMENDASI STRATEGI PEMASARAN PADA TOKO ACIICA

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

PENERAPAN ASSOCIATION RULE MINING PADA DATA NOMOR UNIK PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. era informasi, di mana volume pertumbuhan informasi tidak akan bisa dicerna

PENERAPAN DATA MINING DALAM ANALISIS KEJADIAN TANAH LONGSOR DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN ASSOCIATION RULE ALGORITMA APRIORI

BAB 1 PENDAHULUAN. diinginkan. Dengan banyaknya penjual ikan secara konvensional untung yang

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENENTUKAN STRATEGI PENJUALAN MAKANAN RINGAN (Studi Kasus: Toko Pak Herry Templek - Gadungan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Recommender System Berdasarkan [6], Recommender System merupakan bagian dari Sistem Pengolahan Informasi yang dimaksudkan untuk mempresentasikan informasi yang mungkin diminati oleh pengguna pada masa kini. Recommender System akan membandingkan informasi dari user profile seorang user berdasarkan histori user tersebut dan/atau membandingkannya dengan profile user lain dengan latar belakang atau minat yang serupa untuk menyediakan informasi beberapa item dengan peringkat tertinggi yang relevan dengan item yang kemungkinan diminati oleh user pada saat ini. Recommender System berupaya untuk mengurangi overload informasi dan mempertahankan pelanggan dengan menyediakan informasi beberapa item dari sejumlah besar kemungkinan pilihan berdasarkan preferensi pengguna. Preferensi dapat merefleksikan sebuah kondisi mental seorang individu yang berhubungan dengan sekelompok barang dari sejumlah besar alternatif. Seorang individu menentukan sebuah preferensi berdasarkan pengalamannya dengan sejumlah barang yang relevan, seperti musik, buku, film, makanan, dan sebagainya. Rekomendasi yang dihasilkan berfungsi sebagai filter untuk memperoleh informasi dari sumber yang berukuran sangat besar dan umumnya tidak dapat diakses oleh sembarang orang. Sekenario umum sebuah Recommender System berbentuk sebuah portal online yang berinteraksi langsung dengan user. Umumnya Recommender System menyediakan sejumlah daftar item untuk dipilih satu atau lebih item oleh user untuk memperoleh informasi detailnya atau untuk melakukan interaksi dalam bentuk lainnya. Contohnya seperti pada situs E-Commerce Amazon.com yang menyediakan daftar barang yang terpisah untuk kemudian dilihat informasi detailnya atau untuk dibeli. II-1

II-2 Sebuah web server memiliki database dan biasanya menyajikan informasi dari database dengan cara menampilkannya pada halaman web berupa daftar informasi yang dapat diakses. Dikarenakan terlalu banyak informasi di dalam database untuk ditampilkan dalam satu halaman web, maka dibutuhkan pemilihan beberapa kelompok informasi yang akan ditampilkan kepada user, atau sebuah pengaturan bagaimana urutan prioritas informasi mana yang akan ditampilkan, terutama untuk menampilkan informasi yang diminati oleh user dan berpotensi untuk menghasilkan penjualan, mempertahankan pelanggan dan memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam sebuah portal E-Commerce. Contoh dari tampilan pada recommender system Amazon.com dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Recommender System Penjualan Buku Amazon.com [7]

