GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

A. Latar belakang penelitian

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

PERBEDAAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA DITINJAU DARI TAHAP-TAHAP PERNIKAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Perkawinan. menyeluruh.sejalan dengan itu Gullota, Adams dan Alexander (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa,

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan

Gambaran Gaya Resolusi Konflik Pada Pasangan Yang Menikah Dini Di Kabupaten Bandung Kareti Aprianti. Dibimbing Oleh : Kustimah, S.Psi, M.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ABSTRAK... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 1952; klemer, 1970, (Ardhianita & Andayani, 2004) diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Kepuasan Pernikahan Individu Lanjut Usia. Atika Saraswati (Dibimbing Oleh Langgersari Elsari Novianti, S. Psi., M. Psi.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

Transkripsi:

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran yang penting dalam keluarga. Kehadiran anak dapat meningkatkan kepuasan pernikahan dan juga mencegah perceraian. Disisi lain, terdapat pasangan yang tetap bertahan pada pernikahannya walaupun belum memiliki anak. Penelitian ini bermaksud untuk meneliti gambaran kepuasan pernikahan pada istri yang telah tiga tahun menikah dan belum memiliki anak. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan pernikahan dari Olson & Fower (1993), yang menentukan sepuluh aspek kepuasan pernikahan, yaitu komunikasi, aktivitas waktu luang, agama, resolusi konflik, pengaturan keuangan, hubungan seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, isu kepribadian, dan kesetaraan peran. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dengan pernyataan tertutup dan pernyataan terbuka. Sampel penelitian ini adalah 60 orang istri yang belum memiliki anak, yang didapatkan melalui teknik snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan 62% istri merasa tidak puas dengan pernikahannya, sedangkan 38% istri merasa puas dengan pernikahannya. Istri yang merasa puas dengan pernikahannya, kebanyakan merasa puas pula pada aspek komunikasi, aktivitas waktu luang, agama, resolusi konflik, pengaturan keuangan, hubungan seksual, isu kepribadian, dan kesetaraan peran, sedangkan merasa tidak puas pada aspek keluarga dan teman serta anak dan pengasuhan. Istri yang merasa tidak puas dengan pernikahannya, kebanyakan merasa puas pula pada aspek komunikasi, aktivitas waktu luang, agama, resolusi konflik, pengaturan keuangan, isu kepribadian, dan kesetaraan peran, sedangkan merasa tidak puas pada aspek hubungan seksual, keluarga dan teman serta anak dan pengasuhan. Kata Kunci: Kepuasan Pernikahan, Istri, Belum Memiliki Anak

PENDAHULUAN Usia dewasa awal berada dalam rentang usia 20 tahun sampai mendekati 40 tahun atau akhir 30 tahun (Santrock, 2013). Tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu belajar mulai hidup dalam hubungan pernikahan dengan pasangan (Duvall, 1977) dan juga membangun keluarga (Havighurst, 1961 dalam Hurlock, 1980). Hal ini yang membuat orang dewasa berpikir mengenai pernikahan. Salat satu harapan yang muncul setelah individu menikah adalah untuk segera memiliki anak. Smolak (1993) mengatakan ketika memasuki usia pernikahan tiga tahun, pasangan menikah sudah diharapkan setidaknya memiliki anak pertama. Harapan ini muncul baik dari pasangan dan lingkungan sekitar. Anak memiliki berbagai dampak positif terhadap kehidupan pernikahan. Anak dianggap sebagai anugerah terindah dalam pernikahan (Bird & Meville, 1994). Anak juga dapat mencegah perceraian karena orang tua tidak ingin melukai hati anak (Papalia, 2002). Kehadiran anak dalam rumah tangga dapat semakin menguatkan komitmen pernikahan pasangan. Harapan untuk memiliki anak setelah menikah muncul dari diri sendiri, pasangan, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar lainnya. Ketika harapan ini tidak terpenuhi, dapat muncul konflik dalam rumah tangga yang bermula dari rasa saling curiga dan berujung pada pertengkaran karena saling menyalahkan satu sama lain. Ketidakhadiran anak dapat menimbulkan kekecewaan, frustasi, dan terkadang berujung pada tindakan saling menyalahkan pada pasangan menikah (Smolak, 1993). Tekanan yang paling besar mengenai ketidakhadiran anak ini dirasakan oleh istri. Istri menunjukkan tekanan psikososial yang lebih besar (Lee, Sun & Chao, 2001). Belum memiliki anak dapat membuat self efficacy istri turun dan membuat istri merasa inferior. Akibatnya istri menunjukkan reaksi depresi, merasa bersalah, cemas, helplessness, dan takut (Bird & Meville, 1994). Hasil pengambilan data awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa istri yang sudah menikah diatas tiga tahun dan belum memiliki anak merasa belum puas dan rumah tangga tidak lengkap karena belum memiliki anak. Istri juga seringkali merasa sedih dan bersalah karena belum memiliki anak. Istri juga mendapat tuntutan

