BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Peserta didik temasuk didalamnya mahasiswa banyak mengalami peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses menua merupakan proses alamiah setelah melalui tiga tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

para1). BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data badan pusat statistik RI (2012), prevalensi jumlah penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo merupakan provinsi nomor 14 terbanyak dari 33 provinsi di Indonesia yaitu 5,98% dari total penduduk di Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2012 jumlah Lansia di Indonesia sebesar 7,28% dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 11,34% sedangkan jumlah lansia di Gorontalo pada tahun 2009 sebesar 2379 dengan presentase 4,5%, tahun 2010 sebesar 5840 dengan presentase 5,5%, tahun 2012 sebesar 7820 dengan presentase 6% dan tahun 2014 sebesar 8162 dengan presentase 7,3% (Dinas Sosial, 2014). Kalangan keluarga menengah ke atas, ada kecenderungan menitipkan lansia ke panti jompo karena mereka dianggap hanya merepotkan. Meskipun di panti lansia mendapat perhatian, tetapi tetap saja yang paling dibutuhkan adalah kasih sayang keluarga, sebab sebenarnya santunan dan perawatan merupakan langkah yang paling akhir yang dibutuhkan lansia (Hutapea R, 2005). Menurut Tamher & Noorkasiani (2009), bahwa: Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan

kecemasan. Kecemasan termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul (dalam subandi, 2013). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan disertai, respon perilaku, emosi dan fisiologis (Videbeck, 2008). Maryam (2008), mengemukakan bahwa: Kecemasan pada lansia memiliki gejala seperti, perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggung, kecewa, gelisah, perasaan kehilangan, sulit tidur sepanjang malam, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ansietas (dalam Soemantri, 2012). Videback (2011), mengemukakan bahwa: prevalensi Kecemasan di negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50% (dalam Subandi 2013). Menurut Bureau (2004), bahwa: Angka kejadian gangguan kecemasan di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (dalam Subandi 2013). Penatalaksanaan kecemasan melalui beberapa metode, yaitu terapi somatik, terapi psikoreligius, dan psikoterapi. Terapi somatik merupakan gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasaan yang berkepanjangan. Terapi psikoreligius untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial, Psikoterapi terbagi menjadi 5 yaitu, psikoterapi digunakan tergantung dari kebutuhan individu,

psikoterapi re-edukatif, psikoterapi re-konstruktif, psikoterapi re-kognitif dan psikoterapi psikodinamik. Secara garis besar penanggulangan stres dapat juga dilakukan dengan terapi farmakologi dan non-farmakologi, dimana terapi farmakologi untuk terapi cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transitter (sinyal pengantar saraf) di susunan saraf pusat otak (libic system) dan non-farmakologi, dimana pada terapi nonfarmakologi salah satunya terdapat terapi tertawa. Terapi tertawa merupakan suatu cara untuk membantu seseorang dalam menghadapi masalah, misalnya stres, marah, dan jenuh. Tertawa tentu membuat siapapun yang melakukannya merasa lega, lapang, dan bahagia. Tertawa juga merupakan bentuk emosi positif yang mudah menular (Baihaqi, 2008). Sebuah penelitian tentang pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada lanjut usia di Wirosaban, Yogyakarta dengan mengambil sampel 100 lanjut usia. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap tingkat depresi lanjut usia. Penelitian diatas menunjukkan bahwa terapi tertawa cukup efektif digunakan untuk mengatasi masalah psikologis pada lanjut usia. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Bloomfield, M.D., penulis Healing Anxiety Naturally dalam buku terapi tertawa yang menyatakan bahwa rasa takut dan cemas sangat sulit dikendalikan dan beliau menyarabkan untuk melakukan terapi tertawa sebagai alat untuk menghilangkan kecemasan.

Penelitian lebih lanjut mengenai Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan pada lanjut usia di PSTW Wana Seraya Denpasar oleh Dewa Made, 2012 didapatkan bahwa terapi tertawa berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan pada lanjut usia di PSTW Wana Seraya Denpasar. Di Provinsi Gorontalo terdapat dua panti sosial yang memberikan pelayanan dan penyantunan lanjut usia yaitu Panti Tresna Wherda Ilomata Kota Gorontalo dan Panti Tersna Wherda Beringin Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan data yang tercatat, lanjut usia yang tinggal di PSTW Ilomata Kota Gorontalo 35 orang dan di PSTW Beringin Kabupaten Gorontalo 15 orang. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil observasi dan wawancara lansia mengatakan dalam menjalani kehidupan yang jauh dengan sanak keluarga membuat para lansia merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga meskipun mereka tinggal di panti dengan teman-teman sebaya, takut jika sakit tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, takut menghadapi kematian, hidupnya saat ini telah hampa, terkadang menangis sendiri mengingat masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan keluarga mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti tersebut seperti, seringkali melamun, duduk bersama-sama tapi saling diam dan sibuk dengan pikiran serta perasaan masing-masing.

Pada saat melakukan survey lapangan peneliti melihat tidak adanya penanganan terhadap masalah kecemasan dengan terapi tertawa, sehingga peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia di Panti Tresna Wherda Provinsi Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Prevalensi Kecemasan di negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50% (Videback 2011, dalam Subandi 2013). Angka kejadian gangguan kecemasan di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (US Census Bureau 2004, dalam Subandi 2013). 2. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil observasi dan wawancara lansia mengatakan dalam menjalani kehidupan yang jauh dengan sanak keluarga membuat para lansia merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga meskipun mereka tinggal di panti dengan teman-teman sebaya, takut jika sakit tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, takut menghadapi kematian, hidupnya saat ini telah hampa, terkadang menangis sendiri mengingat masa lalu. 3. Pada saat melakukan survey lapangan peneliti melihat tidak adanya penanganan terhadap masalah kecemasan dengan terapi tertawa.

1.3 Rumusan Masalah Dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut Adakah pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti sosial tresna werdha Provinsi Gorontalo. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan peneliti mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di panti tresna werdha Provinsi Gorontalo 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat Kecemasan sebelum diberikan terapi tertawa pada lansia di Panti Sosial Wherda Provinsi Gorontalo. 2. Mengidentifikasi tingkat Kecemasan setelah diberikan terapi tertawa pada lansia di Panti Sosial Wherda Provinsi Gorontalo. 3. Menganalisis pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat Kecemasan pada lansia di Panti Sosial Wherda Provinsi Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian. 1.5.1 Manfaat Teoritis Sebagai pedoman maupun referensi yang dapat di gunakan untuk mengetahui tentang Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia, serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat dalam menangani masalah kecemasan pada lansia dengan menggunakan terapi tertawa. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Peneltitan ini diharapkan dapat menambah khasana ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan bacaan keperawatan khususnya keperawatan Lansia yang berkaitan dengan Kecemasan 3. Manfaat bagi tempat penelitian Sebagai bahan pengetahuan untuk peningkatan kualitas pelayanan lansia dan program baru untuk mengatasi kecemasan pada lansia. 4. Manfaat bagi peneliti lain Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya mengenai terapi tertawa dalam mengatasi penurunan tingkat kecemasan pada lansia, jumlah sampel bisa ditambah agar lebih efektif, peneliti selanjutnya bisa mengembangkan langkah-langkah terapi tertawa sehingga bervariasi dan subjek penelitian lebih mudah tertawa secara rileks.