II-3 Berdasarkan [6] ada tiga tipe Recomender System. Tipe-tipe recommender system tersebut adalah sebagai berikut: 1. Content Based Recommender System Content Based Recommender System adalah sebuah recommender system yang menyediakan rekomendasi berdasarkan informasi yang dicari berdasarkan query user/kebutuhan informasi user dan juga berdasarkan profil user(bila ada). Karakteristik user dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu dan secara otomatis dibentuk menjadi sebuah profil berdasarkan histori interaksi atau pilihan-pilihan user di masa lalu. Hal ini dimaksudkan agar sistem tidak hanya menyediakan informasi yang relevan dengan item yang dipilih saat ini, tetapi juga sistem berupaya untuk memastikan bahwa informasi yang disediakan sesuai dengan preferensi user. 2. Collaborative Filtering Collaborative Filtering adalah sebuah recommender system berbasis komunitas sosial yang menyediakan usulan item yang disukai oleh user-user lain yang memiliki minat yang sama dengan user aktif yang biasanya informasi tersebut belum diketahui oleh user aktif tersebut. Rekomendasi jenis ini mencocokkan kebutuhan user dengan informasi user-user lain dalam jangka waktu tertentu yang memiliki kecocokkan minat dengan user aktif. Pendekatan ini memberikan rekomendasi berdasarkan korelasi antar user. Collaborative filtering dikatakan efektif karena biasanya selera seorang individu dengan individu lainnya tidaklah ortogonal. Skema collaborative filtering ditujukan untuk menyediakan saran kepada user berdasarkan pilihan-pilihan user tersebut sebelumnya, juga berdasarkan preferensi user-user lain yang memiliki minat yang serupa. Contohnya, user-user lain yang memiliki minat terhadap satu bidang/group/hobby/kelompok yang sama dengan user aktif.

II-4 3. Hybrid System Hybrid System adalah metode yang dikembangkan untuk menangani kekurangan dari Content Based Recommender System dan Collaborative Filtering. Umumnya Hybrid System menggunakan kedua sistem rekomendasi tersebut dan menggabungkan hasil dari keduanya dengan cara tertentu. Misalnya, menggabungkan hasil dari kedua sistem tersebut berdasarkan relevansinya, atau mencampurkan keluaran dari kedua algoritma yang dipergunakan, atau merubah metode yang dipergunakan dari Content Based menjadi Collaborative Filtering (atau sebaliknya), atau juga mempergunakan keluaran dari salah satu algoritma sebagai masukan pada algoritma lainnya. 2.2 Market Basket Analysis 2.2.1 Afinity Analysis Menurut Daniel T. Larose [4], Afinity Analysis adalah sebuah studi terhadap atribut-atribut atau karakteristik-karakteristik yang muncul/terjadi bersamaan. Metode Afinity Analysis yang juga dikenal sebagai Market Basket Analysis dipergunakan untuk menyingkap hubungan antara atribut-atribut tersebut, lebih tepatnya menyingkap aturan untuk meng-kuantitaskan hubungan antara dua atau lebih atribut. Market Basket Analysis dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti berikut: 1. Melakukan investigasi proporsi pelanggan perusahaan provider telepon seluler yang menanggapi secara positif tawaran untuk melakukan upgrade sistem. 2. Menghitung proporsi anak-anak yang dibacakan buku oleh orang tuanya, dimana orang tuanya sendiri adalah pembaca yang baik. 3. Melakukan prediksi degradasi pada dalam jaringan telekomunikasi. 4. Mencari tahu barang apa saja yang sering dibeli bersamaan, atau barang apa yang tidak pernah dibeli bersamaan. 5. Menemukan proporsi kasus dimana penggunaan obat baru dapat menimbulkan efek samping.

II-5 2.2.2 Algoritma Apriori Berdasarkan [4], dalam membentuk association rules dari sejumlah k atribut, maka kemungkinan association rules yang bisa terbentuk adalah sejumlah (k. 2 k-1 ) association rules. Hal ini menyebabkan untuk mendapatkan association rules yang akurat, akan melibatkan proses pencarian yang berulang-ulang dan waktu yang sangat panjang. Misalkan akan dicari association rules dari 100 item yang berbeda, maka kemungkinan association rules yang akan terbentuk adalah 100 x 2 99 = 6.4 x 10 31 association rules yang akan menimbulkan proses perulangan yang sangat banyak di dalam algoritma yang akan dipergunakan. Algoritma apriori dalam hal ini adalah salah satu algoritma yang dapat membantu mengurangi jumlah perulangan pencarian yang harus dilakukan. Penggunaan algoritma apriori melibatkan dua tahapan utama yaitu sebagai berikut: 1. Cari seluruh frequent itemsets. Frequent itemsets adalah itemsetitemset yang memenuhi treshold/batas minimum kemunculan. 2. Dari frequent itemsets yang terbentuk, dibentuklah association rules yang memenuhi ketentuan minimum support dan minimum confidence. Parameter-parameter utama yang terlibat dalam algoritma apriori adalah treshold, support, dan confidence. Berikut adalah penjelasan dari parameterparameter tersebut: 1. Treshold : merupakan batas minimum kemunculan dari suatu itemset. Treshold akan dipergunakan untuk menentukan frequent itemsets. 2. Support : merupakan jumlah transaksi yang mengandung itemset A dan itemset B. Support didapatkan menggunakan rumus sebagai berikut: = h h