dari lingkungan sosial, seperti keluarga dan teman. Istri merasa tertekan dengan pertanyaan yang terus menerus diberikan mengenai kehadiran anak. Kehadiran anak dapat meningkatkan kepuasan pernikahan, sebaliknya ketidakhadiran anak dapat menurunkan kepuasan pernikahan (Papalia, 2002). Kepuasan pernikahan sendiri meupakan evaluasi subjektif suami atau istri atas kehidupan pernikahannya yang berdasar pada perasaan puas, bahagia,dan pengalaman menyenangkan yang dilakukan bersama pasangan (Olson &Fower, 1993). Keberadaan anak memang merupakan hal yang penting dalam kehidupan pernikahan. Kehadiran anak dapat berpengaruh positif terhadap kehidupan dan kepuasan pernikahan, tetapi kehadiran anak bukan satu-satunya aspek yang dapat mempengaruhi pernikahan. Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti tertarik untuk melihat gambaran kepuasan pernikahan pada istri yang telah tiga tahun menikah dan belum memiliki anak menggunakan konsep teori Kepuasan Pernikahan dari Olson & Fower (1993). METODE PENELITIAN Rancangan penelitian mengenai kepuasan pernikahan pada istri dengan usia pernikahan diatas tiga tahun dan belum memiliki anak ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental dimana variabel dari penelitian ini merupakan variabel yang telah ada sebelumnya dan tidak dapat diubah atau direkayasa oleh peneliti. Sedangkan teknik atau metode yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yakni teknik yang memberikan gambaran atau deskripsi dari situasi, kejadian atau kumpulan kejadian tertentu (Christensen, 1997). Melalui penelitian ini maka akan diketahui gambaran kepuasan pernikahan pada istri dengan usia pernikahan diatas tiga tahun dan belum memiliki anak. Partisipan Subjek penelitian ini adalah istri yang usia pernikahannya diatas tiga tahun dan belum memiliki anak. Dengan menggunakan teknik sampling snowball sampling diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60 responden.

Pengukuran Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang disusun berdasarkan dari Kepuasan Pernikahan dari Olson & Fower (1993). Alat ukur ini berbentuk kuesioner yang akan mengukur kepuasan pernikahan dan juga aspek-aspek kepuasan pernikahan, yaitu komunikasi, aktivitas waktu luang, agama, resolusi konflik, pengaturan keuangan, hubungan seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, isu kepribadian, dan kesetaraan peran. Kuesioner ini terdiri dari 71 butir item pernyataan tertutup dan juga pertanyaan terbuka sebagai data penunjang. HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai kepuasan pernikahan, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Mayoritas responden (62%) merasa tidak puas dengan pernikahannya. Hal ini menunjukkan responden memiliki evaluasi negatif terhadap pernikahannya dan cenderung tidak bahagia dalam pernikahan. Sedangkan 38% responden lainnya merasa puas terhadap pernikahannya. Ini berarti bahwa responden memiliki evaluasi positif terhadap pernikahannya dan cenderung merasa bahagia atas pernikahannya 2. Responden yang merasa puas dengan pernikahannya menunjukkan kepuasan pada aspek komunikasi (100%), aktivitas waktu luang (65,22%), agama (91,3%), resolusi konflik (95,67), pengaturan keuangan (91,3%), hubungan seksual (60,87%), isu kepribadian (91,3%), serta kesetaraan peran (82,61). Sedangkan, responden menunjukkan ketidakpuasan pada aspek keluarga dan teman (56,52%), serta anak dan pengasuhan (69,56%). 3. Responden yang merasa tidak puas dengan pernikahannya menunjukkan kepuasan pada aspek komunikasi (56,76%), aktivitas waktu luangb (54,05%), agama (75,68%), resolusi konflik (51,54%), pengaturan keuangan (86,49%), isu kepribadian (64,86%), serta kesetaraan peran (51,54%). Sedangkan, responden menunjukkan ketidakpuasan pada aspek hubungan seksual (72,97%), keluarga dan teman (86,47%), serta anak dan pengasuhan (94,59%).

4. Responden dengan usia pernikahan yang lebih lama merasa lebih puas dengan pernikahannya dibandingkan responden dengan usia pernikahan yang lebih muda. 5. Seluruh responden menginginkan kehadiran anak dan memandang anak akan membuat kehidupan pernikahannya lebih lengkap, bahagia, dan sempurna.