II-6 3. Confidence: merupakan jumlah transaksi yang mengandung itemset A dan itemset B dibagi jumlah transaksi yang mengandung itemset A. Confidence didapatkan menggunakan rumus sebagai berikut: = = h h Algoritma apriori mempergunakan kaidah Apriori property untuk memperkecil ruang pencarian. Apriori property membantu agar tidak semua kombinasi itemset harus dicari dari database. Berikut adalah bunyi dari kaidah Apriori property: Apabila diketahui sebuah itemset Z tidak frequent, maka Z A tidak frequent untuk item A manapun. Contoh Pembentukan Frequent Itemsets: Diketahui sebuah toko menjual sayur-sayuran. Sayur-sayuran yang dijual di toko tersebut adalah sebagai berikut: {asparagus, kacang polong, brokoli, jagung, paprika hijau, labu, tomat}. Data transaksi penjualan sayuran pada toko tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Contoh Data Transaksi Pada Toko Eceran ID Transaksi Barang Yang Dibeli Pelanggan 1 Brokoli, paprika hijau, jagung 2 Asparagus, labu, jagung 3 Jagung, tomat, kacang polong, labu 4 Paprika hijau, jagung, tomat, kacang polong 5 Kacang polong, asparagus, brokoli 6 Labu, asparagus, kacang polong, tomat 7 Tomat, jagung 8 Brokoli, tomat, paprika hijau

II-7 ID Transaksi Barang Yang Dibeli Pelanggan 9 Labu, asparagus, kacang polong 10 Kacang polong, jagung 11 Paprika hijau, brokoli, kacang polong, labu 12 Asparagus, kacang polong, labu 13 Labu, jagung, asparagus, kacang polong 14 Jagung, paprika hijau, tomat, kacang polong, brokoli Untuk membentuk frequent itemset kita pergunakan reprensentasi data tabular. Bentuk representasi data tabular dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Representasi Data Transaksi Secara Tabular ID Asparagus Kacang Brokoli Jagung Paprika Labu Tomat Transaksi Polong Hijau 1 0 0 1 1 1 0 0 2 1 0 0 1 0 1 0 3 0 1 0 1 0 1 1 4 0 1 0 1 1 0 1 5 1 1 1 0 0 0 0 6 1 1 0 0 0 1 1 7 0 0 0 1 0 0 1 8 0 0 1 0 1 0 1 9 1 1 0 0 0 1 0 10 0 1 0 1 0 0 0 11 0 1 1 0 1 1 0 12 1 1 0 0 0 1 0 13 1 1 0 1 0 1 0 14 0 1 1 1 1 0 1

II-8 Berikut adalah tahapan-tahapan pembentukan frequent itemset: 1. Hitung jumlah kemunculan tiap 1-itemset. Pada tahap awal ini seluruh 1- itemset yang ada adalah kandidat frequent 1-itemsets atau C1. C1 dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Kandidat Frequent 1-Itemsets Itemset Frekuensi Kemunculan Asparagus 6 Kacang Polong 10 Brokoli 5 Jagung 8 Paprika Hijau 5 Labu 7 Tomat 6 2. Filter C1 menggunakan treshold kemunculan. Misalkan treshold adalah 4 kali kemunculan, maka seluruh itemset C1 lolos dan disimpan sebagai frequent 1-itemsets atau F1. F1 dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Frequent 1-Itemsets Itemset Frekuensi Kemunculan Asparagus 6 Kacang Polong 10 Brokoli 5 Jagung 8 Paprika Hijau 5 Labu 7 Tomat 6

II-9 3. Bentuk kandidat frequent 2-itemset atau C2 dengan cara menggabungkan F1 dengan dirinya sendiri. C2 yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Kandidat Frequent 2-Itemsets Itemset Frekuensi Kemunculan Itemset Frekuensi Kemunculan Asparagus, 5 Brokoli, 2 Kacang Polong Jagung Asparagus, 1 Brokoli, 4 Brokoli Paprika Hijau Asparagus, 2 Brokoli, 1 Jagung Labu Asparagus, 0 Brokoli, 2 Paprika hijau, Tomat Asparagus, 5 Jagung, 3 Labu Paprika Hijau Asparagus, 1 Jagung, Labu 3 Tomat Kacang 3 Jagung, 4 Polong, Brokoli Tomat Kacang 5 Paprika Hijau 1 Polong, Jagung Labu Kacang Polong, Paprika Hijau 3 Paprika Hijau, Tomat 3

II-10 Itemset Kacang Polong, Labu Kacang Polong, Tomat Frekuensi Kemunculan Itemset Frekuensi Kemunculan 6 Labu, Tomat 2 4 4. Filter C2 menggunakan treshold kemunculan yaitu 4 kali kemunculan. Itemsets yang lolos akan disimpan sebagai frequent 2-itemset atau F2. F2 yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Frequent 2-Itemsets Itemset Frekuensi Kemunculan Asparagus, Kacang Polong 5 Asparagus, Labu 5 Kacang Polong, Jagung 5 Kacang Polong, Labu 6 Kacang Polong, Tomat 4 Brokoli, Paprika Hijau 4 Jagung, Tomat 4

II-11 5. Untuk membentuk F3 dan selanjutnya, proses yang dilakukan berbeda dengan proses membentuk F2. F2 yang digabungkan hanya yang memiliki k-1 item pertama yang sama seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.7. Tabel 2.7 F2 Dengan k-1 item pertama yang sama Itemset Asparagus, Kacang Polong Asparagus, Labu Kacang Polong, Jagung Kacang Polong, Labu Kacang Polong, Tomat {Asparagus, Kacang Polong} dan {Asparagus, Labu} memiliki k-1 item pertama yang sama yaitu Asparagus. Oleh karena itu, {Asparagus, Kacang Polong} dan {Asparagus, Labu} digabungkan dan menghasilkan kandidat 3-itemset yaitu {Asparagus, Kacang Polong, Labu}. Hal yang sama dilakukan terhadap {Kacang Polong, Jagung}, {Kacang Polong, Labu}, dan{kacang Polong, Tomat} sehingga menghasilkan tiga kandidat frequent 3-itemset yaitu {Kacang Polong, Jagung, Labu}, {Kacang Polong, Jagung, Tomat}, dan{kacang Polong, Labu, Tomat}. C3 yang didapatkan dari proses ini dapat dilihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Hasil Penggabungan F2 Dengan k-1 Item Pertama Yang Sama Itemset Asparagus, Kacang Polong, Labu Kacang Polong, Jagung, Labu Kacang Polong, Jagung, Tomat Kacang Polong, Labu, Tomat

II-12 Langkah selanjutnya adalah proses pruning/eliminasi kandidat frequent 3-itemsets menggunakan apriori property. Caranya adalah mengenerate subset k-1 dari itemset s yang ada dalam C3, kemudian diperiksa apakah tiap subset dari itemset s tersebut frequent atau tidak. Apabila ada salah satu saja subset k-1 dari itemset s yang tidak frequent, maka s juga tidak frequent sehingga tidak perlu dilakukan pencarian ke dalam database. Contohnya pada itemset s={asparagus, Kacang Polong, Labu}. Untuk itemset ini, subset k-1=2 yang didapatkan adalah {Asparagus, Kacang Polong}, {Asparagus, Labu}, dan{kacang Polong, Labu}. Subsets ini kemudian diperiksa apakah frequent atau tidak. Dari tabel yang menunjukkan F2, dapat kita lihat bahwa ketiga subset tersebut frequent sehingga tidak dilakukan pruning terhadap itemset {Asparagus, Kacang Polong, Labu}. Hal yang sama terjadi pada itemset s={kacang Polong, Jagung, Tomat}. Berbeda dengan yang terjadi pada itemset s={kacang Polong, Jagung, Labu} dan itemset s={kacang Polong, Labu, Tomat}. Pada itemset s={kacang Polong, Jagung, Labu}, subset {Jagung, Labu} tidak frequent karena hanya memiliki frequensi kemunculan sebanyak 3 kali kemunculan sehingga tidak memenuhi treshold kemunculan. Pada itemset s={kacang Polong, Labu, Tomat}, subset {Jagung, Labu} tidak frequent karena hanya memiliki frequensi kemunculan sebanyak 3 kali kemunculan sehingga tidak memenuhi treshold kemunculan. Hal ini menyebabkan dilakukannya pruning terhadap itemset s={kacang Polong, Jagung, Labu} dan itemset s={kacang Polong, Labu, Tomat}. Sisa dari C3 yang lolos dari proses pruning dapat dilihat pada tabel 2.9 pada halaman II-13.

II-13 Tabel 2.9 Kandidat Frequent 3-Itemsets Itemset Frekuensi Kemunculan Asparagus, Kacang Polong, 4 Labu Kacang Polong, Jagung, 3 Tomat Untuk membentuk F3 tetap dilakukan pencarian dan perhitungan frekuensi kemunculan. Dan yang lolos hanya yang memiliki frekuensi minimum 4 kali kemunculan sesuai treshold kemunculan yang telah didefinisikan. F3 yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 2.10. Tabel 2.10 Frequent 3-Itemsets Itemset Frekuensi Kemunculan Asparagus, Kacang Polong, 4 Labu 6. Proses nomor 5 dilakukan berulang kali hingga tidak ada kandidat frequent k-itemset yang dapat dibentuk. Sebagai contoh adalah pada F3 yang tidak dapat dipergunakan untuk membentuk kandidat frequent 4-itemset. Setelah seluruh frequent itemsets diperoleh, tahapan selanjutnya adalah membentuk association rules. Proses pembentukan association rules melibatkan dua tahapan utama sebagai berikut: 1. Generate seluruh subset dari itemset s. 2. Misalkan ss adalah subset tidak kosong dari itemset s dan R: ss (s-ss), dimana (s-ss) adalah set s dikurangi subset ss. Bentuk dan simpan R apabila R memenuhi prasyarat minimum confidence yang telah ditentukan. Sebagai catatan, atas alasan kesederhanaan association rules dengan item consequent tunggal umumnya lebih dikehendaki.

II-14 Contoh Pembentukan Association rules: Diketahui Frequent Itemsets yang didapatkan dari proses generate frequent itemset yang telah dicontohkan sebelumnya. Dalam contoh ini yang akan dilakukan adalah pembentukan association rules dengan 1 item consequent. Frequent itemsets yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 2.11. Tabel 2.11 Frequent Itemsets F Itemset Frekuensi Kemunculan 3 Asparagus, Kacang Polong, Labu 4 2 Asparagus, Kacang Polong 5 2 Asparagus, Labu 5 2 Kacang Polong, Jagung 5 2 Kacang Polong, Labu 6 2 Kacang Polong, Tomat 4 2 Brokoli, Paprika Hijau 4 2 Jagung, Tomat 4 1 Asparagus 6 1 Kacang Polong 10 1 Brokoli 5 1 Jagung 8 1 Paprika Hijau 5 1 Labu 7 1 Tomat 6 Pembentukan association rules dimulai dari itemset dengan k tertingi dalam hal ini k=3. Jumlah antecedent yang dihasilkan adalah k-1 =2 antecedent. Untuk membentuk association rules dari F3 yaitu { Asparagus, Kacang Polong, Labu }, yang dilakukan adalah proses generating seluruh subset dari s. Subset dari s adalah {Asparagus}, {Kacang Polong}, {Labu}, {Asparagus, Kacang Polong}, {Asparagus, Labu}, dan {Kacang Polong, Labu}.

II-15 Misalkan ss={asparagus, Kacang Polong}, sehingga (s-ss)={labu}. Support adalah jumlah kemunculan dari {Asparagus, Kacang Polong} juga {Labu}, yaitu 4 dari 14 transaksi sehingga Support dari R: {Asparagus, Kacang Polong}{Labu} adalah 4/14 = 0,286 atau 28,6% dari jumlah transaksi D. Untuk menghitung confidence, yang dilakukan adalah menghitung jumlah kemunculan R= R: {Asparagus, Kacang Polong}{Labu} dibagi jumlah kemunculan ss= {Asparagus, Kacang Polong} yaitu 5 kali kemunculan sehingga confidence dari R: {Asparagus, Kacang Polong}{Labu} adalah 4/5 = 0,8 atau 80% dari jumlah transaksi D. Hal yang sama dilakukan terhadap ss={asparagus, Labu} dan ss={kacang Polong, Labu} sehingga menghasilkan kandidat rules dengan 2 item antecedent seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.12. Tabel 2.12 Kandidat Association rules Dengan 2 Antecedent Association Rules Support Confidence Jika beli Asparagus dan Kacang Polong, 4/14=28.6% 4/5 = 80% maka beli juga Labu Jika beli Asparagus dan Labu, maka beli 4/14=28.6% 4/5 = 80% juga Kacang Polong Jika beli Kacang Polong dan Labu, maka beli juga Asparagus 4/14=28.6% 4/6 =66.7% Selanjutnya adalah membentuk association rules dari F2 dengan 1 item antecedent dan 1 item consequent. Apabila dilakukan proses yang sama dengan yang dilakukan untuk mendapatkan kandidat association rules dengan 2 item antecedent dan 1 item consequent, maka akan didapatkan kandidat association rules seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.13 pada halaman II-16.

II-16 Tabel 2.13 Kandidat Association rules Yang Terbentuk Dari Keseluruhan Frequent Itemsets Association Rules Support Confidence Jika beli Asparagus, maka beli juga 5/14 = 35.7% 5/6 = 83.3% Kacang Polong Jika beli Kacang Polong, maka beli juga 5/14 = 35.7% 5/10 = 50% Asparagus Jika beli Asparagus, maka beli juga Labu 5/14 = 35.7% 5/6 = 83.3% Jika beli Labu, maka beli juga Asparagus 5/14 = 35.7% 5/7 = 71.4% Jika beli Kacang Polong, maka beli juga 5/14 = 35.7% 5/10 = 50% Jagung Jika beli Jagung, maka beli juga Kacang 5/14 = 35.7% 5/8 = 62.5% Polong Jika beli Kacang Polong, maka beli juga 6/14= 42.9% 6/10 = 60% Labu Jika beli Labu, maka beli juga Kacang 6/14= 42.9% 6/7 = 85.7% Polong Jika beli Kacang Polong, maka beli juga 4/14= 28.6% 4/10 = 40% Tomat Jika beli Tomat, maka beli juga Kacang 4/14= 28.6% 4/6 = 66.7% Polong Jika beli Brokoli, maka beli juga Paprika 4/14= 28.6% 4/5 = 80% Hijau Jika beli Paprika Hijau, maka beli juga 4/14= 28.6% 4/5 = 80% Brokoli Jika beli Jagung, maka beli juga Tomat 4/14= 28.6% 4/8 = 50% Jika beli Tomat, maka beli juga Jagung 4/14= 28.6% 4/6 = 66.7%

II-17 Apabila kita filter dengan minimum support sebesar 20% dan minimum confidence sebesar 80% maka association rules final yang terbentuk dapat dilihat pada tabel 2.14. Tabel 2.14 Association Rules Final Yang Terbentuk Association Rules Support Confidence Support x Confidence Jika beli Labu, maka beli juga 6/14= 42.9% 6/7 = 85.7% 0.3677 Kacang Polong Jika beli Asparagus, maka beli 5/14 = 35.7% 5/6 = 83.3% 0.2974 juga Kacang Polong Jika beli Asparagus, maka beli 5/14 = 35.7% 5/6 = 83.3% 0.2974 juga Labu Jika beli Brokoli, maka beli 4/14= 28.6% 4/5 = 80% 0.2288 juga Paprika Hijau Jika beli Paprika Hijau, maka beli juga Brokoli 4/14= 28.6% 4/5 = 80% 0.2288 Jika beli Asparagus dan 4/14=28,6% 4/5 = 80% 0.2288 Kacang Polong, maka beli juga Labu Jika beli Asparagus dan Labu, maka beli juga Kacang Polong 4/14=28,6% 4/5 = 80% 0.2288 Field (support x confidence) dipergunakan untuk mengurutkan rules berdasarkan tingkat keakuratan. F1 tidak menghasilkan rules karena k-1 = 1-1 = 0 tidak akan menghasilkan item antecedent ataupun item consequent.

II-18 2.3 Senayan Open Source Library Management System Berdasarkan [8], Senayan adalah aplikasi web-based Open Source untuk kebutuhan automasi perpustakaan, atau Library Automation System. Aplikasi ini dinamakan Senayan karena dikembangkan di daerah Senayan, Jakarta, tepatnya di kantor pusat Departemen Pendidikan Nasional. Latar belakang dikembangkannya Senayan pada awalnya adalah untuk menggantikan aplikasi automasi perpustakaan proprietary yang dipakai oleh Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), aplikasi tersebut bernama Alice, produk UK. Pada saat itu, Hendro Wicaksono, Lead Developer Senayan yang juga staf Perpustakaan Depdiknas berinisiatif untuk melempar sekaligus aplikasi yang akan dikembangkan ini ke publik dengan lisensi Open Source, dengan harapan masyarakat Indonesia bisa ikut menikmati aplikasi ini, khususnya perpustakaan perpustakaan kecil maupun besar di seluruh Indonesia yang belum ter-automasi proses pengelolaan perpustakaannya. Akhirnya dengan dukungan dari Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Depdiknas kala itu, bapak Bambang Wasito Adi, Senayan dirilis ke publik dengan lisensi GNU GPL versi 3 dan secara perlahan tapi pasti aplikasi Alice disingkirkan sepenuhnya oleh Senayan hingga sekarang. Data dari aplikasi Alice dikonversikan sepenuhnya ke rdbms MySQL yang digunakan Senayan. Saat ini Perpustakaan Depdiknas mengelola kurang lebih 25.000 koleksi dan kurang lebih 1862 anggota. Sebagai sebuah aplikasi Library Automation System, fiturfitur yang terdapat pada Senayan Open Source Library Management System adalah sebagai berikut: 1. OPAC (Online Public Access Catalog) : untuk mempublikasikan daftar katalog ke publik atau pemustaka. 2. Bibliography : untuk pengelolaan data katalog dan juga Items. 3. Circulation : untuk membantu proses pengembalian, peminjaman dan denda koleksi perpustakaan. 4. Membership : untuk pengelolaan data anggota/patron perpustakaan. 5. Stock Take : untuk membantu proses Stock Opname koleksi perpustakaan.

II-19 6. Master File : untuk pengelolaan data-data master/referensial (master table). 7. System : untuk pengelolaan user aplikasi, grup user, hak akses, backup, log viewer dan juga konfigurasi global sistem. 8. Serial Control : untuk pengelolaan data langganan Jurnal, Majalah, dan terbitan berseri lainnya.